LPS Prediksi Likuiditas Mengetat Hingga 2020

Jum'at, 22 November 2019 - 18:18 WIB
LPS Prediksi Likuiditas Mengetat Hingga 2020
LPS Prediksi Likuiditas Mengetat Hingga 2020
A A A
JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan tekanan likuiditas atau LDR (Loan to Deposit Ratio) perbankan akan mengetat di akhir tahun 2019 sebesar 96,7%. Tekanan likuiditas akan terus naik mencapai 99,5% di tahun 2020 nanti.

Direktur Grup Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS Priyantina mengatakan, tren LDR bank cenderung turun menjadi 93,76% pada September 2019 dari 94,04% pada Agustus 2019. Hal ini didorong kredit bank bulan September 2019 tumbuh sebesar 7,89% secara tahunan (year-on-year/yoy) sementara dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 7,47% (yoy). Tren perlambatan kredit yang lebih besar dibandingkan DPK dalam dua bulan terakhir mendorong adanya penurunan LDR bank.

"Meski terjadi perlambatan pertumbuhan DPK pada September namun perlambatan kredit yang lebih besar juga positif pada rasio likuiditas bank. Bahkan sebagian kelompok bank menunjukkan likuiditas yang lebih longgar," ujar Priyantina di Jakarta, Jumat (22/11/2109).

Pihaknya juga mengatakan outlook pertumbuhan DPK diperkirakan akan meneruskan tren perbaikan sementara ekspansi kredit diproyeksikan lebih terukur. Perbankan akan cenderung membenahi portofolio kualitas aset dan profitabilitas khususnya NIM.

Ekspansi kredit diprediksi akan didominasi oleh bank besar, sedangkan bagi bank menengah dan kecil lebih terbatas baik dari sisi pembiayaan dan kemampuan pendanaannya. Gap ekspansi kredit dan DPK yang sempat tinggi diperkirakan akan mengecil dan akan mengurangi tekanan likuiditas.

"Hingga akhir tahun 2019 pertumbuhan kredit dan DPK diperkirakan akan mencapai masing-masing sebesar 10,5% dan 7,4%. Sedangkan untuk 2020 diproyeksikan akan mencapai 11,5% dan 8,4% untuk kredit dan DPK," ujarnya.

Dia juga mengatakan suku bunga simpanan Rupiah sepanjang bulan Oktober 2019 melanjutkan tren penurunan. Rata-rata tingkat bunga deposito rupiah (22 moving daily average) bank benchmark LPS pada akhir Oktober 2019 mencapai 5,79%, turun 10 bps dari posisi akhir September 2019. Sementara rata-rata suku bunga minimum dan maksimum tercatat masing-masing turun 7 bps dan 13 bps ke level 4,79% dan 6,80%.

"Suku bunga simpanan bank diproyeksikan akan meneruskan tren penurunan sesuai penurunan BI7DRR dan baru sebagian dari penurunan tersebut ditransfer ke suku bunga simpanan. Kami juga menanti penurunan suku bunga simpanan bank berdampak menurunkan suku bunga kredit," ujarnya.

Sementara Investment Specialist Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha mengatakan optimisme dunia saat ini cenderung positif karena era suku bunga rendah.

Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi global, beberapa bank sentral dunia menurunkan tingkat suku bunga. The Fed mengumumkan suku bunga di AS akan dijaga pada level rendah, dan belum ada rencana untuk dinaikkan, kecuali jika inflasi di AS meningkat. Di beberapa negara secara global juga serentak menurunkan suku bunga, dengan outlook akan menjaga suku bunga pada level yang rendah.

"Ini merupakan hal yang positif, karena selain mendukung pertumbuhan ekonomi, ini juga akan menguntungkan pasar negara berkembang. Dengan suku bunga yang rendah di pasar negara maju, investor secara global akan mencari tingkat suku bunga yang lebih menarik di negara berkembang, termasuk salah satunya di Indonesia," ujar Dimas.

Lebih lanjut dia menjelaskan kekhawatiran pasar juga berkurang terhadap risiko resesi ekonomi global. Saat ini pasar menjadi lebih optimistis. IMF menyatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2019 akan turun ke level 3%, dibandingkan tahun 2018 yang berada di level 3,6%.

"Untuk tahun 2020, IMF memperkirakan ekonomi global akan membaik ke level 3,4%. Ini juga didukung oleh penurunan suku bunga Bank Sentral secara global," ungkap Dimas.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5168 seconds (0.1#10.140)