Rusia Kejar Rekor Pendapatan, Bakal Kantongi Rp1.783 Triliun dari Jualan Minyak dan Gas
loading...
A
A
A
MOSKOW - Pendapatan energi Rusia berpeluang mencapai level rekor tertinggi tahun ini, didukung oleh lonjakan harga minyak mentah . Menurut lembaga think tank, Institute for Energy and Finance Foundation (FIEF) bahwa keuntungan minyak dan gas yang dirasakan Rusia telah meningkat tajam tahun ini.
Direktur Riset FIEF, Aleksey Belogoriev memaparkan, pendapatan dari ekspor minyak melonjak 63% sepanjang periode Januari-Juli 2024 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023, dengan total mencapai USD67,5 miliar.
Hal ini disampaikan peneliti saat Forum Energi Timur Jauh "Minyak dan Gas Sakhalin" pada hari Jumat (4/10/2024). Ditambahkan juga olehnya, pendapatan gas meningkat 13% menjadi USD12,6 miliar.
"Pendapatan (minyak dan gas) tahun ini akan lebih rendah dari rekor tahun 2022, namun bakal menjadi tertinggi kedua dalam sejarah," kata Belogoriev.
Proyeksi tersebut didasarkan pada harga ekspor rata-rata minyak, dan pendapatan yang relatif rendah yang diposting pada paruh pertama tahun 2023.
Pada bulan Januari, satu barel minyak mentah campuran Ural andalan Rusia berharga rata-rata USD60 per barel, tetapi harganya kemudian berangsur naik dengan mantap, hingga mencapai USD84 pada bulan April. Selanjutnya di bulan Juli, minyak mentah Rusia diperdagangkan sekitar USD80 per barel.
Peningkatan ini terjadi, meskipun ada rentetan sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia oleh AS, Uni Eropa, dan sekutu mereka sejak ketegangan antara Moskow dan Kiev meningkat menjadi operasi militer di Ukraina pada tahun 2022.
Pembatasan tersebut termasuk embargo minyak Rusia yang diangkut melalui laut, bersama dengan pembatasan harga USD60 per barel untuk jenis minyak mentah lainnya.
Negara-negara Uni Eropa sejauh ini dinilai gagal memberikan sanksi kepada gas alam Rusia, meski mulai menghindarinya. Sebagai tanggapan, Moskow mengalihkan pasokan energinya ke Asia, terutama ke India dan China, untuk mengkompensasi hilangnya beberapa pelanggan asal Barat.
Menurut data terbaru dari Kementerian Keuangan yang dirilis pada hari Kamis, kemarin menerangkan, pendapatan minyak dan gas Rusia tumbuh sebesar 49,4% pada periode Januari-September secara year-on-year. Kementerian memperkirakan pendapatan minyak dan gas mencapai 10,99 triliun rubel (USD116 miliar) tahun ini yang jika dirupiahkan mencapai Rp1.783 triliun (Kurs Rp15.376 per USD).
Pada tahun 2022, anggaran Rusia menerima 11,586 triliun rubel (setara USD165 miliar pada nilai tukar pada saat itu) dari ekspor energi.
Direktur Riset FIEF, Aleksey Belogoriev memaparkan, pendapatan dari ekspor minyak melonjak 63% sepanjang periode Januari-Juli 2024 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023, dengan total mencapai USD67,5 miliar.
Hal ini disampaikan peneliti saat Forum Energi Timur Jauh "Minyak dan Gas Sakhalin" pada hari Jumat (4/10/2024). Ditambahkan juga olehnya, pendapatan gas meningkat 13% menjadi USD12,6 miliar.
"Pendapatan (minyak dan gas) tahun ini akan lebih rendah dari rekor tahun 2022, namun bakal menjadi tertinggi kedua dalam sejarah," kata Belogoriev.
Proyeksi tersebut didasarkan pada harga ekspor rata-rata minyak, dan pendapatan yang relatif rendah yang diposting pada paruh pertama tahun 2023.
Pada bulan Januari, satu barel minyak mentah campuran Ural andalan Rusia berharga rata-rata USD60 per barel, tetapi harganya kemudian berangsur naik dengan mantap, hingga mencapai USD84 pada bulan April. Selanjutnya di bulan Juli, minyak mentah Rusia diperdagangkan sekitar USD80 per barel.
Peningkatan ini terjadi, meskipun ada rentetan sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia oleh AS, Uni Eropa, dan sekutu mereka sejak ketegangan antara Moskow dan Kiev meningkat menjadi operasi militer di Ukraina pada tahun 2022.
Pembatasan tersebut termasuk embargo minyak Rusia yang diangkut melalui laut, bersama dengan pembatasan harga USD60 per barel untuk jenis minyak mentah lainnya.
Negara-negara Uni Eropa sejauh ini dinilai gagal memberikan sanksi kepada gas alam Rusia, meski mulai menghindarinya. Sebagai tanggapan, Moskow mengalihkan pasokan energinya ke Asia, terutama ke India dan China, untuk mengkompensasi hilangnya beberapa pelanggan asal Barat.
Menurut data terbaru dari Kementerian Keuangan yang dirilis pada hari Kamis, kemarin menerangkan, pendapatan minyak dan gas Rusia tumbuh sebesar 49,4% pada periode Januari-September secara year-on-year. Kementerian memperkirakan pendapatan minyak dan gas mencapai 10,99 triliun rubel (USD116 miliar) tahun ini yang jika dirupiahkan mencapai Rp1.783 triliun (Kurs Rp15.376 per USD).
Pada tahun 2022, anggaran Rusia menerima 11,586 triliun rubel (setara USD165 miliar pada nilai tukar pada saat itu) dari ekspor energi.
(akr)