PT Beurer Bangun Pabrik Baru, Dukung Kemandirian Kesehatan Indonesia
loading...
A
A
A
Menurut alumnus Farmasi dan Magister Administrasi Rumah Sakit dari Universitas Indonesia ini, penyediaan alat diagnostik yang bermutu perlu mengutamakan ketersediaan, keterjangkauan, dan aksesibilitas. "Diagnosis yang tepat sasaran dan akurat dapat membantu, sehingga kita bisa mengurangi pengobatan yang tidak perlu jika diagnosisnya tepat," ucapnya.
Untuk melakukan program pemerintah dalam bidang kesehatan ini kementerian kesehatan melaksanakan transformasi kesehatan yakni kesehatan primer ditingkatkan.
Dengan demikian tidak menuju pengobatan, mengingat biaya tinggi. Untuk itu, upaya ini membutuhkan kegiatan skreening termasuk dengan alat alat kesehatan yang bisa digunakan di rumah tangga agar mencegah penyakit yang lebih kronis.
“Pemerintah terus mendorong supaya produksi alat skreening ini lebih banyak sehingga bisa menjadi alat deteksi dini alhasil dengan tingkatkan cakupan skrining dan diagnosis kita bisa intervensi penyakit lebih cepat dan menyediakan alat-alat diagnostik yang lebih terjangkau,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Lucia memaparkan bahwa saat ini pembiayaan kesehatan di Indonesia banyak dipenuhi penyakit-penyakit tidak menular, misalnya penyakit-penyakit degeneratif, kardiovaskuler, diabetes, atau kanker, yang sebetulnya dapat dideteksi lebih awal.
Dia mengemukakan Indonesia saat ini masih bergantung pada produk impor untuk diagnostik, sehingga saat ini Kemenkes fokus membangun kapasitas dalam negeri untuk penyediaan alat-alat diagnostik yang mandiri.
"Kita juga berharap tidak hanya tergantung pada produk impor, karena waktu pandemi COVID-19 kemarin, kita mengalami permasalahan kesulitan mendapatkan reagen (bahan-bahan reaksi) dan obat-obatan karena kita tergantung pada produk impor, sehingga kita perlu membangun kapasitas dalam negeri," paparnya.
Ke depan tidak perlu impor alat kesehatan dan bisa mencukup kebutuhan di dalam negeri. “Produksi alat kesehatan dalam negeri saat ini baru 20 persen dan masih menggantungkan kepada impor. Dengan produksi alat kesehatan dan screening PT Beurer Indonesia di KEK ini bisa membantu penyediaan untuk kebutuhan Indonesia,”tuturnya.
Sementara itu Sekda Propinsi Jawa Tengah, Sumarno mewakili Pemprov Jateng berterima kasih PT Beurer yang sudah berinvestasi di KEK. Harapannya kesehatan menjadi perhatian pemerintah dan upaya pencegahan dimaksimalkan.
“Pemprov hanya berpesan dengan kehadiran investasi di Kendal bisa membawa tenaga kerja warga Kendal sehingga bisa mengurangi angka pengangguran dan ikut berdampak di kawasan ekonomi khusus Kendal termasuk masyarakat sekitar dan ada kewajiban CSR bisa berkontribusi kepada masyarakat,” terangnya.
Untuk melakukan program pemerintah dalam bidang kesehatan ini kementerian kesehatan melaksanakan transformasi kesehatan yakni kesehatan primer ditingkatkan.
Dengan demikian tidak menuju pengobatan, mengingat biaya tinggi. Untuk itu, upaya ini membutuhkan kegiatan skreening termasuk dengan alat alat kesehatan yang bisa digunakan di rumah tangga agar mencegah penyakit yang lebih kronis.
“Pemerintah terus mendorong supaya produksi alat skreening ini lebih banyak sehingga bisa menjadi alat deteksi dini alhasil dengan tingkatkan cakupan skrining dan diagnosis kita bisa intervensi penyakit lebih cepat dan menyediakan alat-alat diagnostik yang lebih terjangkau,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Lucia memaparkan bahwa saat ini pembiayaan kesehatan di Indonesia banyak dipenuhi penyakit-penyakit tidak menular, misalnya penyakit-penyakit degeneratif, kardiovaskuler, diabetes, atau kanker, yang sebetulnya dapat dideteksi lebih awal.
Dia mengemukakan Indonesia saat ini masih bergantung pada produk impor untuk diagnostik, sehingga saat ini Kemenkes fokus membangun kapasitas dalam negeri untuk penyediaan alat-alat diagnostik yang mandiri.
"Kita juga berharap tidak hanya tergantung pada produk impor, karena waktu pandemi COVID-19 kemarin, kita mengalami permasalahan kesulitan mendapatkan reagen (bahan-bahan reaksi) dan obat-obatan karena kita tergantung pada produk impor, sehingga kita perlu membangun kapasitas dalam negeri," paparnya.
Ke depan tidak perlu impor alat kesehatan dan bisa mencukup kebutuhan di dalam negeri. “Produksi alat kesehatan dalam negeri saat ini baru 20 persen dan masih menggantungkan kepada impor. Dengan produksi alat kesehatan dan screening PT Beurer Indonesia di KEK ini bisa membantu penyediaan untuk kebutuhan Indonesia,”tuturnya.
Sementara itu Sekda Propinsi Jawa Tengah, Sumarno mewakili Pemprov Jateng berterima kasih PT Beurer yang sudah berinvestasi di KEK. Harapannya kesehatan menjadi perhatian pemerintah dan upaya pencegahan dimaksimalkan.
“Pemprov hanya berpesan dengan kehadiran investasi di Kendal bisa membawa tenaga kerja warga Kendal sehingga bisa mengurangi angka pengangguran dan ikut berdampak di kawasan ekonomi khusus Kendal termasuk masyarakat sekitar dan ada kewajiban CSR bisa berkontribusi kepada masyarakat,” terangnya.