Sritex Pailit, Ini Daftar Produk Perusahaan yang Sempat Rajai Ekspor
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sritex pailit kini tengah jadi berita yang ramai diperbincangkan. Kabar tersebut seakan menjadi pamungkas kiprah Sritex yang dulu dikenal sebagai salah satu perusahaan tekstil raksasa di Tanah Air.
Pernyataan Sritex pailit tertuang dalam putusan dengan nomor perkara 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg. Disebutkan jika Sritex telah lalai dalam memenuhi kewajiban pembayarannya kepada PT Indo Bharat Rayon, selaku pemohon.
Tidak hanya itu, pengadilan juga menyatakan batal Putusan Pengadilan Niaga Semarang Nomor No. 12/ Pdt.Sus-PKPU/2021.PN.Niaga.Smg Tanggal 25 Januari 2022 mengenai Pengesahan Rencana Perdamaian (Homologasi).
PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) sendiri merupakan perusahaan tekstil yang telah berdiri sejak 1966, di Solo oleh H.M Lukminto. Perusahaan itu lantas terdaftar di Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas tahun 1978.
Sebagai perusahaan yang telah bergerak selama puluhan tahun, telah banyak hal yang dialami oleh Sritex. Perusahaan ini bahkan mampu bertahan di tengah krisis moneter 1998.
Kabar bangkrutnya perusahaan tekstil raksasa itu sebenarnya makin santer setelah terdengar sejak Juni 2024, di mana Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) menyatakan 13.800 buruh tekstil terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal itu menunjukkan bahwa kondisi industri tekstil sedang tidak baik-baik saja, sementara Sritex tengah berjuang mempertahankan bisnisnya.
Sebelum dikabarkan akan bangkrut, PT Sritex sempat merajai pasar tekstil dalam negeri dengan sejumlah produk unggulan mereka. Bahkan, mereka berhasil mengekspor hampir seluruh produk yang telah dihasilkan.
Membuat PT Sritex tidak hanya dikenal di Tanah Air namun juga mancanegara. Produk ekspor dari PT Sritex berupa Industri Tekstil Produk Tekstil (ITPT) yakni benang atau yarn, kain jadi atau finished product, dan pakaian jadi atau garment.
Pada tahun 2022 lalu, PT Sritex menyebutkan jika 60% pendapatan mereka bahkan berasal dari penjualan TPT di luar negeri. Dalam laman resmi PT Sritex, terdapat empat lini produk yang menjadi fokus perusahaan ini. Empat lini itu ialah serat (fiber), pemintalan (spinning), penenunan (weaving), dan penjahitan atau konveksi (garment).
Bahkan pada tahun 2022 lalu, Presiden Sritex Iwan Setiawan Lukminto sempat menyebutkan jika dalam sebulan ada 600-an kontainer produk ekspor dari PT Sritex berupa TPT yang diekspor ke berbagai negara di dunia. Negara tujuan ekspor Sritex terbesar adalah Swedia dengan nilai pembelian sebesar USD611.000, disusul Mesir sebesar USD475.000, Bangladesh USD351.000, dan Jepang USD268.000.
Negara lain yang biasanya memesan produk PT Sritex yakni Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Republik Dominika, Mesir, Meksiko, Turki, Portugal, Polandia, India, Qatar, Uni Emirat Arab, Swedia, Bangladesh, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Malaysia, Thailand, dan Jordania.
Perusahaan tekstil raksasa yang mampu bertahan dari krisis ekonomi dan pandemi Covid-19 tersebut kini resmi dinyatakan pailit tahun ini.
Pernyataan Sritex pailit tertuang dalam putusan dengan nomor perkara 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg. Disebutkan jika Sritex telah lalai dalam memenuhi kewajiban pembayarannya kepada PT Indo Bharat Rayon, selaku pemohon.
Tidak hanya itu, pengadilan juga menyatakan batal Putusan Pengadilan Niaga Semarang Nomor No. 12/ Pdt.Sus-PKPU/2021.PN.Niaga.Smg Tanggal 25 Januari 2022 mengenai Pengesahan Rencana Perdamaian (Homologasi).
Baca Juga
PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) sendiri merupakan perusahaan tekstil yang telah berdiri sejak 1966, di Solo oleh H.M Lukminto. Perusahaan itu lantas terdaftar di Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas tahun 1978.
Sebagai perusahaan yang telah bergerak selama puluhan tahun, telah banyak hal yang dialami oleh Sritex. Perusahaan ini bahkan mampu bertahan di tengah krisis moneter 1998.
Kabar bangkrutnya perusahaan tekstil raksasa itu sebenarnya makin santer setelah terdengar sejak Juni 2024, di mana Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) menyatakan 13.800 buruh tekstil terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal itu menunjukkan bahwa kondisi industri tekstil sedang tidak baik-baik saja, sementara Sritex tengah berjuang mempertahankan bisnisnya.
Produk Ekspor Sritex
Sebelum dikabarkan akan bangkrut, PT Sritex sempat merajai pasar tekstil dalam negeri dengan sejumlah produk unggulan mereka. Bahkan, mereka berhasil mengekspor hampir seluruh produk yang telah dihasilkan.
Membuat PT Sritex tidak hanya dikenal di Tanah Air namun juga mancanegara. Produk ekspor dari PT Sritex berupa Industri Tekstil Produk Tekstil (ITPT) yakni benang atau yarn, kain jadi atau finished product, dan pakaian jadi atau garment.
Pada tahun 2022 lalu, PT Sritex menyebutkan jika 60% pendapatan mereka bahkan berasal dari penjualan TPT di luar negeri. Dalam laman resmi PT Sritex, terdapat empat lini produk yang menjadi fokus perusahaan ini. Empat lini itu ialah serat (fiber), pemintalan (spinning), penenunan (weaving), dan penjahitan atau konveksi (garment).
Bahkan pada tahun 2022 lalu, Presiden Sritex Iwan Setiawan Lukminto sempat menyebutkan jika dalam sebulan ada 600-an kontainer produk ekspor dari PT Sritex berupa TPT yang diekspor ke berbagai negara di dunia. Negara tujuan ekspor Sritex terbesar adalah Swedia dengan nilai pembelian sebesar USD611.000, disusul Mesir sebesar USD475.000, Bangladesh USD351.000, dan Jepang USD268.000.
Negara lain yang biasanya memesan produk PT Sritex yakni Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Republik Dominika, Mesir, Meksiko, Turki, Portugal, Polandia, India, Qatar, Uni Emirat Arab, Swedia, Bangladesh, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Malaysia, Thailand, dan Jordania.
Perusahaan tekstil raksasa yang mampu bertahan dari krisis ekonomi dan pandemi Covid-19 tersebut kini resmi dinyatakan pailit tahun ini.
(fjo)