Sampoerna Buka Fasilitas Produksi SKT di Tegal dan Blitar, Serap 3.500 Pekerja
loading...
A
A
A
Presiden Direktur Sampoerna, Ivan Cahyadi, menyatakan bahwa perusahaan berkomitmen untuk berkembang bersama Indonesia dan mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% melalui investasi berkelanjutan, inovasi, dan hilirisasi. "Investasi kami di sektor padat karya SKT adalah salah satu langkah untuk mewujudkan visi tersebut," kata Ivan.
Pabrik SKT baru di Blitar dan Tegal diharapkan dapat menyerap lebih dari 3.500 tenaga kerja, dengan 2.000 di antaranya telah mulai bekerja. Ivan menjelaskan bahwa mayoritas dari 90.000 tenaga kerja Sampoerna adalah karyawan SKT, yang sebagian besar terdiri dari perempuan.
Sebagai perusahaan yang berawal dari sektor SKT sejak 1913, Sampoerna berharap investasi ini akan semakin memperkuat portofolio perusahaan. "Kami senantiasa mengedepankan inovasi di segala lini untuk menjaga keberlangsungan usaha dan daya saing, termasuk dalam sektor SKT," tambah Ivan.
Fasilitas produksi SKT di Blitar dan Tegal menambah jumlah pabrik SKT yang sudah ada di Surabaya, Malang, dan Probolinggo, Jawa Timur. Ivan menyebutkan, keberadaan pabrik baru ini akan menciptakan efek berganda yang dirasakan oleh masyarakat sekitar, seperti munculnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), warung kelontong, makanan dan minuman, jasa transportasi, hingga kos-kosan.
"Sampoerna juga terus menjaga serapan bahan baku tembakau dan cengkih dari petani Indonesia. Dibandingkan dengan rokok mesin, rokok buatan tangan membutuhkan dua kali lebih banyak tembakau dan cengkih," jelas Ivan. Ia berharap hal ini dapat mendukung hilirisasi nasional dan penyerapan bahan baku lokal untuk menghasilkan produk bernilai tambah.
Ivan juga mengapresiasi upaya pemerintah dalam menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif di Indonesia. Menurutnya, kebijakan ini berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja formal dan perputaran ekonomi daerah yang pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian nasional.
"Sebagai perusahaan yang telah beroperasi lebih dari 111 tahun di Indonesia, kami berkomitmen untuk terus berinvestasi dan berkontribusi pada pencapaian pertumbuhan ekonomi melalui inovasi, hilirisasi, penyerapan tenaga kerja, dan penciptaan nilai tambah bagi masyarakat," tutup Ivan.
Pabrik SKT baru di Blitar dan Tegal diharapkan dapat menyerap lebih dari 3.500 tenaga kerja, dengan 2.000 di antaranya telah mulai bekerja. Ivan menjelaskan bahwa mayoritas dari 90.000 tenaga kerja Sampoerna adalah karyawan SKT, yang sebagian besar terdiri dari perempuan.
Sebagai perusahaan yang berawal dari sektor SKT sejak 1913, Sampoerna berharap investasi ini akan semakin memperkuat portofolio perusahaan. "Kami senantiasa mengedepankan inovasi di segala lini untuk menjaga keberlangsungan usaha dan daya saing, termasuk dalam sektor SKT," tambah Ivan.
Fasilitas produksi SKT di Blitar dan Tegal menambah jumlah pabrik SKT yang sudah ada di Surabaya, Malang, dan Probolinggo, Jawa Timur. Ivan menyebutkan, keberadaan pabrik baru ini akan menciptakan efek berganda yang dirasakan oleh masyarakat sekitar, seperti munculnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), warung kelontong, makanan dan minuman, jasa transportasi, hingga kos-kosan.
"Sampoerna juga terus menjaga serapan bahan baku tembakau dan cengkih dari petani Indonesia. Dibandingkan dengan rokok mesin, rokok buatan tangan membutuhkan dua kali lebih banyak tembakau dan cengkih," jelas Ivan. Ia berharap hal ini dapat mendukung hilirisasi nasional dan penyerapan bahan baku lokal untuk menghasilkan produk bernilai tambah.
Ivan juga mengapresiasi upaya pemerintah dalam menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif di Indonesia. Menurutnya, kebijakan ini berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja formal dan perputaran ekonomi daerah yang pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian nasional.
"Sebagai perusahaan yang telah beroperasi lebih dari 111 tahun di Indonesia, kami berkomitmen untuk terus berinvestasi dan berkontribusi pada pencapaian pertumbuhan ekonomi melalui inovasi, hilirisasi, penyerapan tenaga kerja, dan penciptaan nilai tambah bagi masyarakat," tutup Ivan.
(nng)