Woy Horang Kayah, Bu Sri Pengen Kalian Belanja-Belanja
loading...
A
A
A
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Agustus 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05%. Dari 90 kota yang disurvei Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 53 kota mengalami deflasi dan 37 kota mengalami inflasi .
Menanggapi situasi itu, Menteri Keuangan (Menkeu ) Sri Mulyani mengatakan, terjadinya deflasi dikarenakan tingkat konsumsi yang rendah. Apalagi, kelompok menengah atas sudah mengurangi daya beli. ( Baca juga:Oke Sip! Turis Asal 'Negeri Oppa' Paling Banyak Berkunjung ke RI )
"Yang penting itu konsumsi masyarakat dan investasi yang harus dijaga. Itu dua hal yang penting. Kalau konsumsi bisa dengan bansos, bisa membantu termasuk mendongkrak daya beli untuk kelas menengah. Namun daya beli yang besar dari kelompok menengah atas, tergantung lagi dari kepercayaan Covid. Walaupun mobilitas udah naik, tapi belum ditunjukkan belanja yang naik," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Dia melanjutkan, dari sisi belanja pemerintah terus digenjot dengan berbagai langkah untuk mengakselerasi. Pasalnya, dia optimistis belanja pemerintah akan membaik di bulan ini.
"Pemerintah kan sudah melakukan dan terus melakukan akselerasi belanjanya. Bulan ini kita perkirakan akan lebih baik meskipun tingkatnya tidak sebesar yang mungkin masih kita perkirakan, yaitu supaya bisa tumbuh positif dari belanja pemerintah," katanya. ( Baca juga:Jaksa Pinangki Tersangka Pencucian Uang, Dua Apartemen Digeledah )
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen selama Agustus terjadi deflasi sebesar 0,05% dibandingkan bulan sebelumnya (month of month/mtm). Secara keseluruhan, inflasi inti pada bulan lalu 0,29% (mtm) dan 2,03% (yoy).
Komoditas yang mendorong terjadinya deflasi, yakni daging ayam ras yang andilnya 0,09%, bawang merah andilnya 0,07%, tomat andilnya 0,02%, telur ayam ras dan buah-buahan seperti jeruk dan pisang, masing-masing 0,01%.
Menanggapi situasi itu, Menteri Keuangan (Menkeu ) Sri Mulyani mengatakan, terjadinya deflasi dikarenakan tingkat konsumsi yang rendah. Apalagi, kelompok menengah atas sudah mengurangi daya beli. ( Baca juga:Oke Sip! Turis Asal 'Negeri Oppa' Paling Banyak Berkunjung ke RI )
"Yang penting itu konsumsi masyarakat dan investasi yang harus dijaga. Itu dua hal yang penting. Kalau konsumsi bisa dengan bansos, bisa membantu termasuk mendongkrak daya beli untuk kelas menengah. Namun daya beli yang besar dari kelompok menengah atas, tergantung lagi dari kepercayaan Covid. Walaupun mobilitas udah naik, tapi belum ditunjukkan belanja yang naik," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Dia melanjutkan, dari sisi belanja pemerintah terus digenjot dengan berbagai langkah untuk mengakselerasi. Pasalnya, dia optimistis belanja pemerintah akan membaik di bulan ini.
"Pemerintah kan sudah melakukan dan terus melakukan akselerasi belanjanya. Bulan ini kita perkirakan akan lebih baik meskipun tingkatnya tidak sebesar yang mungkin masih kita perkirakan, yaitu supaya bisa tumbuh positif dari belanja pemerintah," katanya. ( Baca juga:Jaksa Pinangki Tersangka Pencucian Uang, Dua Apartemen Digeledah )
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen selama Agustus terjadi deflasi sebesar 0,05% dibandingkan bulan sebelumnya (month of month/mtm). Secara keseluruhan, inflasi inti pada bulan lalu 0,29% (mtm) dan 2,03% (yoy).
Komoditas yang mendorong terjadinya deflasi, yakni daging ayam ras yang andilnya 0,09%, bawang merah andilnya 0,07%, tomat andilnya 0,02%, telur ayam ras dan buah-buahan seperti jeruk dan pisang, masing-masing 0,01%.
(uka)