Permudah Masyarakat Punya Rumah, Ini Saran Rocker Gaek Era '80-an
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI), Ikang Fawzi punya semangat untuk terus mendorong kemudahan layanan mendapatkan perumahan di Indonesia.
Publik figur yang dikenal sebagai rocker masa 1980-an ini beranggapan harus satu persepsi meciptakan layanan perumahan yang laik kepada masyarakat.
“Kita harus sama-sama satu persepsi dulu bahwa perumahan itu adalah hak warga negara untuk mendapatkannya. Artinya negara hadir dalam menyiapkan berbagai kebutuhan perumahan ini kepada masyarakat," ungkapnya dihubungi di Jakarta, Selasa (1/9/2020). (Baca juga: Pengembang Rumah Subsidi Tetap Optimistis di Tengah Pandemi )
Menurutnya ketersediaan perumahan punya manfaat besar tidak hanya sebagai investasi komersial. Lebih dari itu, pengusaha yang bergabung dengan REI sejak 1990-an ini menganggap investasi perumahan adalah investasi lahirnya nilai kekeluargaan.
“Jadi rumah jangan hanya dipandang sebagai investasi komersial belaka, lebih dari itu dari kepemlikan rumah lahir cita-cita moral kekeluargaan. Kenapa? karena dari rumahlah semuanya berawal,” ungkapnya. (Baca juga: Los Gas! Investasi Lanjut Terus Nggak Boleh Mandek )
Di tengah masih tingginya backlog atau defisit perumahan, dia terus mendorong pemerintah untuk terus menciptakan kemudahan mendapatkan layanan perumahan bagi masyarakat.
Dia menilai selama ini, masih banyak kendala-kendala dalam hal fasilitas pembiayaan perumahan langsung kepada masyarakat. Misalnya, urusan persyaratan birokrasi yang masih panjang. Hingga masih adanya persyaratan dari Bank Indonesia (BI) mengenai BI Checkin. (Baca juga: Bos BI Proyeksi Ekonomi Indonesia Minus 4,9% di 2020, Kaget Gak? )
“Padahal kita percaya bahwa masyarakat Indonesia itu pada dasarnya mampu. Tinggal bagaimana persyaratan mendapatkan perumahan itu mendapatkan kelonggaran. Ini butuh peran semua pihak, bukan hanya pemerintah, pengembang namun juga perbankan,” jelasnya.
Dia menambahkan dengan realisasi program pemerintah menyediakan satu juta rumah yang saat ini baru di angka 260.000 unit, dengan menyamakan persepsi tiga pihak (pemerintah, perbankan dan developer), pihaknya optimis target pemerintah bisa tercapai.
Publik figur yang dikenal sebagai rocker masa 1980-an ini beranggapan harus satu persepsi meciptakan layanan perumahan yang laik kepada masyarakat.
“Kita harus sama-sama satu persepsi dulu bahwa perumahan itu adalah hak warga negara untuk mendapatkannya. Artinya negara hadir dalam menyiapkan berbagai kebutuhan perumahan ini kepada masyarakat," ungkapnya dihubungi di Jakarta, Selasa (1/9/2020). (Baca juga: Pengembang Rumah Subsidi Tetap Optimistis di Tengah Pandemi )
Menurutnya ketersediaan perumahan punya manfaat besar tidak hanya sebagai investasi komersial. Lebih dari itu, pengusaha yang bergabung dengan REI sejak 1990-an ini menganggap investasi perumahan adalah investasi lahirnya nilai kekeluargaan.
“Jadi rumah jangan hanya dipandang sebagai investasi komersial belaka, lebih dari itu dari kepemlikan rumah lahir cita-cita moral kekeluargaan. Kenapa? karena dari rumahlah semuanya berawal,” ungkapnya. (Baca juga: Los Gas! Investasi Lanjut Terus Nggak Boleh Mandek )
Di tengah masih tingginya backlog atau defisit perumahan, dia terus mendorong pemerintah untuk terus menciptakan kemudahan mendapatkan layanan perumahan bagi masyarakat.
Dia menilai selama ini, masih banyak kendala-kendala dalam hal fasilitas pembiayaan perumahan langsung kepada masyarakat. Misalnya, urusan persyaratan birokrasi yang masih panjang. Hingga masih adanya persyaratan dari Bank Indonesia (BI) mengenai BI Checkin. (Baca juga: Bos BI Proyeksi Ekonomi Indonesia Minus 4,9% di 2020, Kaget Gak? )
“Padahal kita percaya bahwa masyarakat Indonesia itu pada dasarnya mampu. Tinggal bagaimana persyaratan mendapatkan perumahan itu mendapatkan kelonggaran. Ini butuh peran semua pihak, bukan hanya pemerintah, pengembang namun juga perbankan,” jelasnya.
Dia menambahkan dengan realisasi program pemerintah menyediakan satu juta rumah yang saat ini baru di angka 260.000 unit, dengan menyamakan persepsi tiga pihak (pemerintah, perbankan dan developer), pihaknya optimis target pemerintah bisa tercapai.
(ind)