Tulang Punggung Ekonomi RI, Kelas Menengah Bertahan Hidup dari Makan Tabungan
loading...

Kelas menengah masih menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Namun di tengah ketidakpastian ekonomi, ada perubahan perilaku finansial yang memaksa kelas menengah bertahan hidup dengan makan tabungan. Foto/Dok
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Thomas Dijiwandono mengungkapkan, kelas menengah masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia . Pasalnya lebih dari 70% konsumsi berasal dari kelas menengah .
Namun di tengah ketidakpastian ekonomi, ada perubahan perilaku finansial kelas menengah. Hal ini diungkap dalam survei Katadata Insight Center (KIC) dengan tema Kelas Menengah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi.
Sebanyak 70% responden melakukan perencanaan keuangan. Satu dari dua responden memisahkan anggaran untuk tagihan dan keperluan harian. Selain itu lebih dari 40% responden mencatat pengeluarannya.
“Perilaku positif juga tercermin saat kelas menengah mengalami pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Mayoritas responden (76,3 persen) memilih untuk menggunakan tabungan alias makan tabungan untuk bertahan hidup,” kata Direktur Riset KIC, Gundy Cahyadi di dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE)
Ini artinya hanya sebagian kecil yang memilih opsi-opsi pinjaman berbunga (masing-masing kurang dari 15%). Perilaku ini menunjukkan pengelolaan keuangan yang tergolong baik, lantaran mereka cenderung menghindari utang dan lebih mengandalkan cadangan keuangan pribadi untuk bertahan hidup.
“Kelas menengah mengalokasikan 19,3 persen penghasilan untuk tabungan. Sebagian besar berencana menggunakan tabungan ini sebagai dana darurat,” tutur Gundy.
Sementara itu lanjutnya, alokasi anggaran untuk tujuan jangka panjang atau perencanaan masa depan relatif masih rendah. Pada dasarnya, perencanaan keuangan jangka panjang memang belum menjadi prioritas bagi kelas menengah.
Di sisi lain, demi memenuhi biaya hidup maka kelas menengah menjalankan pekerjaan sampingan. Survei KIC mencatat, hampir 50% masyarakat di segmen ini memiliki pekerjaan sampingan alias side hustle.
Ada tiga alasan terbanyak yang melatarbelakangi mereka menekuni pekerjaan sampingan, yaitu untuk menambah pendapatan (70,6 persen), meningkatkan tabungan (42,2 persen), dan mencapai tujuan finansial (30,7 persen). Perkara passion justru tak masuk di dalam top 3 ini.
KIC mengadakan survei secara daring dengan menargetkan responden di 10 kota besar di Indonesia. Survei ini melibatkan 472 responden, dilaksanakan pada 6-9 Januari 2025.
Gundy juga menekankan, kekhawatiran tentang perekonomian berpengaruh besar terhadap cara pandang kelas menengah soal kebutuhan hidup. “Kekhawatiran ini terkesan menjadi faktor utama yang menentukan perspektif kelas menengah tentang keperluan pendidikan, kesehatan, dan hunian,” kata dia.
Kata Gundy, pertumbuhan kelas menengah tertahan pascapandemi Covid-19. Karena itu, diperlukan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat untuk meningkatkan persentase kelas menengah.
“Pada 2025 pemerintah mengalokasikan Rp827 triliun untuk berbagai program termasuk subsidi, insentif PPN, bantuan sosial dan kredit usaha. Sebagian besar insentif PPN difokuskan menjaga konsumsi rumah tangga,” jelas Thomas.
Wamenkeu juga menjelaskan kelas menengah diproyeksikan meningkat dari 17% pada tahun 2023 menjadi 70% di tahun 2045. Sementara itu tingkat kemiskinan diperkirakan turun tajam dari 9,0% menjadi 0,7% pada 2045.
Untuk pertumbuhan ekonomi di tahun 2025, Thomas optimistis pertumbuhan bisa meningkat 5,2%. “Mencerminkan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan di tengah ketidakpastian global,” imbuhnya.
Menurutnya pendorong utama pertumbuhan ini adalah konsumsi rumah tangga. Ia menilai pengeluaran masyarakat tetap relatif kuat sepanjang 2025. “Ini didukung oleh meningkatnya aktivitas ekonomi selama perayaan hari raya dan liburan akhir tahun,” kata Thomas.
Inflasi yang terkendali nantinya juga disebut dapat menjaga daya beli masyarakat agar tetap kuat. Selain itu, Thomas juga mengungkap pertumbuhan PDB di 2025 juga dapat berasal dari investasi di sektor konstruksi dan non konstruksi.
“Kemajuan dalam proyek strategis nasional diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan aktivitas ekonomi serta menciptakan lapangan kerja,” ungkap Thomas.
Namun di tengah ketidakpastian ekonomi, ada perubahan perilaku finansial kelas menengah. Hal ini diungkap dalam survei Katadata Insight Center (KIC) dengan tema Kelas Menengah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi.
Sebanyak 70% responden melakukan perencanaan keuangan. Satu dari dua responden memisahkan anggaran untuk tagihan dan keperluan harian. Selain itu lebih dari 40% responden mencatat pengeluarannya.
“Perilaku positif juga tercermin saat kelas menengah mengalami pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Mayoritas responden (76,3 persen) memilih untuk menggunakan tabungan alias makan tabungan untuk bertahan hidup,” kata Direktur Riset KIC, Gundy Cahyadi di dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE)
Ini artinya hanya sebagian kecil yang memilih opsi-opsi pinjaman berbunga (masing-masing kurang dari 15%). Perilaku ini menunjukkan pengelolaan keuangan yang tergolong baik, lantaran mereka cenderung menghindari utang dan lebih mengandalkan cadangan keuangan pribadi untuk bertahan hidup.
“Kelas menengah mengalokasikan 19,3 persen penghasilan untuk tabungan. Sebagian besar berencana menggunakan tabungan ini sebagai dana darurat,” tutur Gundy.
Sementara itu lanjutnya, alokasi anggaran untuk tujuan jangka panjang atau perencanaan masa depan relatif masih rendah. Pada dasarnya, perencanaan keuangan jangka panjang memang belum menjadi prioritas bagi kelas menengah.
Di sisi lain, demi memenuhi biaya hidup maka kelas menengah menjalankan pekerjaan sampingan. Survei KIC mencatat, hampir 50% masyarakat di segmen ini memiliki pekerjaan sampingan alias side hustle.
Ada tiga alasan terbanyak yang melatarbelakangi mereka menekuni pekerjaan sampingan, yaitu untuk menambah pendapatan (70,6 persen), meningkatkan tabungan (42,2 persen), dan mencapai tujuan finansial (30,7 persen). Perkara passion justru tak masuk di dalam top 3 ini.
KIC mengadakan survei secara daring dengan menargetkan responden di 10 kota besar di Indonesia. Survei ini melibatkan 472 responden, dilaksanakan pada 6-9 Januari 2025.
Gundy juga menekankan, kekhawatiran tentang perekonomian berpengaruh besar terhadap cara pandang kelas menengah soal kebutuhan hidup. “Kekhawatiran ini terkesan menjadi faktor utama yang menentukan perspektif kelas menengah tentang keperluan pendidikan, kesehatan, dan hunian,” kata dia.
Kata Gundy, pertumbuhan kelas menengah tertahan pascapandemi Covid-19. Karena itu, diperlukan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat untuk meningkatkan persentase kelas menengah.
Konsumsi Rumah Tangga
Sementara itu lanjut Wamenkeu Thomas, Aggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) berperan sebagai shock absorber dan melindungi seluruh lapisam kesejahteraan sosial, mulai dari kelompok rentan hingga kelas menengah melalui berbagai program subdsidi dan kompensasi.“Pada 2025 pemerintah mengalokasikan Rp827 triliun untuk berbagai program termasuk subsidi, insentif PPN, bantuan sosial dan kredit usaha. Sebagian besar insentif PPN difokuskan menjaga konsumsi rumah tangga,” jelas Thomas.
Wamenkeu juga menjelaskan kelas menengah diproyeksikan meningkat dari 17% pada tahun 2023 menjadi 70% di tahun 2045. Sementara itu tingkat kemiskinan diperkirakan turun tajam dari 9,0% menjadi 0,7% pada 2045.
Untuk pertumbuhan ekonomi di tahun 2025, Thomas optimistis pertumbuhan bisa meningkat 5,2%. “Mencerminkan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan di tengah ketidakpastian global,” imbuhnya.
Menurutnya pendorong utama pertumbuhan ini adalah konsumsi rumah tangga. Ia menilai pengeluaran masyarakat tetap relatif kuat sepanjang 2025. “Ini didukung oleh meningkatnya aktivitas ekonomi selama perayaan hari raya dan liburan akhir tahun,” kata Thomas.
Inflasi yang terkendali nantinya juga disebut dapat menjaga daya beli masyarakat agar tetap kuat. Selain itu, Thomas juga mengungkap pertumbuhan PDB di 2025 juga dapat berasal dari investasi di sektor konstruksi dan non konstruksi.
“Kemajuan dalam proyek strategis nasional diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan aktivitas ekonomi serta menciptakan lapangan kerja,” ungkap Thomas.
(akr)
Lihat Juga :