Transaksi Bukalapak Melejit Hampir 400%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bukalapak mencatatkan pertumbuhan Total Processing Value (TPV) dari kuartal I 2018 hingga kuartal II 2020, sebanyak hampir 400%. Capaian ini didominasi oleh transaksi yang berasal dari berbagai kota di luar tier 1 dan pertumbuhan market share stabil di masa pandemi.
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan, pengguna marketplace tersebut berasal dari berbagai latar belakang ekonomi, tidak hanya dari berbagai kota besar. Hal itu menunjukkan keberhasilan perusahaan menciptakan dampak ekonomi menyeluruh, sekaligus menciptakan pola perilaku di masyarakat yang memanfaatkan keberadaan marketplace dan teknologi sebagai bagian dari aktivitas ekonomi.
"Kami mengoptimalkan platform kami untuk menerobos kesenjangan ekonomi, infrastruktur, dan mendukung inklusi keuangan. Kami ingin menciptakan dampak di masyarakat dengan terus mengembangkan ekosistem digital yang berbasis keadilan ekonomi bagi semua," kata Rachmat Kaimuddin dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (11/9/2020).
Ia juga menyampaikan, Bukalapak menargetkan bisnis yang berkelanjutan dengan peningkatan EBITDA dan burn rate semakin rendah. Hal ini dibuktikan dengan capaian yang menghasilkan kenaikan dalam monetisasi. Sampai pertengahan 2020, Bukalapak meningkatkan EBITDA hingga 60% lebih.
"Kami mengembangkan inovasi kami untuk dapat dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM Indonesia dalam meningkatkan kapasitas bisnis dengan dukungan infrastruktur teknologi Bukalapak yang mencakup dukungan logistik, metode pembayaran, pinjaman modal, fitur investasi, produk virtual hingga pelatihan dan pemberdayaan bagi pelapak dan variasi layanan barang dan jasa bagi pengguna," terangnya.
Dalam setahun terakhir, jumlah warung dan individual yang menjadi mitra Bukalapak tumbuh hingga tiga kali lipat. Hal ini didukung oleh perluasan cakupan distribusi stok grosir ke lebih dari 50 kota di Indonesia yang bekerja sama dengan distributor nasional dan lokal, demi memastikan ketersediaan barang bagi para mitra.
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan, pengguna marketplace tersebut berasal dari berbagai latar belakang ekonomi, tidak hanya dari berbagai kota besar. Hal itu menunjukkan keberhasilan perusahaan menciptakan dampak ekonomi menyeluruh, sekaligus menciptakan pola perilaku di masyarakat yang memanfaatkan keberadaan marketplace dan teknologi sebagai bagian dari aktivitas ekonomi.
"Kami mengoptimalkan platform kami untuk menerobos kesenjangan ekonomi, infrastruktur, dan mendukung inklusi keuangan. Kami ingin menciptakan dampak di masyarakat dengan terus mengembangkan ekosistem digital yang berbasis keadilan ekonomi bagi semua," kata Rachmat Kaimuddin dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (11/9/2020).
Ia juga menyampaikan, Bukalapak menargetkan bisnis yang berkelanjutan dengan peningkatan EBITDA dan burn rate semakin rendah. Hal ini dibuktikan dengan capaian yang menghasilkan kenaikan dalam monetisasi. Sampai pertengahan 2020, Bukalapak meningkatkan EBITDA hingga 60% lebih.
"Kami mengembangkan inovasi kami untuk dapat dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM Indonesia dalam meningkatkan kapasitas bisnis dengan dukungan infrastruktur teknologi Bukalapak yang mencakup dukungan logistik, metode pembayaran, pinjaman modal, fitur investasi, produk virtual hingga pelatihan dan pemberdayaan bagi pelapak dan variasi layanan barang dan jasa bagi pengguna," terangnya.
Dalam setahun terakhir, jumlah warung dan individual yang menjadi mitra Bukalapak tumbuh hingga tiga kali lipat. Hal ini didukung oleh perluasan cakupan distribusi stok grosir ke lebih dari 50 kota di Indonesia yang bekerja sama dengan distributor nasional dan lokal, demi memastikan ketersediaan barang bagi para mitra.
(nng)