Dicecar Ketua Komisi IV DPR, Mentan: Kita Tabur Benih Pakai Drone
loading...
A
A
A
JAKARTA - Komisi IV DPR RI menggelar rapat kerja bersama Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo di gedung DPR RI, Jakarta, Senin (14/9/2020). Dalam agenda itu, Syahrul menjelaskan bahwa pihaknya tengah menyelesaikan mega-proyek food estate di Kalimantan Tengah dengan lahan seluas 30.000 hektare (ha) hingga akhir tahun 2020.
“Pada 2020 ini, dilakukan pengolahan lahan melalui intensifikasi pertanian seluas 30.000 ha. Dengan harapan dapat menyumbang produksi pangan pada akhir tahun ini," kata Syahrul di DPR. ( Baca juga:BI Pilih Empat Sektor Ini untuk Kembangkan Industri Halal )
Menanggapi peryataaan Syahrul, Ketua Komisi IV DPR Sudin pun meragukan proyek itu bisa selesai hingga akhir tahun 2020. Dia menilai, dengan sisa waktu yang kurang dari tiga bulan, maka pengerjaan itu sulit untuk diwujudkan.
“Waktu kita, September, Oktober, November, Desember bisa menanam 30.000 ha? Kemudian, saya pernah menengok ke sana. 30.000 ha itu sarana pendukungnya masih rusak berat setahun yang lalu, ya. Januari atau Februari saya sudah meninjau ke sana. Rusak berat masih dalam perbaikan," kata Sudin.
Mendengar keraguan itu, Syahrul pun langsung menjawab dengan optimistis bahwa pihaknya dapat menyelesaikan food estate di tahun 2020. Pasalnya, Kementan telah melakukan persiapan sejak April 2020 lalu.
“Apalagi di sana sudah mulai dilakukan sebenarnya. Dan lebih banyak pada lahan yang sudah kita intervensi pada bulan April, dan ini masuk pada penanaman intensifikasi di 30.000 ha itu. Jadi kami yakin, di 30.000 ha itu kita bisa masuk. Tapi memang dengan kerja yang lebih kuat dan irigasi sudah terbenahi," katanya.
Sudin pun menimpali jawaban dari mantan Gubernur Sulawesi Selatan tersebut. Menurut dia, jumlah petani di sana tak mencukupi untuk membantu Kementan menyelesaikan proyek sebesar itu.
“Setidaknya kalau saya hitung, kita butuh lebih dari 100.000 orang petani. Jangan target setinggi langit, tapi pencapaian sekaki bukit. Saya tidak mau target terlalu tinggi, tiba-tiba tidak tercapai," ujarnya.
Syahrul pun terus mencoba meyakinkan bahwa pihaknya dapat menyelesaikan food estate di tahun ini. Dia menyebut telah berkoordinasi dengan keberadaan para transmigran dan sekitar 300 Babinsa untuk membantu Kementan mengerjakan proyek itu dengan lahan seluas 30.000 ha.
"Ada bekas transmigrasi petani asal Pulau Jawa dan di sana juga sudah turun 300 orang Babinsa yang diperbantukan. Kami juga lakukan alat berat di sana, termasuk traktor yang sudah tersedia di atas 150 buah diambil dari seluruh Kalteng," kata dia.
Sudin lantas menyanggahnya dengan melihat kesiapan alat-alat Kementan dalam menggarap sawah seluas 30.000 hektare. Sebab, jika mengandalkan traktor, diyakini waktunya tak akan cukup hingga akhir tahun. Mentan pun menjawab bila pihaknya akan menggunakan drone untuk menabur bibit pangan di lahan sebesar itu.
"Sudah pernah dicoba menggunakan drone? Di wilayah mana, saya mau tahu? Berapa luasannya? Saya ini baru dengar loh," tanya Sudin.
Menengahi perdebatan itu, Dirjen Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto menjelaskan bahwa telah menggunakan sistem itu di berbagai wilayah di Indonesia. ( Baca juga:Duterte Ampuni Marinir AS Pembunuh Transgender, tapi Larang Masuk Filipina )
"Pola sistem tabur ini sudah biasa dilakukan. Baik di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan sebagian Sumatera Selatan dan Banyuasin itu juga pakai tabur dengan drone," ujar dia.
“Pada 2020 ini, dilakukan pengolahan lahan melalui intensifikasi pertanian seluas 30.000 ha. Dengan harapan dapat menyumbang produksi pangan pada akhir tahun ini," kata Syahrul di DPR. ( Baca juga:BI Pilih Empat Sektor Ini untuk Kembangkan Industri Halal )
Menanggapi peryataaan Syahrul, Ketua Komisi IV DPR Sudin pun meragukan proyek itu bisa selesai hingga akhir tahun 2020. Dia menilai, dengan sisa waktu yang kurang dari tiga bulan, maka pengerjaan itu sulit untuk diwujudkan.
“Waktu kita, September, Oktober, November, Desember bisa menanam 30.000 ha? Kemudian, saya pernah menengok ke sana. 30.000 ha itu sarana pendukungnya masih rusak berat setahun yang lalu, ya. Januari atau Februari saya sudah meninjau ke sana. Rusak berat masih dalam perbaikan," kata Sudin.
Mendengar keraguan itu, Syahrul pun langsung menjawab dengan optimistis bahwa pihaknya dapat menyelesaikan food estate di tahun 2020. Pasalnya, Kementan telah melakukan persiapan sejak April 2020 lalu.
“Apalagi di sana sudah mulai dilakukan sebenarnya. Dan lebih banyak pada lahan yang sudah kita intervensi pada bulan April, dan ini masuk pada penanaman intensifikasi di 30.000 ha itu. Jadi kami yakin, di 30.000 ha itu kita bisa masuk. Tapi memang dengan kerja yang lebih kuat dan irigasi sudah terbenahi," katanya.
Sudin pun menimpali jawaban dari mantan Gubernur Sulawesi Selatan tersebut. Menurut dia, jumlah petani di sana tak mencukupi untuk membantu Kementan menyelesaikan proyek sebesar itu.
“Setidaknya kalau saya hitung, kita butuh lebih dari 100.000 orang petani. Jangan target setinggi langit, tapi pencapaian sekaki bukit. Saya tidak mau target terlalu tinggi, tiba-tiba tidak tercapai," ujarnya.
Syahrul pun terus mencoba meyakinkan bahwa pihaknya dapat menyelesaikan food estate di tahun ini. Dia menyebut telah berkoordinasi dengan keberadaan para transmigran dan sekitar 300 Babinsa untuk membantu Kementan mengerjakan proyek itu dengan lahan seluas 30.000 ha.
"Ada bekas transmigrasi petani asal Pulau Jawa dan di sana juga sudah turun 300 orang Babinsa yang diperbantukan. Kami juga lakukan alat berat di sana, termasuk traktor yang sudah tersedia di atas 150 buah diambil dari seluruh Kalteng," kata dia.
Sudin lantas menyanggahnya dengan melihat kesiapan alat-alat Kementan dalam menggarap sawah seluas 30.000 hektare. Sebab, jika mengandalkan traktor, diyakini waktunya tak akan cukup hingga akhir tahun. Mentan pun menjawab bila pihaknya akan menggunakan drone untuk menabur bibit pangan di lahan sebesar itu.
"Sudah pernah dicoba menggunakan drone? Di wilayah mana, saya mau tahu? Berapa luasannya? Saya ini baru dengar loh," tanya Sudin.
Menengahi perdebatan itu, Dirjen Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto menjelaskan bahwa telah menggunakan sistem itu di berbagai wilayah di Indonesia. ( Baca juga:Duterte Ampuni Marinir AS Pembunuh Transgender, tapi Larang Masuk Filipina )
"Pola sistem tabur ini sudah biasa dilakukan. Baik di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan sebagian Sumatera Selatan dan Banyuasin itu juga pakai tabur dengan drone," ujar dia.
(uka)