Hidroponik, Tren Bertani yang Cocok saat Pandemi
loading...
A
A
A
Hidroponik menjadi bercocok tanam yang dapat dilakukan siapa pun karena mudah dilakukan dan tidak membutuhkan tempat yang luas. "Dengan hidroponik, orang punya cara bertahan hidup ketika memiliki persediaan makanan berupa sayur pada saat toko dan pasar tutup. Untuk kota besar yang selama ini mengandalkan produsen sayuran seperti Puncak, Bogor, dan Lembang, Bandung, saat semua ditutup suplai sayur terhambat. Makanya, warga Jakarta sebenarnya harus mampu menyediakan sendiri apa yang mereka butuhkan," papar Ronny.
Yang jelas, karena hidroponik naik daun, penjualan instalasi Smart Hidroponik milik Ronny pun naik 10 kali lipat. Hidroponik mampu mengisi aktivitas saat di rumah saja, menyediakan sayuran sendiri, hingga menambah penghasilan.
Tanaman yang menjadi favorit masih seputar sayuran yang biasa dikonsumsi seperti bayam, kangkung, caisin, hingga sayuran yang disenangi kaum urban untuk dijadikan salad seperti selada air dan kale. (Baca juga: 4 Jenis Olahraga Ini Efektif Turunkan Kadar Kolesterol)
Hidroponik pun berinovasi. Lima tahun terakhir Ronny mengembangkan sistem rakit apung. Sebelumnya, hidroponik hanya ada pada pipa, pot atau sumbu yang setiap tanaman yang akarnya dialiri air.
Sistem rakit apung menggunakan kolam dan lembaran streofoam yang mengapung di permukaan air di kolam itu. Secara fisik memang sama karena medianya air. Yang beda hanya bentuknya bukan pipa, tapi di kolam.
Sistem seperti saat ini merupakan pengembangan dari pipa, karena orang melihat lebih mudah dan banyak kelebihan lain. Alhasil, 2-3 tahun terakhir menjadi booming karena teknik hidroponik menjadi cara bercocok tanam yang paling dipilih para petani dadakan ini.
Sistem rakit apung ini hampir mirip aquaponik yang di bawahnya dapat diternak ikan. Format ini sekilas sama, namun aquaponik berbeda konsep.
"Nutrisi untuk tanaman diperoleh dari air yang merupakan fermentasi dari ikan sehingga sedikit banyak cukup untuk memberikan nutrisi untuk tanaman walaupun tidak sesempurna hidroponik," ungkapnya.
Sistem rakit apung ini cocok juga untuk pemula. Kolam dengan ukuran dan kedalaman minimal 20 cm kemudian dilapisi terpal. Untuk benih menggunakan lembaran seperti tripleks, namun bukan kayu. Lebih praktis lagi menggunakan kotak streofoam yang biasa untuk ikan segar. Ini adalah cara yang semakin memudahkan siapa pun dalam bercocok tanam. (Baca juga: Ilmuwan Temukan Sperma Berukuran Raksasa Berusia 100 Juta Tahun)
Ronny mengatakan, belakangan banyak yang akhirnya memutuskan menjadi petani sayuran. Belum lama ada dua pilot Indonesia dari maskapai mancanegara yang pulang karena tidak bekerja dan akhirnya memutuskan membuat green house.
Yang jelas, karena hidroponik naik daun, penjualan instalasi Smart Hidroponik milik Ronny pun naik 10 kali lipat. Hidroponik mampu mengisi aktivitas saat di rumah saja, menyediakan sayuran sendiri, hingga menambah penghasilan.
Tanaman yang menjadi favorit masih seputar sayuran yang biasa dikonsumsi seperti bayam, kangkung, caisin, hingga sayuran yang disenangi kaum urban untuk dijadikan salad seperti selada air dan kale. (Baca juga: 4 Jenis Olahraga Ini Efektif Turunkan Kadar Kolesterol)
Hidroponik pun berinovasi. Lima tahun terakhir Ronny mengembangkan sistem rakit apung. Sebelumnya, hidroponik hanya ada pada pipa, pot atau sumbu yang setiap tanaman yang akarnya dialiri air.
Sistem rakit apung menggunakan kolam dan lembaran streofoam yang mengapung di permukaan air di kolam itu. Secara fisik memang sama karena medianya air. Yang beda hanya bentuknya bukan pipa, tapi di kolam.
Sistem seperti saat ini merupakan pengembangan dari pipa, karena orang melihat lebih mudah dan banyak kelebihan lain. Alhasil, 2-3 tahun terakhir menjadi booming karena teknik hidroponik menjadi cara bercocok tanam yang paling dipilih para petani dadakan ini.
Sistem rakit apung ini hampir mirip aquaponik yang di bawahnya dapat diternak ikan. Format ini sekilas sama, namun aquaponik berbeda konsep.
"Nutrisi untuk tanaman diperoleh dari air yang merupakan fermentasi dari ikan sehingga sedikit banyak cukup untuk memberikan nutrisi untuk tanaman walaupun tidak sesempurna hidroponik," ungkapnya.
Sistem rakit apung ini cocok juga untuk pemula. Kolam dengan ukuran dan kedalaman minimal 20 cm kemudian dilapisi terpal. Untuk benih menggunakan lembaran seperti tripleks, namun bukan kayu. Lebih praktis lagi menggunakan kotak streofoam yang biasa untuk ikan segar. Ini adalah cara yang semakin memudahkan siapa pun dalam bercocok tanam. (Baca juga: Ilmuwan Temukan Sperma Berukuran Raksasa Berusia 100 Juta Tahun)
Ronny mengatakan, belakangan banyak yang akhirnya memutuskan menjadi petani sayuran. Belum lama ada dua pilot Indonesia dari maskapai mancanegara yang pulang karena tidak bekerja dan akhirnya memutuskan membuat green house.