Gubernur BI Proyeksi Ekonomi RI Hanya Tumbuh 1,1% di Kuartal II-2020

Senin, 13 April 2020 - 02:35 WIB
loading...
Gubernur BI Proyeksi...
Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal anjlok pada kuartal II-2020. Hal ini disebabkan oleh pandemi virus corona yang penyebarannya semakin meluas. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal anjlok pada kuartal II-2020. Hal ini disebabkan oleh pandemi virus corona yang penyebarannya semakin meluas.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya bersama dengan pemerintah sudah mememiliki skenario pertumbuhan ekonomi selama pandemi virus corona berlangsung. Pada kuartal II-2020, ekonomi Indonesia diperkirakan hanya tumbuh 1,1% saja.

Menurut Perry, pada periode Juni dan Juli Indonesia akan mengalami masa-masa sulit. Mengingat pada bulan tersebut akan mejadi puncak dari pandemi virus corona (covid-19) di tanah air.

"Skenario itu adalah hasil pembahasan BI, OJK dan LPS yang dirapatkan maret waktu itu, Kita buat perkiraaan berdasarkan informasi. Satgas memperkirakan covid-19 bisa mencapai puncak Juni, Juli dan masa darurat 29 Mei bisa mundur dan diperpanjang menjadi Juni dan Juli," ujar Perry di Jakarta, Kamis (9/4/2020).

Sementara itu secara tahunan, ekonomi Indonesia diperkirakan hanya tumbuh sekitar 2,3% imbas dari virus corona. Pasalnya, pada kuartal II dan III dan IV 2020, pertumbuhan ekonomi masih hanya tumbuh dibawah 3%. Adapun pertumbuhan ekonomi di kuartal I adalah sebesar 4,7%. Lalu untuk pertumbuhan ekonomi di kuartal II adalah sebesar 1,1%.

Kemudian untuk pertumbuhan ekonomi di kuartal III masih berada dikisaran 1,3%. Dan yang terakhir adalah pertumbuhan ekonomi di kuartal IV hanya tumbuh 2,4% sehinggar secara total tahun ini ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,3%.

"Skenario di kuartal I-2020 4,7% kemudian di kuartal II-2020 1,1% dan di kuartal III-2020 mencapai 1,3% dan kemudian meningkat di kuartal IV-2020 2,4%," katanya.

Menurut Perry, skenario tersebut merupakan merupakan arah yang paling berat. Sebab dengan skenario ini juga lah pemerintah bisa menyiapkan langkah-langkah kebijakan stimulus senilai Rp405,1 triliunagar defisit tidak melebar hingga 5,07%.

"Itu memang skenario berat yang dibahas dan disepakati bersama untuk menjadi acuan repson apa yang diperlukan lalu kenapa perlu stimulus fiskal dan defisit fiskal 5,07% PDB dan tambahan belanja fiskal Rp405,1 triliun dan antara lain untuk atasi biaya kesehatan sosial safety net dan pemulihan ekonomi," tandasnya.
(ant)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1343 seconds (0.1#10.140)