Catat Nih! Beda Hitungan Pertumbuhan Ekonomi Bank Dunia dengan Pemerintah

Selasa, 29 September 2020 - 14:58 WIB
loading...
Catat Nih! Beda Hitungan...
Beda perhitungan pertumbuhan ekonomi RI antara Bank Dunia dengan pemerintah. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pemerintah mengamini proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dilaporkan oleh Bank Dunia (World Bank) . Berdasarkan laporan Bank Dunia ekonomi RI diperkirakan terkoreksi minus 1,6-2,0% (year on year/yoy) tahun ini, sedangkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menghitung minus 0,6-1,7%.

Pertumbuhan negatif RI tersebut merupakan kontraksi kedua kali dalam dua dekade terakhir. Publikasi Bank Dunia ini sekaligus merevisi perkiraan Bank Dunia sebelumnya pada Bulan Juni 2020 sebesar 0,0%."Secara umum, outlook Bank Dunia ini masih sejalan dengan assessment pemerintah terkini yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam rentang -1,7% dan -0,6%," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu di Jakarta, Selasa (29/9/2020).



Di samping World Bank, beberapa institusi internasional lainnya juga telah menyampaikan outlook perekonomian Indonesia 2020 terkini, yakni Bank Pembangunan Asia (ADB) dengan perkirakan sebesar -1,0% , dan OECD sebesar -3,3% ."Bank Dunia menilai berbagai faktor akibat eskalasi pandemi Covid-19. Pemerintah memandang hal ini sebagai catatan dan masukan penting dalam upaya mendorong efektivitas implementasi dan evaluasi program pemulihan ekonomi nasional baik dalam penanganan pandemi maupun implementasi program-program dukungan pemerintah terhadap masyarakat dan dunia usaha," bebernya.



Dalam kesempatan yang sama, Vice President for East Asia and the Pacific at the World Bank Victoria Kwakwa mengatakan perlu adanya tindakan cepat untuk memastikan pandemi Covid-19 tidak menghambat pertumbuhan ekonomi dan melonjaknya tingkat kemiskinan di tahun-tahun mendatang. "Covid-19 tidak hanya menyerang orang miskin, tetapi juga menciptakan orang miskin baru. Kawasan ini dihadapkan pada serangkaian tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan pemerintah menghadapi pilihan yang sulit," tandasnya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1761 seconds (0.1#10.140)