Nilai Petani Turun 1,73%, SPI Minta Pemerintah Perluas Subsidi
loading...
A
A
A
Henry meneruskan, penurunan juga terjadi di petani yang menanam tanaman hortikultura. NTP hortikultura April 2020 turun menjadi 102.28 dari 103.50 di bulan sebelumnya. Penurunan Indeks Harga yang Diterima Petani disebakan turunnya harga berbagai komoditas pada kelompok sayur-sayuran (khususnya komoditas cabai merah dan cabai rawit) sebesar 1,71%.
"Dari basis SPI di Cibeureum, Bogor, Jawa Barat, harga tanaman sayuran mengalami penurunan seperti bayam, kangkung, sawi, dari yang biasanya harga per satu ikat (250 gram) Rp1.500, sebulan ini turun menjadi Rp1.000 per ikat," jelasnya.
"Lebih parah sayuran seperti kemangi, timun, kacang panjang sudah tidak laku terjual. Hal ini dampak dari rumah makan atau warung-warung seperti pecel lele tutup karena pandemi Covid-19, selain itu juga transaksi jual-beli di pasar tradisional terbatas," sambungnya.
Untuk itu, Henry menyampaikan, pemerintah harus memberi stimulus ke petani, memperluas subsidi pertanian yang sebelumnya hanya di sektor input hingga merata ke sektor output.
"Perluas subsidi pertanian, jangan hanya bantuan seperti pupuk yang belum tepat sasaran dan cenderung menumpuk, alihkan dan perluas ke jaminan harga pembelian yang menguntungkan bagi petani oleh pemerintah dengan mensubsidi ketika harga jual dari petani anjlok," katanya.
Henry selanjutnya menyarankan agar pemerintah melakukan penguatan kelembagaan koperasi petani untuk membeli produk petani dengan harga yang ditetapkan dan menguntungkan petani, serta menyalurkan pangan ke lembaga-lembaga pemerintah.
"Ini memotong rantai pasok distribusi bisa dilakukan dengan memaksimalkan peran Bulog, BUMN pangan dan koperasi petani untuk menampung logistik hasil panen. Koperasi Petani Indonesia (KPI) sebagai koperasinya SPI siap mengambil peran ini," tutupnya.
"Dari basis SPI di Cibeureum, Bogor, Jawa Barat, harga tanaman sayuran mengalami penurunan seperti bayam, kangkung, sawi, dari yang biasanya harga per satu ikat (250 gram) Rp1.500, sebulan ini turun menjadi Rp1.000 per ikat," jelasnya.
"Lebih parah sayuran seperti kemangi, timun, kacang panjang sudah tidak laku terjual. Hal ini dampak dari rumah makan atau warung-warung seperti pecel lele tutup karena pandemi Covid-19, selain itu juga transaksi jual-beli di pasar tradisional terbatas," sambungnya.
Untuk itu, Henry menyampaikan, pemerintah harus memberi stimulus ke petani, memperluas subsidi pertanian yang sebelumnya hanya di sektor input hingga merata ke sektor output.
"Perluas subsidi pertanian, jangan hanya bantuan seperti pupuk yang belum tepat sasaran dan cenderung menumpuk, alihkan dan perluas ke jaminan harga pembelian yang menguntungkan bagi petani oleh pemerintah dengan mensubsidi ketika harga jual dari petani anjlok," katanya.
Henry selanjutnya menyarankan agar pemerintah melakukan penguatan kelembagaan koperasi petani untuk membeli produk petani dengan harga yang ditetapkan dan menguntungkan petani, serta menyalurkan pangan ke lembaga-lembaga pemerintah.
"Ini memotong rantai pasok distribusi bisa dilakukan dengan memaksimalkan peran Bulog, BUMN pangan dan koperasi petani untuk menampung logistik hasil panen. Koperasi Petani Indonesia (KPI) sebagai koperasinya SPI siap mengambil peran ini," tutupnya.
(bon)