Joss! Indonesia Ekspor 16,65 Ton Kopi ke Australia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) , Kasan mengungkapkan, Kemendag mendukung penuh pengembangan ekspor kopi , khususnya dari Jawa Barat ke dunia. Adapun, pemerintah melepas ekspor 16,65 ton kopi arabika Java Preanger Jabarano senilai oleh Rp1,34 miliar oleh CV. Frinsa Agrolestari ke Australia
“Momentum pelepasan ekspor produk bernilai tambah ini sekaligus merupakan wujud konkret pemerintah bersama pelaku bisnis untuk terus berupaya menjaga keseimbangan neraca perdagangan. Diharapkan, pelaku bisnis terus berinovasi dan memanfaatkan peluang pasar yang ada di dalam dan luar negeri,” ujar Kasan di Jakarta, Sabtu (10/10/2020).
(Baca Juga: Nikmat, di Tengah Pandemi Industri Kopi Bisa Seruput Devisa USD211 Juta )
Direktur PPE Olvy menambahkan, guna memperluas pasar ekapor Indonesia, Kemendag berkomitmen memfasilitasi pelaku ekspor melalui perwakilan perdagangan yang ada di berbagai negara, termasuk Australia.
“Kemendag akan terus mendukung pelaku usaha untuk meningkatkan ekspornya. Diharapkan sinergi yang baik akan terus terjalin untuk melewati masa sulit pandemi ini dan meningkatkan ekspor guna menggerakkan roda perekonomian dan perdagangan Indonesia,” pungkas Olvy.
Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan kopi Indonesia pada periode Januari--Juli 2020, baik biji kopi (coffee beans) maupun olahan mengalami surplus sebesar USD 670,03 juta. Capaian tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir terbesar ke-7 kopi dunia dengan pangsa ekspor sebesar 4,05% pada 2019 setelah Brasil (14,02%), Jerman (8,74%), Vietnam (7,80%), Swiss (7,33%), Kolumbia (7,13%), dan Italia (4,88%).
(Baca Juga: Menunggu Asa Manis Biji Kopi Bintuni )
Adapun Jawa Barat memiliki potensi dan peluang peningkatan ekspor kopi. Ekspor kopi Jawa Barat periode Januari-Juli 2020 tercatat sebesar USD 3,26 juta atau meningkat 35,20% dibanding periode yang sama tahun 2019 yang tercatat USD 2,41 juta.
Saat ini, Jawa Barat menduduki peringkat ke-8 sebagai provinsi yang memiliki ekspor kopi utama Indonesia dengan pangsa ekspor sebesar 0,44 persen, setelah Provinsi Banten (32,08%), Lampung (22,98%), Sumatera Utara (22%), Jawa Timur (13,01%), dan Aceh (7,12%).
“Momentum pelepasan ekspor produk bernilai tambah ini sekaligus merupakan wujud konkret pemerintah bersama pelaku bisnis untuk terus berupaya menjaga keseimbangan neraca perdagangan. Diharapkan, pelaku bisnis terus berinovasi dan memanfaatkan peluang pasar yang ada di dalam dan luar negeri,” ujar Kasan di Jakarta, Sabtu (10/10/2020).
(Baca Juga: Nikmat, di Tengah Pandemi Industri Kopi Bisa Seruput Devisa USD211 Juta )
Direktur PPE Olvy menambahkan, guna memperluas pasar ekapor Indonesia, Kemendag berkomitmen memfasilitasi pelaku ekspor melalui perwakilan perdagangan yang ada di berbagai negara, termasuk Australia.
“Kemendag akan terus mendukung pelaku usaha untuk meningkatkan ekspornya. Diharapkan sinergi yang baik akan terus terjalin untuk melewati masa sulit pandemi ini dan meningkatkan ekspor guna menggerakkan roda perekonomian dan perdagangan Indonesia,” pungkas Olvy.
Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan kopi Indonesia pada periode Januari--Juli 2020, baik biji kopi (coffee beans) maupun olahan mengalami surplus sebesar USD 670,03 juta. Capaian tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir terbesar ke-7 kopi dunia dengan pangsa ekspor sebesar 4,05% pada 2019 setelah Brasil (14,02%), Jerman (8,74%), Vietnam (7,80%), Swiss (7,33%), Kolumbia (7,13%), dan Italia (4,88%).
(Baca Juga: Menunggu Asa Manis Biji Kopi Bintuni )
Adapun Jawa Barat memiliki potensi dan peluang peningkatan ekspor kopi. Ekspor kopi Jawa Barat periode Januari-Juli 2020 tercatat sebesar USD 3,26 juta atau meningkat 35,20% dibanding periode yang sama tahun 2019 yang tercatat USD 2,41 juta.
Saat ini, Jawa Barat menduduki peringkat ke-8 sebagai provinsi yang memiliki ekspor kopi utama Indonesia dengan pangsa ekspor sebesar 0,44 persen, setelah Provinsi Banten (32,08%), Lampung (22,98%), Sumatera Utara (22%), Jawa Timur (13,01%), dan Aceh (7,12%).
(akr)