Tahan Suku Bunga, BI Perlu Pertimbangkan Aliran Modal yang Masuk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keputusan Bank Indonesia yang menahan suku bunga sebesar 4% sudah sesuai perkiraan sejumlah ekonom. Menurut pengamat Ekonomi Piter Abdullah, BI perlu memberikan kesempatan bagi bank untuk menyesuaikan terhadap penurunan suku bunga acuan sebelumnya.
"Inflasi memang saat ini rendah dan tidak ada potensi terjadi lonjakan inflasi hingga akhir tahun," ungkap dia. ( Baca juga:Rupiah Sentuh Level Rp14.793 per USD, BI Sebut Masih Undervalue )
Artinya ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Tetapi BI harus juga mempertimbangkan aliran modal masuk dan kondisi nilai tukar. Meskipun dalam seminggu ini rupiah cukup mendapat support dan menguat, tetapi potensi pelemahan rupiah masih ada.
"Saya kira BI mempertimbangkan potensi tekanan terhadap rupiah apabila penurunan suku bunga acuan terlalu cepat. Jadi menurut saya sudah tepat," katanya.
Hingga 9 Oktober 2020, Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp667,6 triliun, terutama bersumber dari penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp496,8 triliun.
Sementara itu pada Juli-Agustus 2020, neraca perdagangan mencatat surplus USD5,57 miliar Dengan prospek surplus neraca transaksi berjalan tersebut dan surplus neraca finansial, secara keseluruhan neraca pembayaran pada triwulan III 2020 diprakirakan mengalami surplus. Meskipun, terdapat aliran dana asing keluar (net outflows) sebesar USD1,24 miliar. ( Baca juga:Bantah Lakukan Spionase, Taiwan Balik Tuding China Ciptakan Teror )
Adapun pada awal Oktober 2020, aliran masuk modal asing secara berangsur membaik sehingga per 9 Oktober 2020 tercatat net inflows sebesar USD0,33 miliar dolar AS.
"Inflasi memang saat ini rendah dan tidak ada potensi terjadi lonjakan inflasi hingga akhir tahun," ungkap dia. ( Baca juga:Rupiah Sentuh Level Rp14.793 per USD, BI Sebut Masih Undervalue )
Artinya ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Tetapi BI harus juga mempertimbangkan aliran modal masuk dan kondisi nilai tukar. Meskipun dalam seminggu ini rupiah cukup mendapat support dan menguat, tetapi potensi pelemahan rupiah masih ada.
"Saya kira BI mempertimbangkan potensi tekanan terhadap rupiah apabila penurunan suku bunga acuan terlalu cepat. Jadi menurut saya sudah tepat," katanya.
Hingga 9 Oktober 2020, Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp667,6 triliun, terutama bersumber dari penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp496,8 triliun.
Sementara itu pada Juli-Agustus 2020, neraca perdagangan mencatat surplus USD5,57 miliar Dengan prospek surplus neraca transaksi berjalan tersebut dan surplus neraca finansial, secara keseluruhan neraca pembayaran pada triwulan III 2020 diprakirakan mengalami surplus. Meskipun, terdapat aliran dana asing keluar (net outflows) sebesar USD1,24 miliar. ( Baca juga:Bantah Lakukan Spionase, Taiwan Balik Tuding China Ciptakan Teror )
Adapun pada awal Oktober 2020, aliran masuk modal asing secara berangsur membaik sehingga per 9 Oktober 2020 tercatat net inflows sebesar USD0,33 miliar dolar AS.
(uka)