Beda dengan Krisis 98 dan 2008, Ekonomi Global Jadi Sulit Cepat Pulih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hampir semua negara di dunia akan mengalami kontraksi. Rentang proyeksi pertumbuhan ekonomi global berada di kisaran -5% sampai -4% di tahun 2020, terburuk dalam 80 tahun terakhir.
Diperkirakan ekonomi global hanya akan rebound secara parsial ke kisaran 3% sampai 4% di 2021. "Namun, proyeksi pertumbuhan 2021 diwarnai ketidakpastian yang tinggi karena tahun depan tampaknya masih akan disertai flukutuasi bisnis yang tajam, dan pemulihan yang tidak merata antar-negara," ujar Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean saat dihubungi di Jakarta, Kamis (22/10/2020).
Prospek lambatnya pemulihan ekonomi global, menurut dia, terjadi karena krisis kali ini memiliki perbedaan dengan dua krisis sebelumnya, paling tidak dalam tiga aspek. Pertama, ada tidaknya faktor penyeimbang pertumbuhan global. ( Baca juga:Waspada Gejolak Ekonomi Global, BI Tahan Suku Bunga Acuan Tetap 4% )
Di tahun 1998 ketika terjadi krisis Asia dan tahun 2008 krisis di wilayah trans Atlantik, namun masih ada wilayah dunia yang saat itu tidak terkena krisis sehingga masih bisa berperan sebagai penyeimbang pertumbuhan global.
"Tapi di tahun 2020 dunia tidak memiliki elemen penyeimbang karena seluruh dunia tanpa terkecuali, terkena krisis," sebut dia.
Adrian memaparkan, di tahun 1998 dan 2008 krisis yang terjadi lebih bersifat finansial dan ekonomi, dan bias ke arah kejutan permintaan. Tetapi pada tahun 2020, krisis yang terjadi dipicu oleh faktor kesehatan atau pandemi Covid-19 yang kemudian menyebabkan terhentinya mobilitas manusia dan goncangan ekonomi sebagai akibat kejutan di sisi penawaran dan permintaan secara simultan. ( Baca juga:Sebelum Fernandinho, Sudah Lima Pemain Man City Cedera )
Bila dalam krisis tahun 1998 dan 2008 negative spillovers yang bersifat wilayah terbantu oleh penyelesaian yang berkerangka regional, maka di 2020 negative spillovers yang bersifat global belum memiliki solusi berkerangka global.
"Proses pengembangan vaksin yang tidak diwarnai oleh kerja sama global secara erat adalah contohnya. Dengan perbedaan ini, sulit untuk membayangkan sebuah skenario pemulihan ekonomi yang akan berlangsung secara cepat," sebut dia.
Diperkirakan ekonomi global hanya akan rebound secara parsial ke kisaran 3% sampai 4% di 2021. "Namun, proyeksi pertumbuhan 2021 diwarnai ketidakpastian yang tinggi karena tahun depan tampaknya masih akan disertai flukutuasi bisnis yang tajam, dan pemulihan yang tidak merata antar-negara," ujar Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean saat dihubungi di Jakarta, Kamis (22/10/2020).
Prospek lambatnya pemulihan ekonomi global, menurut dia, terjadi karena krisis kali ini memiliki perbedaan dengan dua krisis sebelumnya, paling tidak dalam tiga aspek. Pertama, ada tidaknya faktor penyeimbang pertumbuhan global. ( Baca juga:Waspada Gejolak Ekonomi Global, BI Tahan Suku Bunga Acuan Tetap 4% )
Di tahun 1998 ketika terjadi krisis Asia dan tahun 2008 krisis di wilayah trans Atlantik, namun masih ada wilayah dunia yang saat itu tidak terkena krisis sehingga masih bisa berperan sebagai penyeimbang pertumbuhan global.
"Tapi di tahun 2020 dunia tidak memiliki elemen penyeimbang karena seluruh dunia tanpa terkecuali, terkena krisis," sebut dia.
Adrian memaparkan, di tahun 1998 dan 2008 krisis yang terjadi lebih bersifat finansial dan ekonomi, dan bias ke arah kejutan permintaan. Tetapi pada tahun 2020, krisis yang terjadi dipicu oleh faktor kesehatan atau pandemi Covid-19 yang kemudian menyebabkan terhentinya mobilitas manusia dan goncangan ekonomi sebagai akibat kejutan di sisi penawaran dan permintaan secara simultan. ( Baca juga:Sebelum Fernandinho, Sudah Lima Pemain Man City Cedera )
Bila dalam krisis tahun 1998 dan 2008 negative spillovers yang bersifat wilayah terbantu oleh penyelesaian yang berkerangka regional, maka di 2020 negative spillovers yang bersifat global belum memiliki solusi berkerangka global.
"Proses pengembangan vaksin yang tidak diwarnai oleh kerja sama global secara erat adalah contohnya. Dengan perbedaan ini, sulit untuk membayangkan sebuah skenario pemulihan ekonomi yang akan berlangsung secara cepat," sebut dia.
(uka)