Ekonom Ini Nilai Kebijakan Joe Biden Lebih Market Friendly

Selasa, 03 November 2020 - 13:59 WIB
loading...
Ekonom Ini Nilai Kebijakan Joe Biden Lebih Market Friendly
Ekonom menilai kebijakan kandidat Presiden AS Joe Biden lebih ramah terhadap pasar ketimbang saingannya, Presiden Donald Trump. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Saat ini mata dunia tengah tertuju pada pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) antara petahana Donald Trump dan penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden . Pasalnya, siapapun yang terpilih akan sangat mempengaruhi ekonomi dan pasar saham di dunia.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, dari kedua kandidat tersebut, pelaku pasar lebih cenderung memilih Joe Biden. Sebab, dari segi kebijakan stimulus, Joe Biden diyakini akan mengeluarkan stimulus lebih besar dibandingkan Donald Trump.

(Baca Juga: Mayoritas Warga Israel Ingin Trump Menang Pilpres AS)

"Jika dilihat dari yang ditawarkan saat debat, kebijakan Joe Biden lebih market friendly dibandingkan oleh Trump" katanya dalam Market Review IDX Channel, Selasa (3/11/2020).

Ia menambahkan, ketika Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS, ada kebijakan yang mendukung pelaku pasar dan ada juga yang tidak. Hal ini menurutnya menimbulkan ketidakpastian pada pelaku pasar. "Sejak 2017 kebijakan trump suka berubah-ubah sehingga membingungkan pasar," jelasnya.

(Infografis: Capres Resmi Partai Demokrat dalam Pilpres AS, Siapakah Joe Biden?)

Sebelumnya, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga mengatakan bahwa pilpres AS sangat mempengaruhi pasar dan ekonomi dunia. Jika pemilu berjalan dengan baik, dia meyakini ini akan memberikan efek positif pada indeks harga saham.

"Siapa pun yang terpilih nanti akan mempengaruhi saham-saham yang ada di dunia termasuk pasar saham di Tanah Air," terangnya.

(Baca Juga: Kubu Trump Klaim Kemenangan Dini Pilpres AS, Tuduh Biden Coba Mencurinya)

Selain itu, kata dia, pasar juga menunggu stimulus fiskal yang tertundah akibat pemilu. Seandainya terjadi konflik pemil,u maka stimulus tersebut akan tertunda lagi, sehingga akan menekan perekonomian dan berdampak pada pasar. "Stimulus ini sangat dibutuh oleh perekonomian di AS," tandasnya.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1976 seconds (0.1#10.140)