Cicit Pendiri John Lewis Partnership Lempar Handuk
loading...
A
A
A
JAKARTA - John Lewis Partnership, perusahaan ritel ternama asal Inggris , melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 1.500 karyawannya. Langkah itu merupakan upaya perusahaan untuk menghasilkan penghematan tahunan hingga 300 juta pound (Rp5,6 triliun). ( Baca juga:Pengusaha dan Buruh bak Berbalas 'Pantun' Soal Upah 2021 )
Pemangkasan akan dilakukan di dua kantor pusat John Lewis di London dan Bracknell, tempat perusahaan mempekerjakan sekitar 5.000 karyawan. PHK akan dilakukan dalam dua tahap, yang pertama akan segera dimulai dan yang kedua ditargetkan selesai pada April 2021.
“Ini untuk menciptakan bisnis yang berkembang dan berkelanjutan di masa depan, untuk mencapai hal itu kami harus gesit dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan pelanggan kami,” ujar Chairman John Lewis Partnership, Sharon White dikutip dari The Guardian pada Kamis (5/11/2020).
Sebelumnya, perusahaan telah mem-PHK 1.300 karyawan ketika John Lewis menutup delapan department store besar tahun ini. Perusahaan telah menetapkan rencana pemulihan bisnis lima tahun ke depan, sama seperti yang dilakukan peritel lain yang juga terdampak pandemi Covid-19.
Pada September lalu, John Lewis memberi tahu staf bahwa mereka tidak akan menerima bonus untuk pertama kalinya sejak 1953, setelah perusahaan mengalami kerugian sebesar 635 juta pound (Rp11 triliun) sejak awal tahun hingga Juli. ( Baca juga:Komisi IX Klaim Masih Terima Keluhan soal Pelatihan Kartu Prakerja )
Perusahaan akan mencarikan pekerjaan alternatif bagi karyawan terdampak PHK. Sementara itu, Patrick Lewis (Direktur Keuangan John Lewis)--cicit dari pendiri John Lewis dan satu-satunya anggota keluarga yang masih bekerja untuk perusahaan--akan segera mengundurkan diri setelah 26 tahun.
Pemangkasan akan dilakukan di dua kantor pusat John Lewis di London dan Bracknell, tempat perusahaan mempekerjakan sekitar 5.000 karyawan. PHK akan dilakukan dalam dua tahap, yang pertama akan segera dimulai dan yang kedua ditargetkan selesai pada April 2021.
“Ini untuk menciptakan bisnis yang berkembang dan berkelanjutan di masa depan, untuk mencapai hal itu kami harus gesit dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan pelanggan kami,” ujar Chairman John Lewis Partnership, Sharon White dikutip dari The Guardian pada Kamis (5/11/2020).
Sebelumnya, perusahaan telah mem-PHK 1.300 karyawan ketika John Lewis menutup delapan department store besar tahun ini. Perusahaan telah menetapkan rencana pemulihan bisnis lima tahun ke depan, sama seperti yang dilakukan peritel lain yang juga terdampak pandemi Covid-19.
Pada September lalu, John Lewis memberi tahu staf bahwa mereka tidak akan menerima bonus untuk pertama kalinya sejak 1953, setelah perusahaan mengalami kerugian sebesar 635 juta pound (Rp11 triliun) sejak awal tahun hingga Juli. ( Baca juga:Komisi IX Klaim Masih Terima Keluhan soal Pelatihan Kartu Prakerja )
Perusahaan akan mencarikan pekerjaan alternatif bagi karyawan terdampak PHK. Sementara itu, Patrick Lewis (Direktur Keuangan John Lewis)--cicit dari pendiri John Lewis dan satu-satunya anggota keluarga yang masih bekerja untuk perusahaan--akan segera mengundurkan diri setelah 26 tahun.
(uka)