Gairahkan Pariwisata Bali, Pemerintah Dorong Sertifikasi Protokol Kesehatan
loading...
A
A
A
BALI - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus mendorong pelaku industri hotel dan restoran di berbagai destinasi dalam negeri untuk melakukan sertifikasi protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability). Hal tersebut penting untuk menggairahkan kembali sektor pariwisata yang terdampak Pandemi Covid-19.
Koordinator Pemasaran Pariwisata Regional I Area III Kemenparekraf Bulqis Chairina mengatakan, saat ini kepemilikan sertifikasi CHSE sangat penting untuk pelaku usaha hotel dan restoran untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan dalam mengakselerasi pemulihan industri pariwisata domestik.
"Kebijakan sebenarnya bukan hanya Bali, Tapi seluruh INDONESIA. Kita punya kita program yaitu sosialisasi dan sertifikasi CHSE. Karena memang jaid satu kegiatan kemenpar," ucapnya pada acara "Perjalanan Wisata Pengenalan" yang beerja sama dengan PT AirAsia Indonesia di Seminyak, Bali (16/11/2020).
(Baca Juga: RUU Minol, DPRD Bali Sebut Berpotensi Rugikan Pariwisata)
Dia mencatat, saat ini baru ada 1.000 hotel dan restoran di berbagai destinasi Tanah Air yang telah mengantongi sertifikat protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability) per November 2020. Menyusul ketatnya tahap uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat tersebut
"Informasi terakhir bulan ini yang kami dapatkan itu ada 5.000 peserta yang ikut berpartisipasi di kegiatan sosialisasi CHSE. Tetapi dengan adanya assesmen dan pengujian, itu ada 1000 yang dinyatakan untuk lolos ya," terangnya.
Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen untuk aktif mensosialisasikan protokol kesehatan CHSE bagi pelaku usaha industri hotel dan restoran di dalam negeri. Guna kembali menggeliatkan industri pariwisata dalam negeri yang mati suri.
"Kita menyadari ya pada saat pandemi ini khususnya (pariwisata) agak menurun ya. Tetapi pemerintah khususnya Kementerian Pariwisata mencoba untuk sama-sama membantu industri pariwisata dengan sosialisasi protokol CHSE," tutupnya.
Kondisi Pariwisata di Provinsi Bali perlahan mulai bangkit. Kondisi itu ditandai dengan masih adanya reservasi yang dilakukan turis dalam dan luar negeri. Meski tidak segencar dimasa sebelum pandemi, tapi masih ada harapan Bali bisa bangkit dengan cepat.
Assistant Relation Guest Manager Hotel Alila, Karangasem, Nyoman Ayu Puspita Dewi mengatakan, saat ini pihaknya fokus beralih pada wisatawan domestik. Hotel Alila merupakan salah satu Hotel di Kabupaten Karangasem yang dominan melayani turis-turis dari Australia dan Eropa.
"Tapi kondisi Pandemi Covid-19, turis Eropa maupun Australia bisa dibilang sangat sedikit. Makanya kita gencar mendorong domestik wisatawan dengan memberikan berbagai promo dan potongan menarik," ujarnya.
Sejak pandemi Covid-19 berimbas pada sektor wisata Bali, hampir semua pelaku pariwisata mengalami kevakuman. Pemandu wisata misalnya, ada yang pulang kampung, beralih usaha menjadi petani hingga ikut program padat karya yang dilaksanakan pemerintah pusat.
(Baca Juga: Lezatnya Bebek Timbungan yang Mengusung Resep Kerajaan Bali)
Pemandu wisata Bali, I Wayan Susapta yang menggeluti dunia pemandu wisata lebih dari 20 tahun mengatakan, semua pelaku usaha sektor wisata Bali merasakan dampak buruk di masa Pandemi Covid-19. Kondisi tersebut lebih buruk sejak tragedi Bom Bali pada 2002 silam. "Ini yang terparah kami rasakan. Kalau kejadian Bom Bali kita bisa pulih cepat. Namun sejak kondisi Pandemi Covid-19 merata di semua tempat di Bali," ujarnya.
Alhasil profesi pemandu seperti Wayan harus banting setir. "Saya beryukur karena masih jualan sembako. Tapi teman-teman yang lain ada yang serabutan sampai ikut program padat karya tunai, dan itu cukup membantu bagi kami. Sebagian lainnya banyak yang pulang kampung, terutama pemandu muda-mudi," ucapnya.
Wayan berharap apapun program pemerintah di Bali harus didukung oleh semua sektor pariwisata Bali. Sebab dengan begitu tingkat kepercayaan masyarakat juga semakin tinggi untuk datang ke Bali. "Makanya setiap hotel dan tempat wisata di Bali itu ketat dalam pelaksanaan protokol kesehatan," pungkas Wayan.
Koordinator Pemasaran Pariwisata Regional I Area III Kemenparekraf Bulqis Chairina mengatakan, saat ini kepemilikan sertifikasi CHSE sangat penting untuk pelaku usaha hotel dan restoran untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan dalam mengakselerasi pemulihan industri pariwisata domestik.
"Kebijakan sebenarnya bukan hanya Bali, Tapi seluruh INDONESIA. Kita punya kita program yaitu sosialisasi dan sertifikasi CHSE. Karena memang jaid satu kegiatan kemenpar," ucapnya pada acara "Perjalanan Wisata Pengenalan" yang beerja sama dengan PT AirAsia Indonesia di Seminyak, Bali (16/11/2020).
(Baca Juga: RUU Minol, DPRD Bali Sebut Berpotensi Rugikan Pariwisata)
Dia mencatat, saat ini baru ada 1.000 hotel dan restoran di berbagai destinasi Tanah Air yang telah mengantongi sertifikat protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability) per November 2020. Menyusul ketatnya tahap uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat tersebut
"Informasi terakhir bulan ini yang kami dapatkan itu ada 5.000 peserta yang ikut berpartisipasi di kegiatan sosialisasi CHSE. Tetapi dengan adanya assesmen dan pengujian, itu ada 1000 yang dinyatakan untuk lolos ya," terangnya.
Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen untuk aktif mensosialisasikan protokol kesehatan CHSE bagi pelaku usaha industri hotel dan restoran di dalam negeri. Guna kembali menggeliatkan industri pariwisata dalam negeri yang mati suri.
"Kita menyadari ya pada saat pandemi ini khususnya (pariwisata) agak menurun ya. Tetapi pemerintah khususnya Kementerian Pariwisata mencoba untuk sama-sama membantu industri pariwisata dengan sosialisasi protokol CHSE," tutupnya.
Kondisi Pariwisata di Provinsi Bali perlahan mulai bangkit. Kondisi itu ditandai dengan masih adanya reservasi yang dilakukan turis dalam dan luar negeri. Meski tidak segencar dimasa sebelum pandemi, tapi masih ada harapan Bali bisa bangkit dengan cepat.
Assistant Relation Guest Manager Hotel Alila, Karangasem, Nyoman Ayu Puspita Dewi mengatakan, saat ini pihaknya fokus beralih pada wisatawan domestik. Hotel Alila merupakan salah satu Hotel di Kabupaten Karangasem yang dominan melayani turis-turis dari Australia dan Eropa.
"Tapi kondisi Pandemi Covid-19, turis Eropa maupun Australia bisa dibilang sangat sedikit. Makanya kita gencar mendorong domestik wisatawan dengan memberikan berbagai promo dan potongan menarik," ujarnya.
Sejak pandemi Covid-19 berimbas pada sektor wisata Bali, hampir semua pelaku pariwisata mengalami kevakuman. Pemandu wisata misalnya, ada yang pulang kampung, beralih usaha menjadi petani hingga ikut program padat karya yang dilaksanakan pemerintah pusat.
(Baca Juga: Lezatnya Bebek Timbungan yang Mengusung Resep Kerajaan Bali)
Pemandu wisata Bali, I Wayan Susapta yang menggeluti dunia pemandu wisata lebih dari 20 tahun mengatakan, semua pelaku usaha sektor wisata Bali merasakan dampak buruk di masa Pandemi Covid-19. Kondisi tersebut lebih buruk sejak tragedi Bom Bali pada 2002 silam. "Ini yang terparah kami rasakan. Kalau kejadian Bom Bali kita bisa pulih cepat. Namun sejak kondisi Pandemi Covid-19 merata di semua tempat di Bali," ujarnya.
Alhasil profesi pemandu seperti Wayan harus banting setir. "Saya beryukur karena masih jualan sembako. Tapi teman-teman yang lain ada yang serabutan sampai ikut program padat karya tunai, dan itu cukup membantu bagi kami. Sebagian lainnya banyak yang pulang kampung, terutama pemandu muda-mudi," ucapnya.
Wayan berharap apapun program pemerintah di Bali harus didukung oleh semua sektor pariwisata Bali. Sebab dengan begitu tingkat kepercayaan masyarakat juga semakin tinggi untuk datang ke Bali. "Makanya setiap hotel dan tempat wisata di Bali itu ketat dalam pelaksanaan protokol kesehatan," pungkas Wayan.
(fai)