BI Diramal Bakal Menurunkan Suku Bunga Acuannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemulihan ekonomi global mendorong peningkatan beberapa indikator dini bulan September 2020, seperti mobilitas masyarakat global, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur dan Jasa di beberapa negara, serta keyakinan konsumen di AS dan kawasan Eropa.
Berlanjutnya perbaikan ekonomi global didorong oleh berkurangnya penyebaran Covid19, meningkatnya mobilitas masyarakat, dan berlanjutnya stimulus kebijakan.
( Baca juga:Cerita Dilema Sri Mulyani Hadapi Krisis Ekonomi RI di Tengah Pandemi )
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, kondisi global yang kondusif akan memberikan ruang bagi Bank Indonesia(BI) untuk melonggarkan kebijakan moneter.
"Namun BI juga lihat kondisi lain, khususnya inflasi. Untuk inflasi tahun ini kemungkinan bisa di angka 1%-2%. Sedangkan tahun depan inflasi diperkirakan tinggi tapi masih dalam kisaran 3,5% karena kemungkinan mulai meningkatnya demand dan ekonomi yang pulih," beber dia di Jakarta, Rabu (18/11/2020).
Sementara itu, penguatan rupiah juga membuat confiden Bank Indonesia. Tahun depan, menurut Piter akan ada penurunan suku bunga BI 7 day repo rate sampai 50 bps pada semester I.
( Baca juga:Sejarah Asal Mula UFC yang Mendunia hingga Kemunculan Khabib )
Namun di semester II 2020 bank sentral akan kembali menahan suku bunga tetap rendah di angka 3,5% "Aliran modal yang masuk diperkuat neraca dagang yang surplus. Sehingga ini akan semakin memperkuat neraca pembayaran kita dan dapat mendorong penguatan rupiah. Tahun depan rupiah ada kemungkinan berpotensi menguat," jelas dia.
Berlanjutnya perbaikan ekonomi global didorong oleh berkurangnya penyebaran Covid19, meningkatnya mobilitas masyarakat, dan berlanjutnya stimulus kebijakan.
( Baca juga:Cerita Dilema Sri Mulyani Hadapi Krisis Ekonomi RI di Tengah Pandemi )
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, kondisi global yang kondusif akan memberikan ruang bagi Bank Indonesia(BI) untuk melonggarkan kebijakan moneter.
"Namun BI juga lihat kondisi lain, khususnya inflasi. Untuk inflasi tahun ini kemungkinan bisa di angka 1%-2%. Sedangkan tahun depan inflasi diperkirakan tinggi tapi masih dalam kisaran 3,5% karena kemungkinan mulai meningkatnya demand dan ekonomi yang pulih," beber dia di Jakarta, Rabu (18/11/2020).
Sementara itu, penguatan rupiah juga membuat confiden Bank Indonesia. Tahun depan, menurut Piter akan ada penurunan suku bunga BI 7 day repo rate sampai 50 bps pada semester I.
( Baca juga:Sejarah Asal Mula UFC yang Mendunia hingga Kemunculan Khabib )
Namun di semester II 2020 bank sentral akan kembali menahan suku bunga tetap rendah di angka 3,5% "Aliran modal yang masuk diperkuat neraca dagang yang surplus. Sehingga ini akan semakin memperkuat neraca pembayaran kita dan dapat mendorong penguatan rupiah. Tahun depan rupiah ada kemungkinan berpotensi menguat," jelas dia.
(uka)