Tahun Depan Pasar Minyak Sawit Masih Belum Encer
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi pasar crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah belum pulih 100% di tahun depan. Kendati pandemi Covid-19 tidak berdampak terlalu signifikan terhadap industri sawit, namun sejumlah faktor seperti perubahan perilaku konsumen dan harga komoditas minyak sawit menjadi penentu di tahun depan.
"Tahun depan mungkin belum 100% pulih karena new normal akan terjadi beberapa perubahan perilaku dalam konsumsi dan lainnya," ujar Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam jumpa pers virtual, Jumat (20/11/2020). ( Baca juga:IPOC ke-16 Bahas Strategi Industri Sawit di Era New Normal )
Menurut Joko, pasar masih akan menyesuaikan diri dengan kondisi new normal. Sementara konsumsi di dalam negeri terjadi peningkatan terutama untuk oleokimia.
"Perilaku hidup bersih akan menjadi tren. Dan yang perlu di-highlight tahun ini adalah konsumsi oleokimia dalam negeri meningkat," imbuhnya.
Joko melanjutkan, untuk di dalam negeri, pemerintah terlihat konsisten dengan kebijakan program biodiesel. Menurut dia, kebijakan itu menjadi andalan bagi Indonesia untuk mengendalikan pasokan dan permintaan di tahun depan.
Dia juga menyoroti implementasi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja di tahun depan yang diharapkan bisa memberikan dukungan kepada industri sawit. "Mestinya industri ini bisa mendapatkan dukungan yang lebih baik melalui implementasi UU Cipta Kerja. Saya pikir ini sangat challenging dan perlu koordinasi sinergi dengan semua pihak," tuturnya. ( Baca juga:Bongkar Baliho dan Spanduk Habib Rizieq di Jakarta Barat, Polisi Kerahkan 300 Personel )
Adapun strategi yang akan dilakukan oleh pelaku usaha industri sawit tahun depan adalah menjaga operasional berjalan normal.
Sebagai catatan, pada September 2020, kinerja ekspor minyak sawit sebesar 2,76 juta ton atau naik sekitar 3% dari Agustus yang sebesar 2,68 juta ton. Sejak Januari hingga September 2020, ekspor produk minyak sawit Indonesia sudah mencapai 24,08 juta ton.
Sementara nilai ekspor produk sawit pada September mencapai USD1,87 miliar naik 10% dibandingkan dengan nilai ekspor Agustus sebesar USD1,69 miliar. Secara YoY, nilai ekspor produk sawit sepanjang Januari-September 2020 mencapai USD15,49 miliar, lebih besar dari tahun 2019 sebesar USD14,45 miliar.
"Tahun depan mungkin belum 100% pulih karena new normal akan terjadi beberapa perubahan perilaku dalam konsumsi dan lainnya," ujar Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam jumpa pers virtual, Jumat (20/11/2020). ( Baca juga:IPOC ke-16 Bahas Strategi Industri Sawit di Era New Normal )
Menurut Joko, pasar masih akan menyesuaikan diri dengan kondisi new normal. Sementara konsumsi di dalam negeri terjadi peningkatan terutama untuk oleokimia.
"Perilaku hidup bersih akan menjadi tren. Dan yang perlu di-highlight tahun ini adalah konsumsi oleokimia dalam negeri meningkat," imbuhnya.
Joko melanjutkan, untuk di dalam negeri, pemerintah terlihat konsisten dengan kebijakan program biodiesel. Menurut dia, kebijakan itu menjadi andalan bagi Indonesia untuk mengendalikan pasokan dan permintaan di tahun depan.
Dia juga menyoroti implementasi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja di tahun depan yang diharapkan bisa memberikan dukungan kepada industri sawit. "Mestinya industri ini bisa mendapatkan dukungan yang lebih baik melalui implementasi UU Cipta Kerja. Saya pikir ini sangat challenging dan perlu koordinasi sinergi dengan semua pihak," tuturnya. ( Baca juga:Bongkar Baliho dan Spanduk Habib Rizieq di Jakarta Barat, Polisi Kerahkan 300 Personel )
Adapun strategi yang akan dilakukan oleh pelaku usaha industri sawit tahun depan adalah menjaga operasional berjalan normal.
Sebagai catatan, pada September 2020, kinerja ekspor minyak sawit sebesar 2,76 juta ton atau naik sekitar 3% dari Agustus yang sebesar 2,68 juta ton. Sejak Januari hingga September 2020, ekspor produk minyak sawit Indonesia sudah mencapai 24,08 juta ton.
Sementara nilai ekspor produk sawit pada September mencapai USD1,87 miliar naik 10% dibandingkan dengan nilai ekspor Agustus sebesar USD1,69 miliar. Secara YoY, nilai ekspor produk sawit sepanjang Januari-September 2020 mencapai USD15,49 miliar, lebih besar dari tahun 2019 sebesar USD14,45 miliar.
(uka)