Seperti ini Strategi Penguasa Pasar di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
Mengutip penjelasan John D. Ramirez Jr dari Florida Orthopedic Institute, bahwa tungau dapat menyebabkan penyakit kulit seperti eksim, sementara kotoran dari tungau menjadi faktor utama timbulnya alergi. Selain alergi, kasur berusia tua juga dapat menyebabkan asma dan rasa nyeri pada leher dan punggung.
Sementara menurut Asosiasi Produk Tidur Internasional (The Better Sleep Council) pemakaian kasur maksimal idealnya adalah tujuh sampai sepuluh tahun lamanya. Lebih dari itu, baiknya sudah harus mengganti dengan kasur yang baru.
Selain usia pemakaian kasur, pemilihan jenis kasur ternyata juga tidak kalah penting untuk diperhatikan. Pilihan kasur biasanya beragam disesuaikan dengan kondisi tubuh dan kebutuhan. Misalnya, orang dengan postur tubuh yang besar atau memiliki masalah pada tulang punggung lebih cocok menggunakan kasur dengan feel yang lebih keras.
Tidur malam merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. Kita menghabiskan sepertiga dari hidup untuk tidur, dan tidur yang sehat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup.
Matras yang baik dan berkualitas akan memberikan lingkungan yang sehat dan tempat untuk beristirahat yang dapat mendukung terjadinya regenerasi sel didalam tubuh dan kesehatan mental. “Sehingga setelah bangun akan dapat memperoleh kembali tenaga untuk menjalankan aktifitas di siang hari.” ujar Mukti Argo selaku Group Brand Manager DAP.
Di tengah pandemi, tidak semua perusahaan yang bergerak di bisnis furniture mampu mendulang laba. PT Chitose Internasional Tbk, emiten dengan kode CINT ini dalam sembilan bulan pertama tahun 2020 membukukan rugi bersih Rp 361,84 juta hingga akhir September lalu.
Padahal pada semester I-2020, CINT masih mencatatkan laba tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 1,21 miliar. Hingga kuartal III-2019 pun, Chitose masih mencetak laba bersih sebesar Rp 981,93 juta.
Pendapatan perusahan juga turun hingga 20% di sembilan bulan pertama tahun ini. Pendapatan produsen furnitur ini tercatat hanya Rp 200,24 miliar. Penurunan ini terjadi karena penjualan CINT secara lokal anjlok sampai 24,86% yoy menjadi Rp 186,17 miliar.
Emiten lainnya yang bergerak di bisnis furniture, PT Gema Grahasarana Tbk (GEMA) juga turut mencatatkan penurunan penjualan sebesar 14,5% yoy menjadi Rp 428,06 miliar. Adapun laba neto tahun berjalan GEMA merosot hingga 87,6% yoy menjadi hanya Rp 1,85 miliar dari sebelumnya Rp 15,07 miliar di semester I 2019.
Sementara menurut Asosiasi Produk Tidur Internasional (The Better Sleep Council) pemakaian kasur maksimal idealnya adalah tujuh sampai sepuluh tahun lamanya. Lebih dari itu, baiknya sudah harus mengganti dengan kasur yang baru.
Selain usia pemakaian kasur, pemilihan jenis kasur ternyata juga tidak kalah penting untuk diperhatikan. Pilihan kasur biasanya beragam disesuaikan dengan kondisi tubuh dan kebutuhan. Misalnya, orang dengan postur tubuh yang besar atau memiliki masalah pada tulang punggung lebih cocok menggunakan kasur dengan feel yang lebih keras.
Tidur malam merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. Kita menghabiskan sepertiga dari hidup untuk tidur, dan tidur yang sehat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup.
Matras yang baik dan berkualitas akan memberikan lingkungan yang sehat dan tempat untuk beristirahat yang dapat mendukung terjadinya regenerasi sel didalam tubuh dan kesehatan mental. “Sehingga setelah bangun akan dapat memperoleh kembali tenaga untuk menjalankan aktifitas di siang hari.” ujar Mukti Argo selaku Group Brand Manager DAP.
Di tengah pandemi, tidak semua perusahaan yang bergerak di bisnis furniture mampu mendulang laba. PT Chitose Internasional Tbk, emiten dengan kode CINT ini dalam sembilan bulan pertama tahun 2020 membukukan rugi bersih Rp 361,84 juta hingga akhir September lalu.
Padahal pada semester I-2020, CINT masih mencatatkan laba tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 1,21 miliar. Hingga kuartal III-2019 pun, Chitose masih mencetak laba bersih sebesar Rp 981,93 juta.
Pendapatan perusahan juga turun hingga 20% di sembilan bulan pertama tahun ini. Pendapatan produsen furnitur ini tercatat hanya Rp 200,24 miliar. Penurunan ini terjadi karena penjualan CINT secara lokal anjlok sampai 24,86% yoy menjadi Rp 186,17 miliar.
Emiten lainnya yang bergerak di bisnis furniture, PT Gema Grahasarana Tbk (GEMA) juga turut mencatatkan penurunan penjualan sebesar 14,5% yoy menjadi Rp 428,06 miliar. Adapun laba neto tahun berjalan GEMA merosot hingga 87,6% yoy menjadi hanya Rp 1,85 miliar dari sebelumnya Rp 15,07 miliar di semester I 2019.
(eko)