Nyalakan Tanda Bahaya! Pakai Bensin Premium Bisa Bikin Anda 'Mengkis-mengkis' Sebelum Waktunya

Rabu, 25 November 2020 - 17:50 WIB
loading...
Nyalakan Tanda Bahaya!...
Petugas SPBU bersiap mengisi bahan bakar jenis Pertalite ke tangki kendaraan konsumen di SPBU di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. FOTO/SINDOnews/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Sudah saatnya masyarakat meninggalkan BBM kualitas rendah seperti Premium karena berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Koordinator Indonesia Energy Watch (IEW) Adnan Rarasina mengatakan, selain dapat mengganggu lingkungan, BBM oktan rendah seperti premium akan membuat pembakaran di dalam mesin kendaraan menjadi tidak sempurna.

Hal itu terjadi, kata Adnan, karena terbakarnya BBM di dalam ruang bakar hanya hanya karena tekanan mesin bukan karena percikan api dari busi.Akibatnya, selain menjadikan mesin mengelitik juga membuat banyak BBM terbuang dan menjadi emisi hidrokarbon, karbon monoksida (CO), dan nitrogen dioksida melalui knalpot. "Bahaya BBM beroktan rendah seperti Premium akan mencemari lingkungan, yang pada ujungnya akan berdampak pula pada kesehatan manusia," ungkap Adnan ketika dihubungi, Selasa (24/11/2020).



Apalagi di jalanan yang padat kendaraan. Adanan menilai hal itu akan berisiko menyebabkan gangguan pernafasan.
Karena itu, langkah pemerintah bersama Pertamina mendorong penggunaan bahan bakar ron tinggi, seperti Pertamax, sangat bagus untuk mengurus dampak buruk polusi. Pengunaan BBM ron tinggi, seperti Pertamax, kata dia, maka risiko pencemaran lingkungan yang hilirnya berdampak pula pada kesehatan manusia akan semakin rendah. "Jadi, sangat tepat kebijakan untuk terus edukasi publik untuk tidak lagi menggunakan premium," ungkap dia.

Sementara, pengamat otomotif Jusri Pulubuhu menambahkan, jika terus diedukasi maka secara perlahan dampak buruk BBM oktan rendah akan disadari masyarakat. Begitu juga secara perlahan publik akan menyadari dampak positif menggunakan BBM Ron tinggi. Untuk itu, pemerintah disarankan tak ragu untuk mulai sepenuhnya menyalurkan BBM Ron tinggi. Pemerintah sebenarnya hanya perlu melakukan stop produk BBM oktan dan cetane rendah.

Sudah saatnya, lanjut dia, masyarakat menggunakan BBM ron tinggi karena memiliki banyak kelebihan, mesin awet, tenaga kendaraan terjaga, dampak buruk terhadap lingkungan juga lebih kecil, dibanding bahan bakar oktan rendah. "Hanya saja pemerintah perlu mempercapat, agar progam ini terealisasi dengan cepat," ungkapnya.



Berdasarkan laporan Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Premium bisa memicu penyakit mematikan seperti kanker. Konsumsi BBM oktan rendah bisa memicu berbagai penyakit, termasuk kanker. BBM oktan rendah akan membuat pembakaran di dalam mesin menjadi tidak sempurna. Ini terjadi, karena terbakarnya BBM di dalam ruang bakar hanya hanya karena tekanan mesin bukan karena percikan api dari busi. Berdasarkan riset KPPB bersama Universitas Indonesia (UI), rata-rata air seni masyarakat Jakarta mengandung polysiclic aromatic hydrocarbons (PAH) 2.200 mg kreatinin. Angka tersebut, lanjut Safrudin sangat tinggi karena standar World Health Organizazation (WHO) hanya memperbolehkan 500 mg kreatinin.

Dari temuan KPPB, PAH dan benzene pada urine masyarakat Jakarta tersebut berasal dari pencemaran hidrokarbon kendaraan bermotor. Jadi sangat wajar jika angka penderita kanker di Jakarta tinggi dan terus meningkat.Tak hanya kanker, berbagai penyakit lain yang tak kalah berbahaya, juga mengintai. Selain itu, karbon monoksida yang dihasilkan juga bersifat racun dan nitrogen dioksida memicu penyakit paru-paru.Temuan lain, bahaya BBM beroktan rendah seperti Premium akan mencemari lingkungan, yang pada ujungnya akan berdampak pula pada kesehatan manusia.

Seperti mengganggu saluran pernafasan. Apalagi di jalanan yang padat kendaraan. Akan berisiko menyebabkan gangguan pernafasan. Yang punya risiko asma bisa lebih memicu asma, sampai jangka panjang adalah kanker paru-paru. Karena itu, langkah pemerintah bersama Pertamina mendorong penggunaan bahan bakar ron tinggi, seperti Pertamax, sangat bagus untuk mengurus dampak buruk polusi. Karena itu, Program Langit Biru perlu terus diperluas hingga ke daerah-daerah.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1832 seconds (0.1#10.140)