Bangkitkan Pariwisata Pulau Dewata

Sabtu, 28 November 2020 - 06:35 WIB
loading...
Bangkitkan Pariwisata Pulau Dewata
Industri pariwisata di kawasan Bali terpuruk akibat wabah korona (Covid-19) yang menimpa dunia sejak Maret 2020 lalu. Pemerintah bersama pelaku bisnis lainnya melakukan berbagai upaya untuk memulihkan pariwisata di Pulau Dewata itu. Foto/SINDOnews
A A A
DENPASAR - Industri pariwisata di kawasan Bali terpuruk akibat wabah corona (Covid-19) yang menimpa dunia sejak Maret 2020 lalu. Pemerintah bersama pelaku bisnis lainnya melakukan berbagai upaya untuk memulihkan pariwisata di Pulau Dewata itu.



Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), ekonomi Bali tercatat mengalami penurunan sebesar 10,98% (year on year/yoy) pada kuartal kedua (Q2) 2020, jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan Q1 yang hanya turun 1,14%. Angka ini juga lebih rendah bila dibandingkan dengan ekonomi nasional yang anjlok sekitar 5,32% setelah pemberlakuan pembatasan sosial. (Baca: Antara Cacian dan Doa yang Dikabulkan)

Dari sisi permintaan, penurunan ekonomi Bali disebabkan penurunan konsumsi, baik rumah tangga ataupun pemerintah, investasi, dan ekspor. Pandemi juga menurunkan kinerja pariwisata yang berakibat pada tertekannya daya beli, tertahannya konsumsi pemerintah, dan sulitnya merealisasi investasi.

Selain itu kunjungan wisatawan asing menuju Bali menurun signifikan di tengah kekhawatiran penularan Covid-19. Aktivitas perdagangan masyarakat setempat pun ikut terimbas dan tidak segemilang sebelumnya. Begitu pun dengan aktivitas konstruksi dan pertanian menyusul melemahnya permintaan.

Bagaimanapun pemerintah dan pelaku industri pariwisata optimistis Bali akan bangkit . Direktur Wisata Pertemuan Insentif Konvensi dan Pameran (MICE) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Masruroh mengatakan Bali sudah siap menjadi destinasi wisata. (Baca juga: Seleksi Guru PPPK, Guru Wajib Terdata di Dapodik)

“Bali telah menerapkan protokol kesehatan yang baik sesuai dengan panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas kesehatan lokal,” ujar Masruroh di sela-sela acara Indonesia Corporate Travel & MICE (ICTM) 2020 pekan ini. “Masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir dan takut untuk pergi ke Bali,” ujarnya kemarin.

Sebagai bagian dari pencegahan, wisatawan yang hendak ke Bali perlu menjalani tes swab dan mengisi formulir health alert card (HAC) dalam aplikasi e-HAC yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelum pergi ke Bali dan sepulang dari Bali. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemantauan.

Kemenparekraf mencoba merangsang pertumbuhan industri pariwisata dengan melobi lembaga pemerintah agar melakukan acara MICE di Bali. Acara meeting seperti itu telah berjalan di seluruh destinasi wisata Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Tren ini diharapkan dapat berlanjut hingga 2021.

“Bali diprioritaskan karena menjadi tujuan utama leisure dan MICE dunia. Selain itu, berbeda dengan wilayah lain, ekonomi Bali sangat bergantung pada pariwisata. Jadi ketika pariwisata terpuruk, dampaknya besar bagi Bali. Karena itu kami memberikan perhatian khusus kepada Bali,” kata Masruroh. (Baca juga: Fungsi Minyak Zaitun untuk Kesehatan)

Kepala Dinas Pariwisata Bali I Putu Astawa menyambut baik upaya Kemenparekraf dan seluruh instansi terkait membantu memulihkan pariwisata di Pulau Dewata. Dia juga menilai acara seperti ICTM 2020 memberikan kontribusi positif dalam menghidupkan pariwisata Bali.

“Kami sangat mengapresiasi setulus-tulusnya atas segala upaya Kemenpar. Kami yakin event ICTM ini akan menghasilkan inspirasi dalam memulihkan industri pariwisata di Bali. Saya optimistis dengan hal ini,” ungkapnya. (Baca juga: Indonesia Ajak ASEAN Kerja Sama Tanggulangi Pandemi Covid-19)

ICTM 2020 merupakan forum diskusi yang melibatkan 30 seller dan 30 buyer. Acara yang diusung PT Biztrips Teknologi Multimedia Solusi dan PT Global Mediacom Tbk itu digelar di lima kota, yakni di Bali, Jakarta, Malang, Yogyakarta, dan Bogor dari pertengahan September hingga Desember mendatang.

“Kami ingin menginspirasi orang lain di Tanah Air untuk melakukan gerakan serupa dalam membangkitkan industri pariwisata,” ujar Ketua Pelaksana ICTM Johanes Chang yang juga Direktur Biztrips.

Managing Partner Inventure Yuswohadi mengatakan kondisi pariwisata di Bali sebelum dan selama pandemi jauh berbeda. Sebelum Maret, kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi sehingga banyak orang yang berlibur. Namun, setelah Covid-19 mewabah, masyarakat fokus memenuhi sandang, pangan, dan papan. (Lihat videonya: Lompat dari Motor, Bocah Sembilan Tahun Lolos dari Penculikan)

Memasuki masa new normal, pelaku industri pariwisata harus mampu beradaptasi. Sebab kebiasaan masyarakat berubah, mulai dari berkurangnya penggunaan uang tunai dan kartu, kerumunan yang terbatas hingga perjalanan pendek menggunakan mobil ke tempat destinasi wisata terdekat. (Muh Shamil)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0963 seconds (0.1#10.140)