Pulau Bali Akan Punya Jalur KA, Pengamat: Transportasi Berbasis Rel Lebih Hemat Lahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pulau Bali yang selama ini begitu kesohor dengan pariwisata akan mempunyai transportasi berbasis rel. Pemerintah berencana membangun jalur kereta dari Badung ke Buleleng. Artinya ini menghubungkan Selatan dan Utara.
Selama ini, pariwisata Pulau Dewata itu menumpuk di bagian selatan. Dengan dibangunnya jalur rel ke selatan diharapkan pariwisata dan ekonomi di Utara bisa tumbuh pesat.
Rencana itu tertera dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020 Tentang Proyek Strategis Nasional. Selain di Bali, pemerintah akan membuat seluruh jalur kereta di Selatan Jawa menjadi double track.
(Baca Juga: KA Makin Pacu Ekonomi Bali )
Di Sumatera, ada jalur Rantau Prapat-Pekanbaru dan Tebing Tinggi-Kuala Tanjung. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, pembangunan jalur berbasis rel itu bisa lebih menghemat lahan.
Bandingkan, kebutuhan lahan untuk jalur tol itu lebar minimal 50 meter. Sedangkan untuk rel, hanya butuh 20 meter. Itu sudah double track.
Djoko menerangkan, pembangunan transportasi umum di Bali lebih baik berbasis rel. Saat ini untuk wilayah perkotaan, Bali sudah memiliki Trans Metro Dewata. Ada 105 bus yang melayani 4 rute, salah satunya, Terminal Ubung (Denpasar)-Sentral Parkir Monkey Forest (Ubud).
(Baca Juga: Terapkan Protokol Kesehatan, KAI Hanya Jual 70% Tiket Kereta Api untuk Libur Natal dan Tahun Baru )
Selama ini pelancong di Bali lebih banyak menyewa motor atau mobil. Djoko memprediksi Trans Metro Dewata dan kereta ini akan menjadi primadona bagi para pelancong, terutama mancanegara.
“Ini dibuka saat pandemik, nanti (setelah pandemi) Trans Metro itu isinya orang-orang bule. Mereka senang naik itu. Itu yang perkotaan sudah ada yang sampai Ubud. Itu paling jauh,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews.
Nanti setelah ada rel, pada tahap awal bisa subsidi public service obligation (PSO). Cara ini dilakukan untuk merangsang masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. “PSO itu untuk golongan tertentu saja. Kalau sudah tumbuh, komersial saja,” pungkas Djoko.
Selama ini, pariwisata Pulau Dewata itu menumpuk di bagian selatan. Dengan dibangunnya jalur rel ke selatan diharapkan pariwisata dan ekonomi di Utara bisa tumbuh pesat.
Rencana itu tertera dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020 Tentang Proyek Strategis Nasional. Selain di Bali, pemerintah akan membuat seluruh jalur kereta di Selatan Jawa menjadi double track.
(Baca Juga: KA Makin Pacu Ekonomi Bali )
Di Sumatera, ada jalur Rantau Prapat-Pekanbaru dan Tebing Tinggi-Kuala Tanjung. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, pembangunan jalur berbasis rel itu bisa lebih menghemat lahan.
Bandingkan, kebutuhan lahan untuk jalur tol itu lebar minimal 50 meter. Sedangkan untuk rel, hanya butuh 20 meter. Itu sudah double track.
Djoko menerangkan, pembangunan transportasi umum di Bali lebih baik berbasis rel. Saat ini untuk wilayah perkotaan, Bali sudah memiliki Trans Metro Dewata. Ada 105 bus yang melayani 4 rute, salah satunya, Terminal Ubung (Denpasar)-Sentral Parkir Monkey Forest (Ubud).
(Baca Juga: Terapkan Protokol Kesehatan, KAI Hanya Jual 70% Tiket Kereta Api untuk Libur Natal dan Tahun Baru )
Selama ini pelancong di Bali lebih banyak menyewa motor atau mobil. Djoko memprediksi Trans Metro Dewata dan kereta ini akan menjadi primadona bagi para pelancong, terutama mancanegara.
“Ini dibuka saat pandemik, nanti (setelah pandemi) Trans Metro itu isinya orang-orang bule. Mereka senang naik itu. Itu yang perkotaan sudah ada yang sampai Ubud. Itu paling jauh,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews.
Nanti setelah ada rel, pada tahap awal bisa subsidi public service obligation (PSO). Cara ini dilakukan untuk merangsang masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. “PSO itu untuk golongan tertentu saja. Kalau sudah tumbuh, komersial saja,” pungkas Djoko.
(akr)