BI: Indonesia Adalah Sosok Leader dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia (BI) Anwar Bashori menyebutkan, bahwa Indonesia adalah sosok leader dalam ekonomi dan keuangan syariah dunia. Hal ini karena beberapa indikator makroekonomi yang mendukung, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara anggota Organisasi Islam Internasional (OIC).
"Tidak imbang jika Indonesia dibandingkan dengan negara-negara maju, lebih masuk akal jika dibandingkan dengan negara-negara Islam lainnya," ujar Anwar dalam video virtual di Jakarta, Rabu (2/12/2020).
(Baca Juga: Menakar Kekuatan Besar Zakat dalam Perang Melawan Covid-19 )
Indonesia menjadi negara dengan GDP terbesar di antara negara-negara anggota OIC dengan share sebesar 14,8%. "Bahkan, Indonesia juga menjadi negara paling kompetitif dalam menarik FDI dibandingkan negara-negara OIC," terang Anwar.
Ekonomi dan keuangan syariah, kata dia, saat ini sudah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. Bahkan, ada beberapa faktor sukses penting yang mendukung. "Di Indonesia, ekonomi dan keuangan syariah sudah mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dan dicanangkan sebagai program nasional," ucap Anwar.
(Baca Juga: Imbas Pandemi, Risiko Masih Membayangi Industri Keuangan Syariah )
Selain itu, sudah disediakan pula badan khusus untuk koordinasi lintas otoritas. Indonesia juga mulai berfokus untuk memanfaatkan keunggulan kompetitifnya. Terlebih lagi, posisi Indonesia dalam perekonomian syariah global, khususnya di pasar keuangan syariah, semakin diperhitungkan.
"Dalam skor Islamic Finance Index (IFCI) 2019, Indonesia berhasil naik menjadi peringkat 1 dari sebelumnya peringkat 6 tahun 2018," katanya.
Dia menyebutkan, strategi nasional yang mencakup reformasi struktural pemerintah maupun paradigma masyarakat juga akan menjadi faktor pendukung yang kuat.
"Nantinya, pengembangan ekonomi syariah tidak hanya bertumpu pada penguatan industri halal semata, namun diperlukan pengembangan yang lebih holistik yaitu pengembangan ekosistem melalui penguatan ekosistem Halal Value Chain," pungkas Anwar.
"Tidak imbang jika Indonesia dibandingkan dengan negara-negara maju, lebih masuk akal jika dibandingkan dengan negara-negara Islam lainnya," ujar Anwar dalam video virtual di Jakarta, Rabu (2/12/2020).
(Baca Juga: Menakar Kekuatan Besar Zakat dalam Perang Melawan Covid-19 )
Indonesia menjadi negara dengan GDP terbesar di antara negara-negara anggota OIC dengan share sebesar 14,8%. "Bahkan, Indonesia juga menjadi negara paling kompetitif dalam menarik FDI dibandingkan negara-negara OIC," terang Anwar.
Ekonomi dan keuangan syariah, kata dia, saat ini sudah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. Bahkan, ada beberapa faktor sukses penting yang mendukung. "Di Indonesia, ekonomi dan keuangan syariah sudah mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dan dicanangkan sebagai program nasional," ucap Anwar.
(Baca Juga: Imbas Pandemi, Risiko Masih Membayangi Industri Keuangan Syariah )
Selain itu, sudah disediakan pula badan khusus untuk koordinasi lintas otoritas. Indonesia juga mulai berfokus untuk memanfaatkan keunggulan kompetitifnya. Terlebih lagi, posisi Indonesia dalam perekonomian syariah global, khususnya di pasar keuangan syariah, semakin diperhitungkan.
"Dalam skor Islamic Finance Index (IFCI) 2019, Indonesia berhasil naik menjadi peringkat 1 dari sebelumnya peringkat 6 tahun 2018," katanya.
Dia menyebutkan, strategi nasional yang mencakup reformasi struktural pemerintah maupun paradigma masyarakat juga akan menjadi faktor pendukung yang kuat.
"Nantinya, pengembangan ekonomi syariah tidak hanya bertumpu pada penguatan industri halal semata, namun diperlukan pengembangan yang lebih holistik yaitu pengembangan ekosistem melalui penguatan ekosistem Halal Value Chain," pungkas Anwar.
(akr)