Tetap Aman Saat Menikmati Pesta Diskon Akhir Tahun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hari belanja online nasional ( Harbolnas ) kembali digelar. Momen yang dihelat setiap 12 Desember ini tentu menjadi waktu yang paling ditunggu-tunggu masyarakat khususnya para pencinta belanja.
Tidak jarang banyak yang menantikan hari spesial ini untuk berbelanja demi mendapatkan produk yang diinginkan dengan harga miring. Seperti Eka Mutri (28) yang mengaku tidak pernah melewatkan perayaan diskon di beberapa marketplace ternama. Ia lebih senang berbelanja kebutuhan fashion di online shop karena dirinya bisa lebih mudah membandingkan harga antara brand satu dengan yang lainnya. (Baca: Komisi X Dorong Munculnya Penggerak Literasi Desa)
"Berbelanja saat ada diskon di momen tertentu seperti harbolnas itu sesuatu yang menyenangkan. Selain banyak potongan harga, setiap habis belanja ada marketplace yang memberikan voucher untuk berbelanja lagi dan memberikan potongan harga hingga 50%," kata Eka.
Biasanya Eka berbelanja online dua kali dalam satu minggu, tetapi dengan adanya harbolnas yang saat ini hampir digelar setiap bulannya seperti '9.9, 10.10, 11.11 dan puncaknya pada Desember 12.12', Ia pun selalu tertarik untuk mengikuti perayaan diskon bulanan terebut.
Tiga tahun belanja online dengan intensitas cukup sering, Eka tidak memiliki batasan dana yang Ia keluarkan untuk berbelanja. "Dana khusus untuk berbelanja ada, tetapi terkadang suka melebihi karena banyak tawaran menarik di online shop dan juga banyak banget pengalamannya, tapi tidak membuat kapok,"tuturnya.
Senada dengan Eka, Audrey (29) merasa boros ketika pesta diskon datang. Karyawan yang bekerja sebagai administrator media sosial ini merasa tidak pernah bisa menabung setiap kali melihat promo potongan harga akhir tahun. Ia pun mengaku bisa menghabiskan Rp200.000 sampai Rp1 juta saat berbelanja. (Baca juga: Biaya Kesehatan di Indonesia Diperkirakan Naik pada 2021)
"Diskon banyak, tanpa sadar tabungan juga terkuras karena tidak terasa digunakan untuk transfer. Begitu cek saldo ternyata sudah minim,"terang Audrey.
Lantas bagaimana cara mengatur keuangan di saat Harbolnas agar dana di tabungan tidak terkuras habis? Perencana keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Assad mengungkapkan hal penting yang harus diingat saat menghadapi momen seperti ini adalah kontrol diri. Diskon yang ditawarkan oleh banyak e-commerce memang menarik dan sangat mudah membuat seseorang gelap mata.
"Saat melihat diskon pasti pola pikir kita akan berbeda, berharap bisa menghemat anggaran belanja. Padahal, kalau misalnya harga barang tersebut Rp1 juta, kita bukan menghemat Rp500.000 tetapi memang kita harus membayar barang tersebut Rp500.000," ujar Tejasari kepada Koran SINDO (10/12/2020)
Memaknai pesta diskon seperti Harbolnas sebagai euforia tidak masalah, yang dibutuhkan hanya daftar barang yang diinginkan untuk disaring kembali apakah barang terebut memang kebutuhan atau hanya 'pemuas nafsu' belanja. Untuk menjaga agar kantong belanja tidak 'jebol' saat Harbolnas, Tejasari menyarankan agar bujet disiapkan lebih awal. Misalnya, uang yang ingin dihabiskan sejumlah Rp1 juta sampai Rp 3 juta. Sebaiknya, jumlah tersebut harus sudah disiapkan jauh hari. (Baca juga: Canggih, India Gunakan Robot untuk Merawat Pasien)
"Jadi memang sudah ada duitnya bukan karena ada barang kita suka lalu bingung bayarnya bagaimana. Apalagi, e-commerce itu bayarnya kan pakai uang virtual, kartu kredit, kartu debit, dan lain-lain. Ketika ada tagihan, bingung dan ujung-ujungnya bayar minimal,"tambahnya
Langkah antisipasi ini sangat penting, agar para pembeli ikut diuntungkan dengan harga murah, tetapi bisa mendapatkan barang yang sesuai. Sebelum terburu-buru membeli barang di satu situs belanja, ada baiknya sabar dalam membandingkan dibanyak platform lain terlebih dahulu. Tejasari menambahkan untuk cek harga dan cek berapa besar diskon yang ditawarkan. Sebisa mungkin cari yang paling murah?.
Bisa jadi, tawaran diskon yang begitu tinggi tidak benar-benar tinggi melainkan ada kenaikan harga terlebih dahulu kemudian diberikan diskon besar. "Yang terpenting, kita harus bisa membedakan barang konsumtif dan produktif. Kalau produktif relatif usahakan bayar lunas, kalau pun ditagihkan pastikan segera bayar lunas,"tegasnya
Selain harus bisa membedakan mana barang yang konsumtif dan produktif, perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi, Andi Nugroho mewajibkan konsumen untuk mempertimbangkan kondisi keuangan. Dengan begitu konsumen bisa mengoptimalkan penggunaan anggaran untuk kebutuhan yang prioritas dan mendesak.
"Tetapi, kalau kita termasuk pribadi yang gampang tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya kurang diperlukan, maka sebaiknya kurangi intensitas browsing toko online,"katanya. (Baca juga: Man City Optimistis Lewati Kutukan Perempat Final)
Selain itu, vendor toko online biasanya melengkapi diskon akhir tahunnya dengan promo untuk pengguna kartu kredit. Iming-iming ini tentunya sangat menggiurkan bagi pengguna kartu kredit, tawarannya bagai ketiban durian runtuh. Namun, lebih terperinci Andi menjelaskan, pengguna kartu kredit karena diskon diharamkan, apalagi bagi konumen yang memiliki cicilan pembayaran kartu kredit tidak teratur. Boleh menggunakan kartu kredit bagi yang rutin membayar.
"Mekipun tidak ada diskon tambahan, lebih baik menggunakan pembayaran cash (tunai) dari pada nanti bayar bunga dan dampak lain yang lebih parah dari pada promo yang diterima,"lanjut Andi.
Penggunaan kartu kredit memang tidak dipermasalahkan, dengan catatan diseuaikan dari kondisi keuangan. Tentunya penggunanya harus mampu melunasi tagihan tepat waktu. Andi menuturkan, penggunaan kartu kredit saat belanja online memiliki sisi negatif. Konsumen yang keasikan belanja online bisa jadi lupa daratan sehingga melebihi anggaran awal dengan penggunaan kartu kredit. (Baca juga: Uni Eropa Tolak Terapkan Sanksi Ekonomi untuk Turki)
"Sementara belanja dengan uang tunai, debit, transfer akan membuat belanja kita lebih terkontrol karena bila dana sudah habis tentu kita sudah tidak bisa belanja lagi," katanya.
Hal yang harus diingat adalah, berbelanja yang efektif berdasarkan timing atau waktu kebutuhan, bukan berdasarkan adanya diskon yang diberikan. Dalam hal berbelanja, Andi mengingatkan, gelaran diskon tidak hanya pada akhir tahun. Semua momen bisa dimanfaatkan sehingga kita harus bijak. Kalau khawatir waktu diskon akan habis kita harus mundur lagi, tanyakan pada diri sendiri ?apakah barang tersebut dibutuhkan atau tidak. (Aprilia S Andyna)
Tidak jarang banyak yang menantikan hari spesial ini untuk berbelanja demi mendapatkan produk yang diinginkan dengan harga miring. Seperti Eka Mutri (28) yang mengaku tidak pernah melewatkan perayaan diskon di beberapa marketplace ternama. Ia lebih senang berbelanja kebutuhan fashion di online shop karena dirinya bisa lebih mudah membandingkan harga antara brand satu dengan yang lainnya. (Baca: Komisi X Dorong Munculnya Penggerak Literasi Desa)
"Berbelanja saat ada diskon di momen tertentu seperti harbolnas itu sesuatu yang menyenangkan. Selain banyak potongan harga, setiap habis belanja ada marketplace yang memberikan voucher untuk berbelanja lagi dan memberikan potongan harga hingga 50%," kata Eka.
Biasanya Eka berbelanja online dua kali dalam satu minggu, tetapi dengan adanya harbolnas yang saat ini hampir digelar setiap bulannya seperti '9.9, 10.10, 11.11 dan puncaknya pada Desember 12.12', Ia pun selalu tertarik untuk mengikuti perayaan diskon bulanan terebut.
Tiga tahun belanja online dengan intensitas cukup sering, Eka tidak memiliki batasan dana yang Ia keluarkan untuk berbelanja. "Dana khusus untuk berbelanja ada, tetapi terkadang suka melebihi karena banyak tawaran menarik di online shop dan juga banyak banget pengalamannya, tapi tidak membuat kapok,"tuturnya.
Senada dengan Eka, Audrey (29) merasa boros ketika pesta diskon datang. Karyawan yang bekerja sebagai administrator media sosial ini merasa tidak pernah bisa menabung setiap kali melihat promo potongan harga akhir tahun. Ia pun mengaku bisa menghabiskan Rp200.000 sampai Rp1 juta saat berbelanja. (Baca juga: Biaya Kesehatan di Indonesia Diperkirakan Naik pada 2021)
"Diskon banyak, tanpa sadar tabungan juga terkuras karena tidak terasa digunakan untuk transfer. Begitu cek saldo ternyata sudah minim,"terang Audrey.
Lantas bagaimana cara mengatur keuangan di saat Harbolnas agar dana di tabungan tidak terkuras habis? Perencana keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Assad mengungkapkan hal penting yang harus diingat saat menghadapi momen seperti ini adalah kontrol diri. Diskon yang ditawarkan oleh banyak e-commerce memang menarik dan sangat mudah membuat seseorang gelap mata.
"Saat melihat diskon pasti pola pikir kita akan berbeda, berharap bisa menghemat anggaran belanja. Padahal, kalau misalnya harga barang tersebut Rp1 juta, kita bukan menghemat Rp500.000 tetapi memang kita harus membayar barang tersebut Rp500.000," ujar Tejasari kepada Koran SINDO (10/12/2020)
Memaknai pesta diskon seperti Harbolnas sebagai euforia tidak masalah, yang dibutuhkan hanya daftar barang yang diinginkan untuk disaring kembali apakah barang terebut memang kebutuhan atau hanya 'pemuas nafsu' belanja. Untuk menjaga agar kantong belanja tidak 'jebol' saat Harbolnas, Tejasari menyarankan agar bujet disiapkan lebih awal. Misalnya, uang yang ingin dihabiskan sejumlah Rp1 juta sampai Rp 3 juta. Sebaiknya, jumlah tersebut harus sudah disiapkan jauh hari. (Baca juga: Canggih, India Gunakan Robot untuk Merawat Pasien)
"Jadi memang sudah ada duitnya bukan karena ada barang kita suka lalu bingung bayarnya bagaimana. Apalagi, e-commerce itu bayarnya kan pakai uang virtual, kartu kredit, kartu debit, dan lain-lain. Ketika ada tagihan, bingung dan ujung-ujungnya bayar minimal,"tambahnya
Langkah antisipasi ini sangat penting, agar para pembeli ikut diuntungkan dengan harga murah, tetapi bisa mendapatkan barang yang sesuai. Sebelum terburu-buru membeli barang di satu situs belanja, ada baiknya sabar dalam membandingkan dibanyak platform lain terlebih dahulu. Tejasari menambahkan untuk cek harga dan cek berapa besar diskon yang ditawarkan. Sebisa mungkin cari yang paling murah?.
Bisa jadi, tawaran diskon yang begitu tinggi tidak benar-benar tinggi melainkan ada kenaikan harga terlebih dahulu kemudian diberikan diskon besar. "Yang terpenting, kita harus bisa membedakan barang konsumtif dan produktif. Kalau produktif relatif usahakan bayar lunas, kalau pun ditagihkan pastikan segera bayar lunas,"tegasnya
Selain harus bisa membedakan mana barang yang konsumtif dan produktif, perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi, Andi Nugroho mewajibkan konsumen untuk mempertimbangkan kondisi keuangan. Dengan begitu konsumen bisa mengoptimalkan penggunaan anggaran untuk kebutuhan yang prioritas dan mendesak.
"Tetapi, kalau kita termasuk pribadi yang gampang tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya kurang diperlukan, maka sebaiknya kurangi intensitas browsing toko online,"katanya. (Baca juga: Man City Optimistis Lewati Kutukan Perempat Final)
Selain itu, vendor toko online biasanya melengkapi diskon akhir tahunnya dengan promo untuk pengguna kartu kredit. Iming-iming ini tentunya sangat menggiurkan bagi pengguna kartu kredit, tawarannya bagai ketiban durian runtuh. Namun, lebih terperinci Andi menjelaskan, pengguna kartu kredit karena diskon diharamkan, apalagi bagi konumen yang memiliki cicilan pembayaran kartu kredit tidak teratur. Boleh menggunakan kartu kredit bagi yang rutin membayar.
"Mekipun tidak ada diskon tambahan, lebih baik menggunakan pembayaran cash (tunai) dari pada nanti bayar bunga dan dampak lain yang lebih parah dari pada promo yang diterima,"lanjut Andi.
Penggunaan kartu kredit memang tidak dipermasalahkan, dengan catatan diseuaikan dari kondisi keuangan. Tentunya penggunanya harus mampu melunasi tagihan tepat waktu. Andi menuturkan, penggunaan kartu kredit saat belanja online memiliki sisi negatif. Konsumen yang keasikan belanja online bisa jadi lupa daratan sehingga melebihi anggaran awal dengan penggunaan kartu kredit. (Baca juga: Uni Eropa Tolak Terapkan Sanksi Ekonomi untuk Turki)
"Sementara belanja dengan uang tunai, debit, transfer akan membuat belanja kita lebih terkontrol karena bila dana sudah habis tentu kita sudah tidak bisa belanja lagi," katanya.
Hal yang harus diingat adalah, berbelanja yang efektif berdasarkan timing atau waktu kebutuhan, bukan berdasarkan adanya diskon yang diberikan. Dalam hal berbelanja, Andi mengingatkan, gelaran diskon tidak hanya pada akhir tahun. Semua momen bisa dimanfaatkan sehingga kita harus bijak. Kalau khawatir waktu diskon akan habis kita harus mundur lagi, tanyakan pada diri sendiri ?apakah barang tersebut dibutuhkan atau tidak. (Aprilia S Andyna)
(ysw)