Simak Nih, Peluang Bisnis Biodiesel dari Minyak Jelantah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Minyak jelantah disebut bisa menjadi salah satu opsi bisnis menjanjikan di masa depan. Pemanfaatan minyak jelantah untuk biodiesel ini menjadi salah satu opsi yang baik sebagai bagian dari peningkatan sirkular ekonomi.
Peneliti International Council on Clean Transportation (ICCT) Tenny Kristiana mengatakan, sumber minyak jelantah di Indonesia berasal dari hotel, restoran dan rumah tangga. Semua sumber ini ada yang buang dan ada yang diolah lagi menjadi minyak curah.
(Baca Juga: Gaes Yuks Bisnis Minyak Jelantah: Dapat Omzet Lumayan dan Jaga Lingkungan)
"Ada juga yang diekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Dua pasar ini untuk beberapa tahun terakhir sedang gencar mencari sumber waste untuk dijadikan biodiesel di sana dan biofuel yang lain," ujarnya dalam webinar, Selasa (29/12/2020).
Tenny melanjutkan, secara rata-rata, minyak jelantah yang dapat dikumpulkan di Indonesia baru mencapai 3 juta kiloliter atau hanya 18,5% dari total konsumsi minyak goreng sawit nasional.
Berdasarkan hasil penelitian ICCT, harga minyak jelantah di Indonesia rata-rata studi perkotaan yang paling rendah sekitar Rp2.500 dan yang paling tinggi sekitar Rp7.000 digunakan untuk ekspor.
"Rata-rata harga Rp3.700 per liter. Ini harga bahan baku yang paling utama karena untuk produksi biodiesel dari harga bahan baku tadi," tuturnya.
(Baca Juga: Program Biodiesel Hemat Devisa USD8 Miliar)
Menurut dia, ada potensi penghematan subsidi sebesar Rp4,2 miliar per tahun jika menggunakan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel berdasarkan perhitungan ICTT.
"Total biaya produksi biodiesel dengan jelantah itu Rp5.000, sementara dengan sawit sekitar Rp8.500. Penghematan Rp4,2 miliar dengan asumsi subsidi flat dari total biodiesel yang dihasilkan dari minyak jelantah 1,2 juta biodiesel per liter," ungkapnya.
Peneliti International Council on Clean Transportation (ICCT) Tenny Kristiana mengatakan, sumber minyak jelantah di Indonesia berasal dari hotel, restoran dan rumah tangga. Semua sumber ini ada yang buang dan ada yang diolah lagi menjadi minyak curah.
(Baca Juga: Gaes Yuks Bisnis Minyak Jelantah: Dapat Omzet Lumayan dan Jaga Lingkungan)
"Ada juga yang diekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Dua pasar ini untuk beberapa tahun terakhir sedang gencar mencari sumber waste untuk dijadikan biodiesel di sana dan biofuel yang lain," ujarnya dalam webinar, Selasa (29/12/2020).
Tenny melanjutkan, secara rata-rata, minyak jelantah yang dapat dikumpulkan di Indonesia baru mencapai 3 juta kiloliter atau hanya 18,5% dari total konsumsi minyak goreng sawit nasional.
Berdasarkan hasil penelitian ICCT, harga minyak jelantah di Indonesia rata-rata studi perkotaan yang paling rendah sekitar Rp2.500 dan yang paling tinggi sekitar Rp7.000 digunakan untuk ekspor.
"Rata-rata harga Rp3.700 per liter. Ini harga bahan baku yang paling utama karena untuk produksi biodiesel dari harga bahan baku tadi," tuturnya.
(Baca Juga: Program Biodiesel Hemat Devisa USD8 Miliar)
Menurut dia, ada potensi penghematan subsidi sebesar Rp4,2 miliar per tahun jika menggunakan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel berdasarkan perhitungan ICTT.
"Total biaya produksi biodiesel dengan jelantah itu Rp5.000, sementara dengan sawit sekitar Rp8.500. Penghematan Rp4,2 miliar dengan asumsi subsidi flat dari total biodiesel yang dihasilkan dari minyak jelantah 1,2 juta biodiesel per liter," ungkapnya.
(fai)