Tekanan China, Kekayaan Jack Ma Amblas Rp155 Triliun

Senin, 04 Januari 2021 - 00:40 WIB
loading...
Tekanan China, Kekayaan Jack Ma Amblas Rp155 Triliun
Kekayaan bersih Jack Ma telah menyusut hampir USD11 miliar. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Jack Ma harus menelan pil pahit. Pasalnya, kekayaan bersih Jack Ma telah menyusut hampir USD11 miliar atau setara Rp155,1 triliun (kurs Rp14.100) sejak akhir Oktober 2020 setelah otoritas China meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan miliknya yang juga menjadi raksasa teknologi di China.

Jack Ma yang merupakan mantan guru bahasa Inggris itu sering dikaitkan dengan meroketnya sektor internet China. Pria berumur 56 tahun itu berhasil meraup keuntungan sebesar USD61,7 miliar tahun ini dan bersiap untuk mendapatkan kembali gelar orang terkaya di Asia. Dengan kekayaan USD50,9 miliar, kini posisi Jack Ma melorot ke urutan ke-25 orang terkaya dunia versi Bloomberg Billionaires Index.

( )

Nampaknya, Pendiri Alibaba Group Holding Ltd itu bukan satu-satunya yang merasakan tekanan dari otoritas China. Pengawasan pemerintah yang meningkat memaksa investor untuk memikirkan kembali kepemilikan mereka atas saham-saham perusahaan teknologi di China, menyusul lonjakan permintaan untuk layanan online sebagai imbas pandemi virus corona, yang membuat saham-saham tersebut melonjak awal tahun ini.

Dalam beberapa minggu terakhir, raksasa teknologi China telah kehilangan market value hingga ratusan miliar dolar. Saham Pony Ma's Tencent Holdings Ltd. misalnya, telah turun 15% sejak awal November. Demikian halnya perusahaan pengiriman makanan Wang Xing, Meituan, turun hampir seperlima dari puncaknya bulan lalu.

( )

"Ada gelombang sinyal serupa yang menunjukkan bahwa raksasa teknologi China tetap berada di radar pihak berwenang. Draf pedoman anti-monopoli dan tinjauan antitrust hanyalah dua dari sinyal itu," kata Kepala Penelitian Makro dan Strategi di China Renaissance Securities Hong Kong Bruce Pang seperti dilansir Bloomberg, Minggu (3/1/2021).

Awal masalah Jack Ma dimulai ketika dia bersiap untuk debut perusahaan pembayaran Ant Group Co di lantai bursa. Kala itu, regulator China menarik rencana penawaran saham perdana atau IPO yang diprediksi jadi IPO perdana terbesar di dunia hanya dua hari sebelum jadwal debutnya pada November dimulai.

Penghentian IPO Ant senilai USD35 miliar pun gagal. Ini adalah salah satu tanda pertama tindakan keras China terhadap industri yang mendapatkan pengaruh atas kehidupan sehari-hari ratusan juta orang.

( )

Setelah itu, otoritas negara memberlakukan pembatasan tambahan pada sektor pinjaman konsumen, mengusulkan aturan baru untuk mengekang dominasi raksasa internet, dan mendenda Alibaba dan unit Tencent atas akuisisi dari tahun lalu. Pengawasan ketat pemerintah terhadap merger dan akuisisi dapat menambah ketidakpastian pada pertumbuhan raksasa internet itu.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2116 seconds (0.1#10.140)