China Kecele, Ekspor Batubara Australia Tetap Kuat di 2020
loading...
A
A
A
CANBERRA - Meski batubara Australia tetap terlarang di China akibat ketegangan perdagangan kedua negara, ternyata hal itu hampir tidak memengaruhi ekspor keseluruhan dari terminal batubara terbesar Australia. Tak boleh memasuki China, produsen batubara Australia sukses menemukan pasar internasional lainnya.
China umumnya menyumbang 20% ekspor dari Pelabuhan Newcastle, dan ketika kapal batubara berhenti berangkat ke China pada November, hal itu meningkatkan prospek penurunan permintaan. Namun, angka ekspor secara keseluruhan untuk Desember ternyata hanya menunjukkan penurunan 3% dari tahun sebelumnya.
Sebanyak 14,9 juta ton batubara diekspor dari Pelabuhan Newcastke bulan lalu, senilai USD1,7 miliar, dibandingkan dengan 15,4 juta ton pada Desember 2019. Rory Simington, analis senior Wood Mackenzie, mengatakan bahwa pasar batubara internasional telah menyeimbangkan dirinya dengan sangat cepat dalam menghadapi perang dagang China-Australia.
Sebanyak lebih dari 50 kapal batubara Australia dilaporkan mengantre di pelabuhan China karena ditolak masuk untuk menurunkan kargo mereka. Tapi, ungkap Simington, akibat pelarangan tersebut, pasar baru justru telah terbuka untuk produsen batubara Australia. Ironisnya, hal itu merupakan dampak dari melonjaknya permintaan listrik di China untuk pemanas selama musim dingin di utara.
"Pasar batubara China berada dalam sedikit kekacauan saat ini karena ada musim dingin yang sangat dingin di sana dan harga batubara dalam negeri menjadi sangat tinggi," kata Simington seperti dikutip ABC News, Jumat (15/1/2021).
Menurutnya, China lantas beralih ke tempat lain untuk memperoleh batubara seperti Indonesia, Rusia, Afrika Selatan. Hal itu menaikkan harga batubara di negara-negara tersebut - yang kemudian memberikan peluang bagi batubara Australia di pasar lainnya.
"Jika China menaikkan harga batubara di Indonesia, itu berarti konsumen India melihat harga yang relatif jauh lebih tinggi untuk batubara Indonesia, lalu mereka berkata, 'kalau begitu kami akan ambil batubara dari Australia saja,'," ungkapnya.
Simington mengatakan, pesanan ekspor baru ke India, Pakistan, Turki dan bahkan Spanyol telah meredam kejutan bagi produsen batu bara Australia. Sementara, China memenuhi kebutuhan batubara domestiknya dengan batubara yang relatif lebih mahal dari negara-negara alternatif seperti Rusia, Indonesia dan Afrika Selatan.
Selain itu, pada akhir tahun 2020 China mencabut total kuota impornya sebagai tanggapan atas permintaan domestik yang kuat dan musim dingin yang sangat dingin.
Pembatasan China telah mengubah arus perdagangan batubara yang diangkut melalui laut di mana, alih-alih dikirim ke China, batubara Australia sekarang menemukan pelanggan di tujuan alternatif termasuk India, Pakistan, dan Timur Tengah, dan batubara yang diperdagangkan yang secara historis dikirim ke pasar ini menemukan jalannya ke China.
Secara keseluruhan, Pelabuhan Newcastle mengekspor total 158 juta ton batubara pada tahun 2020, dengan nilai USD18,5 miliar, hanya 7 juta ton lebih rendah dari volume ekspor yang relatif tinggi pada tahun 2019.
Kepala eksekutif Dewan Mineral New South Wales Stephen Galilee mengatakan itu adalah kabar baik bagi industri tersebut. "2020 adalah tahun kuat lainnya untuk ekspor batubara NSW meskipun ada berbagai tantangan," katanya dalam sebuah pernyataan.
Hal ini, kata dia, menunjukkan kemampuan sektor ini untuk beradaptasi dengan peluang dan pasar yang berubah, dengan batubara NSW diekspor ke sekitar 20 negara berbeda sepanjang tahun.
Kemenangan lainnya untuk industri ini, harga batubara termal naik secara signifikan pada akhir tahun 2020, naik dari yang terendah sekitar USD50 per ton, menjadi di atas USD80 per ton.
Simington melanjutkan, harga didorong tidak hanya oleh China tetapi juga Jepang dan negara-negara belahan bumi utara yang mengalami musim dingin. Namun, Simington juga mengatakan, sama sekali tidak ada tanda dari Pemerintah China untuk menyerah atas kebijakannya melarang batu bara Australia.
"Saya pikir Pemerintah China sedang menunjukkan kesiapannya untuk menanggung sedikit rasa sakit akibat meningkatnya harga batu bara," katanya.
China umumnya menyumbang 20% ekspor dari Pelabuhan Newcastle, dan ketika kapal batubara berhenti berangkat ke China pada November, hal itu meningkatkan prospek penurunan permintaan. Namun, angka ekspor secara keseluruhan untuk Desember ternyata hanya menunjukkan penurunan 3% dari tahun sebelumnya.
Sebanyak 14,9 juta ton batubara diekspor dari Pelabuhan Newcastke bulan lalu, senilai USD1,7 miliar, dibandingkan dengan 15,4 juta ton pada Desember 2019. Rory Simington, analis senior Wood Mackenzie, mengatakan bahwa pasar batubara internasional telah menyeimbangkan dirinya dengan sangat cepat dalam menghadapi perang dagang China-Australia.
Sebanyak lebih dari 50 kapal batubara Australia dilaporkan mengantre di pelabuhan China karena ditolak masuk untuk menurunkan kargo mereka. Tapi, ungkap Simington, akibat pelarangan tersebut, pasar baru justru telah terbuka untuk produsen batubara Australia. Ironisnya, hal itu merupakan dampak dari melonjaknya permintaan listrik di China untuk pemanas selama musim dingin di utara.
"Pasar batubara China berada dalam sedikit kekacauan saat ini karena ada musim dingin yang sangat dingin di sana dan harga batubara dalam negeri menjadi sangat tinggi," kata Simington seperti dikutip ABC News, Jumat (15/1/2021).
Menurutnya, China lantas beralih ke tempat lain untuk memperoleh batubara seperti Indonesia, Rusia, Afrika Selatan. Hal itu menaikkan harga batubara di negara-negara tersebut - yang kemudian memberikan peluang bagi batubara Australia di pasar lainnya.
"Jika China menaikkan harga batubara di Indonesia, itu berarti konsumen India melihat harga yang relatif jauh lebih tinggi untuk batubara Indonesia, lalu mereka berkata, 'kalau begitu kami akan ambil batubara dari Australia saja,'," ungkapnya.
Simington mengatakan, pesanan ekspor baru ke India, Pakistan, Turki dan bahkan Spanyol telah meredam kejutan bagi produsen batu bara Australia. Sementara, China memenuhi kebutuhan batubara domestiknya dengan batubara yang relatif lebih mahal dari negara-negara alternatif seperti Rusia, Indonesia dan Afrika Selatan.
Selain itu, pada akhir tahun 2020 China mencabut total kuota impornya sebagai tanggapan atas permintaan domestik yang kuat dan musim dingin yang sangat dingin.
Pembatasan China telah mengubah arus perdagangan batubara yang diangkut melalui laut di mana, alih-alih dikirim ke China, batubara Australia sekarang menemukan pelanggan di tujuan alternatif termasuk India, Pakistan, dan Timur Tengah, dan batubara yang diperdagangkan yang secara historis dikirim ke pasar ini menemukan jalannya ke China.
Secara keseluruhan, Pelabuhan Newcastle mengekspor total 158 juta ton batubara pada tahun 2020, dengan nilai USD18,5 miliar, hanya 7 juta ton lebih rendah dari volume ekspor yang relatif tinggi pada tahun 2019.
Kepala eksekutif Dewan Mineral New South Wales Stephen Galilee mengatakan itu adalah kabar baik bagi industri tersebut. "2020 adalah tahun kuat lainnya untuk ekspor batubara NSW meskipun ada berbagai tantangan," katanya dalam sebuah pernyataan.
Hal ini, kata dia, menunjukkan kemampuan sektor ini untuk beradaptasi dengan peluang dan pasar yang berubah, dengan batubara NSW diekspor ke sekitar 20 negara berbeda sepanjang tahun.
Kemenangan lainnya untuk industri ini, harga batubara termal naik secara signifikan pada akhir tahun 2020, naik dari yang terendah sekitar USD50 per ton, menjadi di atas USD80 per ton.
Simington melanjutkan, harga didorong tidak hanya oleh China tetapi juga Jepang dan negara-negara belahan bumi utara yang mengalami musim dingin. Namun, Simington juga mengatakan, sama sekali tidak ada tanda dari Pemerintah China untuk menyerah atas kebijakannya melarang batu bara Australia.
"Saya pikir Pemerintah China sedang menunjukkan kesiapannya untuk menanggung sedikit rasa sakit akibat meningkatnya harga batu bara," katanya.
(fai)