Jelang Imlek, Pengusaha Kuliner Ayam Panggang Ini Kebanjiran Pesanan

Sabtu, 16 Januari 2021 - 07:07 WIB
loading...
Jelang Imlek, Pengusaha...
Produk Chickocang berupa ayam panggang utuh tanpa tulang dengan nasi gurih dan telur asin tersembunyi. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 menjadi keprihatinan seluruh masyarakat, namun di sisi lain ada fenomena yang menarik yaitu tumbuhnya bisnis kuliner, termasuk yang berskala industri rumahan.

Tak hanya kuliner siap saji dengan pengiriman di dalam kota, bisnis oleh-oleh makanan kini bisa dengan mudah dipesan secara daring antar kota. Dengan kemasan plastik kedap udara dan pembungkus luar yang memadai untuk melindungi kualitas makanan, konsumen di Tanah Air pun menjadi tidak ragu untuk memesan makanan bahkan dari luar pulau sekalipun.

Gurihnya bisnis kuliner di tengah pandemi ini juga dirasakan oleh pemilik bisnis Chickocang, Ruth Gabriel. Produk andalan Chickocang adalah ayam panggang utuh tanpa tulang dengan nasi gurih dan telur asin tersembunyi di dalamnya, yang dipromosikan sebagai oleh-oleh baru yang wajib dibawa dari Jakarta.

( )

Ruth mengungkapkan, produk ayam panggangnya itu sudah mulai dibanjiri pesanan, di mana setiap hari banyak pesanan online mampir ke dapurnya. "Apalagi menjelang hari-hari besar seperti Imlek yang akan datang sudah pasti pesanan akan mengantri," ujarnya, Sabtu (16/1/2021).

Menurut dia, umumnya konsumen memesan untuk dibawa ke kampung halaman atau oleh-oleh untuk teman kantor di kota lain. Ada juga yang dimakan bersama sama untuk acara tertentu di Jakarta seperti ulang tahun, hari raya, atau sekadar untuk dimakan di kantor bersama teman kantor.

“Chickocang dapat dipesan melalui online atau telepon dan bisa dilihat secara lengkap di Instagram Chickocang. Biasanya dipesannya sehari sebelum mereka berangkat,” tuturnya.

Sebagai anak muda Indonesia, Ruth mengaku punya impian untuk terus mendorong berkembangnya makanan yang memiliki ciri khas Indonesia. “Saya memiliki keinginan untuk membuat sesuatu yang bisa menjadi authentic Indonesia, bukan sekedar melihat dan meniru apa yang di buat oleh negara lain," tukasnya.

( )

Oleh karena itu, selain produk yang autentik, Ruth juga mendesain kemasan yang menarik, mewah dan bernuansa tradisi Indonesia. Kemasan yang sangat tradisional berupa besek bambu dan tas rajut pasar yang diproduksi oleh pengrajin-pengrajin lokal di daerah Yogyakarta dan Jawa Timur. Niatnya adalah membantu dan mengangkat usaha lokal dan sekaligus memperkenalkan budaya dan makanan Indonesia.

“Sehingga melalui kemasan pelanggan sudah dapat melihat identitas makanan tersebut, seperti dari mana makanan itu berasal,” ucap wanita yang menimba ilmu di jurusan Culinary Art di Singapura.



Ruth menjelaskan, ayam panggang Chickocang yang dibanderol seharga Rp250.000 ini bisa bertahan hingga beberapa hari apabila disimpan di kulkas dan cukup dihangatkan sesuai petunjuk. Untuk menjaga kualitasnya, Ruth memberikan panduan di setiap pesanan bagaimana cara penyajian yang terbaik.

"Apalagi ayam utuh tanpa tulang ini memiliki teknis dan kesulitannya sendiri sebab tidak semua orang paham bagaimana melucuti tulang ayam dengan benar tanpa merusak kulit dan dagingnya," ucapnya seraya menambahkan bahwa produk ayam panggang Chickocang dipastikan halal dan tersedia berbagai varian rasa yang bisa dipilih.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1546 seconds (0.1#10.140)