Perdagangan Cetak Surplus, Tapi Mendag Luthfi Sebut Sangat Mengkhawatirkan

Selasa, 26 Januari 2021 - 13:49 WIB
loading...
Perdagangan Cetak Surplus, Tapi Mendag Luthfi Sebut Sangat Mengkhawatirkan
Mendag Muhammad Lutfi mencatat, sektor perdagangan Indonesia masih pada zona merah atau mengkhawatirkan. Kok bisa, padahal sepanjang 2020, perdagangan Indonesia mencetak surplus. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mencatat, sektor perdagangan Indonesia masih pada zona merah atau mengkhawatirkan. Hal itu dilihat dari surplus perdagangan Indonesia sepanjang 2020 senilai USD21,7 miliar.

"Hari ini (2020) surplus 21,7 miliar dolar AS itu menurut saya sangat mengkahawatirkan. Kenapa? Karena kalau kita lihat di situ ekspor-nya turun 2,6 persen meski non migas turun hanya 0,5 persen. Tetapi impor-nya turun lebih jauh menjadi 17,3 persen," ujarnya dalam Webinar Selasa (26/1/2021).



Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2005-2009 itu menyebut, nilai surplus perdagangan tersebut pertama kali paling tinggi sejak 2012 lalu. Meski begitu, secara agregat masih terjadi pelemahan.

Bahkan dia menilai, jika tidak terjadi keseimbangan antara ekspor dan impor atau impor dalam negeri mengalami penurunan secara drastis. Maka dikhawatirkan akan terjadi pelemahan-pelemahan terhadap sektor produksi yang menjadi basis konsumsi di dalam negeri.

"Kalau saya lihat lagi ke dalam, apa saja yang menjadi koefisien dari surplus tersebut menunjukan ini terjadi pelemahan karena barang impor kita yang kita impor itu 70,2 persen adalah bahan baku dan bahan penolong, artinya kalau kita turun 17,3 persen impor nya, saya takut akan terjadi pelemahan-pelemahan terhadap sektor produksi yang dikonsumsi di dalam negeri," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada tahun 2020 Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan hingga USD21,74 miliar. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, nilai perdagangan sepanjang tahun 2020 tersebut merupakan yang tertinggi dalam sembilan tahun terakhir. Sebab pada tahun 2011 lalu, nilai neraca perdagangan sepanjang tahun mengalami surplus hingga USD26,06 miliar.

Surplus neraca perdagangan terjadi lantaran nilai ekspor Indonesia yang lebih besar dibandingkan dengan nilai impor. BPS juga mencatat, selama tahun 2020 nilai ekspor Indonesia mencapai USD163,3 miliar.



Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, total nilai ekspor tersebut mengalami kontraksi 2,61%. Sementara untuk total impor selama 2020 mencapai USD141,5 miliar. Jumlah tersebut mengalami kontraksi 17,34% bila dibandingkan dengan tahun 2019 lalu.

"Sehingga selama 2020 nilai neraca perdagangan surplus 21,74 miliar dollar AS. Total nilai ekspor 2020 itu negatif 2,61 persen tapi impor kontraksinya jauh lebih dalam, 17,34 persen," ujar Suhariyanto.

Secara rinci, ekspor secara tahunan untuk migas turun 29,52%, pertanian naik 13,98%, industri pengolahan naik 2,95%, dan pertambangan turun 20,7%. Sedangkan impor bila dilihat berdasarkan penggunaan barang terdiri atas impor barang konsumsi yang turun 10,93%, bahan baku penolong minus 18,32%, dan barang modal melorot 16,73%.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3391 seconds (0.1#10.140)