Corona Kills Everything (1)

Sabtu, 16 Mei 2020 - 09:07 WIB
loading...
Corona Kills Everything (1)
Yuswohadi. Foto/Istimewa
A A A
Yuswohady
Managing Partner Inventure

Covid-19 tak hanya membunuh manusia. Covid-19 juga membunuh produk.Covid-19 juga membunuh bisnis dan industri. Bahkan Covid-19 membunuh kebiasaan-kebiasaan kita.

Dalam buku Corona Kills Everything (2020) yang akan diterbitkan 3 minggu lagi, saya mengumpulkan 80 produk, bisnis, dan kebiasaan yang dibunuh oleh Covid-19. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.

#1. Handshake & "Cipika-Cipiki"

Tradisi jabat tangan sudah ada sejak abad V sebelum Masehi di masa Kerajaan Yunani Kuno. Jabat tangan adalah simbol dari perdamaian untuk menunjukkan bahwa masing-masing yang berjabat tangan tidak membawa senjata untuk saling melukai atau membunuh.

Namunm, celaka, tradisi yang sudah berlangsung berabad-abad itu bakal punah oleh adanya Covid-19. Dengan adanya social distancing dan contact-free lifestyle yang muncul karena adanya Covid-19, kita tidak lagi berjabatan tangan untuk menghindari persebaran virus mematikan tersebut.

Tak hanya itu, tradisi berpelukan dan "cipika-cipiki" yang selama ini menjadi simbol persaudaraan dan keakraban bakal terancam punah karena kita takut tertular Covid-19. (Baca: KSPI Sebut Dana Rp20 Triliun Tak Cukup untuk Korban PHK)

#2. Consumer Confidence

Covid-19 membuat masyarakat cemas dan takut. Takut terpapar virus, takut kehilangan nyawa, takut krisis ekonomi, takut perusahaan tempat mereka bekerja bangkrut, takut kehilangan pekerjaan, dan takut jatuh miskin.

Semua ketakutan itu membuat konsumen tak yakin akan masa depan perekonomian. Mereka menjadi pesimistis terhadap prospek perekonomian. Mereka pesimistis terhadap ketersediaan lapangan kerja. Dan mereka pesimistis karena kondisi keuangan bakal memburuk.

Consumer Confidence Index (CCI) kita pada bulan April terjun ke posisi 84,8 dari 113,8 sebulan sebelumnya. Angka ini merupakan yang terendah sejak July 2008. Di bulan Mei dan bulan-bulan berikutnya, sudah bisa ditebak angka CCI ini akan semakin terjun bebas.

Covid-19 telah membunuh consumer confidence.

#3. Prostitution

Covid-19 memaksa setiap orang menjaga jarak dan tidak melakukan kontak fisik. Hal ini menjadi mimpi buruk bagi dunia prostitusi yang by-default membutuhkan aktivitas yang contact-intensive dan intimate-intensive.

Tak mengherankan bila prostitusi adalah salah satu yang paling terdampak oleh adanya pandemi. Di seluruh dunia para PSK (pekerja seks komersial) tak bisa mendapatkan income karena tak ada lagi konsumen.

“We are facing a massive crisis,” kata Niki Adams dari English Collective of Prostitutes, organisasi nirlaba yang mewadahi para PSK di Inggris seperti ditulis The Guardian (13/4).

Sementara di India, seorang PSK Neva (bukan nama sebenarnya) mengatakan, "If the situation persists, there will be only one option left for me: suicide," seperti dilaporkan DW (Deutsche Welle).

Celakanya, umumnya para pekerja seks ini tidak tercakup dalam program jaring pengaman sosial pemerintah. Karena itu di seluruh dunia kini banyak LSM yang bergerak di bidang perlindungan pekerja seks dengan melakukan pengumpulan dana untuk membantu mereka.

#4. Mudik

Pandemi juga tidak memungkinkan kita mudik tahun ini. Bahkan secara resmi pemerintah telah mengeluarkan larangan mudik yang efektif berlaku sejak 24 April 2020. Langkah ini dilakukan demi memutus rantai penularan Covid-19. (Baca juga: Anomali Dunia Maya)

Beralasan karena kerumunan di kantong-kantong mudik di kampung dikhawatirkan akan menjadi medium penularan Covid-19 karena para perantau umumnya merupakan orang yang tinggal di episentrum Covid-19.

Mengacu pada data mudik Kemenhub, pada musim mudik tahun 2019 lalu terdapat pergerakan 7,2 juta pemudik selama H-7 sampai H+1 Lebaran. Bisa dibayangkan jika jutaan orang yang berada di zona merah itu tumplek-blek di kampung. Kasus terinfeksi bakal makin menggila.

#5. "9-t-5" Work Hour

Dalam buku Millennials Kill Everything (2019) saya mengatakan, ke depan milenial "membunuh" jam kerja "9-to-5".

Rupanya Covid-19 membunuhnya lebih cepat. Saat ini semua karyawan dipaksa untuk menjalankan work from home (WFH) sehingga mereka berkesempatan melakukan "eksperimen" untuk menjalankan pola kerja flexible working hour (FWH).

Awalnya memang denial (apalagi harus menggunakan platform digital remote working seperti Zoom atau Webex), namun setelah berjalan berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, mereka mulai terbiasa, menikmatinya, dan ketagihan. Mereka makin produktif karena lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga

#6. Air Pollution

Covid-19 menjadikan langit kota-kota tersibuk di dunia semakin biru. Pandemi ini menjadikan pabrik-pabrik tak beroperasi dan kendaraan tak lagi hilir-mudik di jalan, maka polusi udara pun terpangkas drastis.

Kota tersibuk New York misalnya, dengan adanya pandemi, lalu-lintas kendaran berkurang 35%, polusi karbon monoksida turun tajam 50%, dan polusi CO2 turun 10%, begitu juga polusi metana. Di Cina, hanya dalam rentang waktu 2 minggu setelah lockdown pengguna energi dan emisi turun 25%, sehingga memangkas 1% total emisi karbon kumulatif di Cina. (Baca juga: Golden year Berwirausaha)

Tak ketinggalan, pandemi juga menjadikan langit Jakarta semakin biru. "Kami mendapati bahwa konsentrasi polutan baik debu yang beterbangan (SPM/suspended particulate matter) maupun debu polutan ukuran <10 mikron (PM 10) pada pekan ini, selepas tanggal 26 Maret, relatif menurun bila dibandingkan dengan pekan sebelumnya," kata BMKG.

Blessing in disguise, Covid-19 kills air polution.

#7. Cruise Vacation

“It might mark the end of the golden era: How covid-19 may sink the cruise-ship industry", begitu bunyi judul tulisan di majalah Economist (2/5) yang begitu pas menggambarkan nasib industri kapal pesiar.

Selama ini industri kapal pesiar menikmati masa keemasan. Namun begitu akhir tahun lalu wabah menyebar, praktis industri ini mati. Recovery industri ini lebih berat karena "reputasi buruk" yang telanjur terbentuk sebagai tempat penularan Covid-19 terus membayangi benak travellers.

Industri ini akan mengalami perubahan mendasar setelah pandemi lewat: protokol kesehatan bakal diterapkan superketat, penumpang dalam jumlah lebih kecil tidak ribuan seperti sekarang, rute lebih pendek, dan kapal pesiar akan makin banyak mempekerjakan robot untuk meminimalkan kontak fisik.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1663 seconds (0.1#10.140)