Menyiapkan Generasi Kokoh

Jum'at, 29 Januari 2021 - 06:08 WIB
loading...
Menyiapkan Generasi Kokoh
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyebutkan bahwa pihaknya memiliki sejumlah strategi dalam memanfaatkan bonus demografi. FOTO/EKO PURWANTO
A A A
JAKARTA - Sebagai penduduk dengan jumlah terbesar di Indonesia, generasi milenial akan memiliki peran sentral di era bonus demografi pada 2030. Generasi ini mesti unggul dan bersaing karena akan menentukan arah dan masa depan negeri, termasuk kepemimpinan nasional.

Dengan bonus demografi diharapkan Indonesia mengalami kemajuan luar biasa, bahkan berpeluang masuk menjadi lima negara di dunia dengan ekonomi terbesar. Indonesia sendiri diprediksi akan mengalami masa bonus demografi pada 2020-2035, dan mencapai puncaknya pada 2028-2030. Bonus demografi merupakan fenomena langka karena hanya akan terjadi satu kali ketika proporsi penduduk usia produktif berada lebih dari dua pertiga jumlah penduduk keseluruhan.

(Baca juga: Hipmi: Implementasi UU Cipta Kerja Kunci Terserapnya Bonus Demografi )

Bonus demografi yang terjadi akibat berubahnya struktur umur penduduk, digambarkan dengan menurunnya rasio perbandingan antara jumlah penduduk nonproduktif (umur kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas) terhadap jumlah penduduk produktif (usia 15-64 tahun). Seyogianya fenomena ini dijadikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia (SDM) usia produktif yang berlimpah.

Menyoal anak muda, kini memang lebih dikenal dengan sebutan milenial. Bahkan generasi ini disebut-sebut akan jadi bonus demografi Indonesia pada 2030. Generasi milenial juga disebut generasi Y, mereka yang lahir antara 1981 dan 1996 adalah bagian dari milenial. Ada juga penerus milenial yang disebut generasi Z (gen Z), dan generasi di atas milenial yakni generasi X.

Generasi milenial atau gen Y menjadi istimewa karena generasi ini sangat berbeda dengan dua generasi lain. Apalagi dalam hal yang berkaitan dengan konsep diri, konsep hidup dan tata cara mereka membentuk, menentukan ukuran (jumlah) serta mengelola keluarga agar menjadi keluarga yang berkualitas. Mereka adalah generasi yang mau menerima sesuatu jika hal tersebut relevan dengan mereka dan dianggap mempunyai manfaat serta menguntungkan untuk hidup mereka.

(Baca juga: Menteri Ida Ungkap Satu Kunci untuk Raih Bonus Demografi )

Terkait dengan bonus demografi bagi generasi muda tersebut terutama kalangan milenial, Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) sudah menyiapkan beberapa strategi penanganan. Pertama, melakukan transformasi balai latihan kerja (BLK) yang akan diperkuat menjadi pusat pengembangan tenaga kerja unggul dan berdaya saing, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. “Untuk menjawab bonus demografi, kami akan meningkatkan kualitas, kapasitas, dan aksesibilitas pelatihan bagi anak-anak muda usia produktif,” kata Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah kepada KORAN SINDO kemarin.

Kedua, mengembangkan link and match ketenagakerjaan. Kemenaker akan mengintegrasikan pelatihan, sertifikasi, dan penempatan dalam satu bisnis proses yang utuh. Ini untuk memastikan agar orang yang dilatih langsung terserap ke pasar kerja dan orang yang akan bekerja dilatih terlebih dulu agar dapat bekerja secara kompeten. Untuk ini sedang dibangun unit kerja khusus, yaitu pusat pasar kerja dan mengembangkan sistem informasi pasar kerja secara digital.

Ketiga, transformasi perluasan kesempatan kerja. Kemenaker sangat menyadari bahwa pasar kerja tak dapat menampung seluruh angkatan kerja, terlebih di saat pandemi ini. Untuk itu, Kemenaker mengembangkan program perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja, berupa program kewirausahaan. Kemenaker merekrut, melatih, membantu modal usaha, melakukan inkubasi, dan mendampingi anak-anak muda potensial untuk dijadikan wirausaha. “Lahirnya wirausaha-wirausaha yang berhasil akan dapat membuka kesempatan-kesempatan kerja baru bagi anak-anak muda. Untuk itu kami sedang memperkuat dan menambah balai-balai perluasan kesempatan kerja dan membentuk inkubator-inkubator kewirausahaan di seluruh Indonesia,” ujar Ida.

Keempat, mengembangkan talenta muda. Kemenaker sangat paham bahwa revolusi industri yang melahirkan otomatisasi dan disrupsi telah berdampak serius bagi dunia ketenagakerjaan. Jutaan pekerjaan akan hilang dan digantikan dengan pekerjaan-pekerjaan baru yang tumbuh. Untuk menjawab future job itu, Kemenaker merekrut, mengorganisir, mengembangkan dan memfasilitasi banyak talenta muda yang potensial agar mereka dapat masuk ke pasar kerja atau berwirausaha. “Langkah ini kami lakukan dengan membangun talent hub sebagai wadah pengembangan talenta, menyelenggarakan program-program pelatihan yang berorientasi masa depan, menyelenggarakan program kewirausahaan digital dan industri kreatif, dan membangun talent corner di daerah melalui BLK-BLK Kementerian Ketenagakerjaan,” kata Menteri Ida.

(Baca juga: Mau Dapat Penghargaan Pembangunan Daerah dari Bappenas? Simak Kriteria Penilaiannya )

Di tempat terpisah, Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pungky Sumadi mengatakan, pandemi membukakan mata semua orang tentang pentingnya pemanfaatan teknologi informasi (TI). Bappenas pun mempersiapkan SDM yang terampil dalam perekonomian digital. Itulah sebabnya pemerintah melakukan investasi pengembangan jaringan internet, seperti Palapa Ring.

Selain itu, pemerintah memberikan bantuan sosial (bansos) dengan cara nontunai. Pola ini bukan sekadar untuk mempermudah skema penyaluran. Dengan bantuan nontunai, masyarakat menjadi bisa mengakses layanan jasa teknologi finansial (financial technology/fintech). Para pelaku usaha nantinya tinggal melakukan pengembangan lebih lanjut. Bappenas pun berusaha menghubungkan para petani pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan pasar di daerah lain bahkan berbeda negara. “Kami mempersiapkan masyarakat yang lebih baik dalam menghadapi peluang ekonomi gara-gara perkembangan TI. Termasuk menyiapkan sekolah-sekolah reguler dan kejuruan, serta latihan untuk UMKM. Kemudian mendorong paket kemitraan bahwa seorang petani kopi harus berpikir pasarnya bukan hanya di kota atau kabupaten sekitarnya saja, tapi bisa provinsi atau dunia,” tuturnya.

Berkembangnya TI dikhawatirkan menggerus penggunaan tenaga manusia? Pungky menepis hal itu. “Itu hanya kekhawatiran di atas kertas. Kalau kita enggak berbuat apa-apa dan membiarkan orang tidak boleh belajar TI, mungkin itu akan terjadi. Artinya, semua akan dikuasai artificial intelligence. Akan tetapi, apa iya manusia akan membiarkan dirinya seperti itu, kan enggak,” bantahnya.
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1983 seconds (0.1#10.140)