Pakai Bibit Murah, Produktivitas Perkebunan Sawit Mandiri Rendah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi) mengungkapkan bahwa rendahnya produktivitas sawit Indonesia dikarenakan perkebunan sawit rakyat masih menggunakan bibit murah.
"Petani perkebunan sawit mandiri masih menggunakan bibit tidak unggul. Jadi masih memilih harga bibit yang lebih murah," kata Ketua Umum Maksi Darmono Taniwiryono dalam Market Review IDX Channel, Senin (1/2/2021).
Ia menjelaskan, penggunaan bibit yang tidak baik menyebabkan buah yang dihasilkan kurang maksimal. Bahkan, tak jarang tanaman sawit tidak berbuah sama sekali. "Ada kejadian, sudah ditanam selama 10 tahun tidak ada buahnya," ungkapnya.
Ia menjelaskan, hal ini yang menyebabkan produksi sawit Indonesia kalah dengan Malaysia. Padahal lahan sawit yang ada Indonesia lebih luas dari pada Malaysia.
Berdasarkan data yang ada, luas lahan sawit yang ada di Indonesia sebesar 16 juta hektare. Sedangkan di Malaysia hanya 6 juta hektare saja.
"Ya ini PR yang masih banyak harus diselesaikan oleh pemerintah. Tanpa bibit unggul susah untuk meningkatkan produktifitas. Jika menggunakan bibit unggul maka dengan luasan perkebunan yang ada Indonesia bisa memproduksi 100 juta ton sawit," jelasnya.
Ia menambahkan, untuk meningkatkan kesadaran penggunaan bibit unggul harus ada pembinaan terhadap Pentani mandiri. Pembinaan ini bisa dilakukan dengan ada pembentukan organisasi masyarakat sawit. "Melalui organisasi pembinaan Pentani sawit akan lebih cepat dilaksanakan," tandasnya.
"Petani perkebunan sawit mandiri masih menggunakan bibit tidak unggul. Jadi masih memilih harga bibit yang lebih murah," kata Ketua Umum Maksi Darmono Taniwiryono dalam Market Review IDX Channel, Senin (1/2/2021).
Ia menjelaskan, penggunaan bibit yang tidak baik menyebabkan buah yang dihasilkan kurang maksimal. Bahkan, tak jarang tanaman sawit tidak berbuah sama sekali. "Ada kejadian, sudah ditanam selama 10 tahun tidak ada buahnya," ungkapnya.
Ia menjelaskan, hal ini yang menyebabkan produksi sawit Indonesia kalah dengan Malaysia. Padahal lahan sawit yang ada Indonesia lebih luas dari pada Malaysia.
Berdasarkan data yang ada, luas lahan sawit yang ada di Indonesia sebesar 16 juta hektare. Sedangkan di Malaysia hanya 6 juta hektare saja.
"Ya ini PR yang masih banyak harus diselesaikan oleh pemerintah. Tanpa bibit unggul susah untuk meningkatkan produktifitas. Jika menggunakan bibit unggul maka dengan luasan perkebunan yang ada Indonesia bisa memproduksi 100 juta ton sawit," jelasnya.
Ia menambahkan, untuk meningkatkan kesadaran penggunaan bibit unggul harus ada pembinaan terhadap Pentani mandiri. Pembinaan ini bisa dilakukan dengan ada pembentukan organisasi masyarakat sawit. "Melalui organisasi pembinaan Pentani sawit akan lebih cepat dilaksanakan," tandasnya.
(fai)