Mengejar Realisasi Energi Baru dan Terbarukan

Kamis, 04 Februari 2021 - 06:18 WIB
loading...
A A A
Berdasarkan data yang dirilis Compare the Market, Jerman merupakan salah satu negara paling ambisius mengurangi penggunaan energi konvensional. Sejak 2019, Jerman telah mengurangi penggunaan batu bara dan energi nuklir dan menggantinya dengan angin, bioenergi, dan hidropower.

Jerman menanamkan investasi yang besar untuk memenuhi target yang ditetapkan Uni Eropa (UE). Sama seperti Jerman, Inggris juga mengurangi penggunaan batu bara sebesar 96% sejak 1970. Pada 2019, sekitar 40% energi yang digunakan di Inggris bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA).

Amerika Serikat (AS) juga berupaya beralih pada energi terbarukan. Meski tidak semaju Jerman, sebesar 18% energi yang digunakan di AS berasal dari sumber energi terbarukan. Tapi, dalam anggaran 2020, alokasi dana untuk energi terbarukan turun dari USD2,3 miliar pada 2019 menjadi USD700 juta.

Islandia, Swedia, dan Norwegia, termasuk negara dengan penggunaan energi terbarukan terbesar di dunia di mana kontriibusi EBT terhadap pasokan energi di negaranya masing-masih di atas 40%. Hingga 2019, Islandia bahkan menggunakan energi terbarukan yang berasal dari hidropower dan panas bumi hampir 80%.

Islandia juga diakui sebagai negara dengan energi terbarukan terbesar di dunia. Jumlah energi terbarukan yang dihasilkan per tahun di Islandia sebesar 19 TWh atau 55.000 kWh per orang. Bandingkan dengan UE sebesar 6.000 kWh. Sumber energi terbarukan di Norwegia juga kini sudah mencapai 98%.

Sementara itu, Kenya telah menggunakan energi terbarukan sebesar 87% pada Januari 2020, sedangkan Uruguay sukses mengurangi jejak karbon tanpa subsidi. Dengan produksi yang memadai, aliran listrik di Uruguay jarang terputus. Investasi di bidang energi juga meningkat sekitar 15% dari PDB negara.

International Renewable Energy Agency (IRENA) memprediksi energi terbarukan akan mencapai 86% di seluruh dunia pada 2050. “Tren penggunaan energi terbarukan terus meningkat. Dengan mewabahnya Covid-19, kita semakin tersadar perlunya energi yang lebih ramah lingkungan dan bersih,” ungkap IRENA.

Pemerintah Indonesia sebenarnya juga terus berupaya meningkatkan kapasitas EBT dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan, untuk tahun ini pemerintah menatgetkan penambahan kapasitas terpasang pembangkit EBT meningkat menjadi 12.009 MW.

Menurut Arifin, arah kebijakan energi ke depan adalah memanfaatkan sumber daya energi yang terdapat di dalam negeri. Hal ini dilakukan agar dapat mencapai target pemenuhan bauran EBT pada bauran energi nasional sebesar 23% di tahun 2025.

"Ke depannya, kita harus memanfaatkan sumber-sumber energi di dalam negeri dan tentu saja kita melihat kecenderungan energi yang dihasilkan tenaga surya makin lama semakin kompetitif," ungkap dia di Jakarta, Kamis (07/01) lalu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1085 seconds (0.1#10.140)