Laba Bersih Bank Mega Melesat 50% Ditengah Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Mega Tbk (MEGA) dalam paparan publik perseroan mengumumkan kinerja laporan keuangan sepanjang 2020. Laba setelah pajak tercatat sebesar Rp3,01 triliun atau tumbuh sebesar 50% jika dibandingkan dengan kinerja periode di tahun 2019 sebesar Rp2,0 triliun.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib menyatakan perseroan menyikapi kondisi makro ekonomi tahun 2020 yang penuh tantangan dengan tetap optimis dan mengubah tantangan tersebut menjadi peluang. Hasilnya, Bank Mega tetap tumbuh secara signifikan dan berkesinambungan bahkan indikator utama keuangan berada di atas rata-rata industri.
Laba setelah pajak tercatat sebesar Rp3,01 triliun atau tumbuh sebesar 50% jika dibandingkan dengan kinerja periode di tahun 2019 sebesar Rp2 triliun. Sementara laba setelah pajak secara industri per November 2020 (YoY) tercatat minus 31%.
“Pertumbuhan laba tersebut diperoleh dari pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) yang naik sebesar 9% menjadi Rp3,9 triliun dari posisi tahun 2019 sebesar Rp3,58 triliun,” kata Kostaman di Jakarta, Rabu (17/2/2021).
Selain itu fee based income juga turut andil dalam menyumbang kenaikan laba, dimana terjadi kenaikan sebesar 26% menjadi Rp2,9 triliun dari posisi 2019 sebesar Rp2,3 triliun. Total aset berhasil mencapai Rp112,2 triliun atau naik 11% dibanding tahun 2019 sebesar Rp100,8 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 9% menjadi Rp79,19 triliun dari posisi tahun 2019 sebesar Rp72,8 triliun.
“Dari sisi komposisi, Deposito masih mendominasi Dana Pihak Ketiga yaitu sebesar 72%, disusul oleh Tabungan sebesar 17% dan giro sebesar 11%,” jelasnya.
Kelesuan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, mengakibatkan kredit kepada pihak ketiga Bank Mega mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 6% menjadi Rp48,5 triliun dari Rp51,0 triliun pada tahun 2019. Secara komposisi, kredit korporasi masih tumbuh positif dibandingkan segmen lainnya, yaitu sebesar 55% menjadi Rp26,2 triliun.
Keberhasilan mengendalikan beban operasional mengakibatkan perbaikan Rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) semakin membaik, yaitu menjadi sebesar 65,9% dibanding posisi 2019 yang sebesar 74,10%.
“Hal ini merupakan dampak dari inovasi digital dan otomasi yang telah diberlakukan sejak 2 tahun terakhir, baik untuk back office maupun front office,” ujarnya.
Permodalan Bank Mega juga semakin kokoh yang tercermin dari rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 31,04%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 23,68%. Rasio permodalan yang kuat merupakan hal penting untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib menyatakan perseroan menyikapi kondisi makro ekonomi tahun 2020 yang penuh tantangan dengan tetap optimis dan mengubah tantangan tersebut menjadi peluang. Hasilnya, Bank Mega tetap tumbuh secara signifikan dan berkesinambungan bahkan indikator utama keuangan berada di atas rata-rata industri.
Laba setelah pajak tercatat sebesar Rp3,01 triliun atau tumbuh sebesar 50% jika dibandingkan dengan kinerja periode di tahun 2019 sebesar Rp2 triliun. Sementara laba setelah pajak secara industri per November 2020 (YoY) tercatat minus 31%.
“Pertumbuhan laba tersebut diperoleh dari pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) yang naik sebesar 9% menjadi Rp3,9 triliun dari posisi tahun 2019 sebesar Rp3,58 triliun,” kata Kostaman di Jakarta, Rabu (17/2/2021).
Selain itu fee based income juga turut andil dalam menyumbang kenaikan laba, dimana terjadi kenaikan sebesar 26% menjadi Rp2,9 triliun dari posisi 2019 sebesar Rp2,3 triliun. Total aset berhasil mencapai Rp112,2 triliun atau naik 11% dibanding tahun 2019 sebesar Rp100,8 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 9% menjadi Rp79,19 triliun dari posisi tahun 2019 sebesar Rp72,8 triliun.
“Dari sisi komposisi, Deposito masih mendominasi Dana Pihak Ketiga yaitu sebesar 72%, disusul oleh Tabungan sebesar 17% dan giro sebesar 11%,” jelasnya.
Kelesuan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, mengakibatkan kredit kepada pihak ketiga Bank Mega mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 6% menjadi Rp48,5 triliun dari Rp51,0 triliun pada tahun 2019. Secara komposisi, kredit korporasi masih tumbuh positif dibandingkan segmen lainnya, yaitu sebesar 55% menjadi Rp26,2 triliun.
Keberhasilan mengendalikan beban operasional mengakibatkan perbaikan Rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) semakin membaik, yaitu menjadi sebesar 65,9% dibanding posisi 2019 yang sebesar 74,10%.
“Hal ini merupakan dampak dari inovasi digital dan otomasi yang telah diberlakukan sejak 2 tahun terakhir, baik untuk back office maupun front office,” ujarnya.
Permodalan Bank Mega juga semakin kokoh yang tercermin dari rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 31,04%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 23,68%. Rasio permodalan yang kuat merupakan hal penting untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
(her)