Sejahterakan Petani, Pemerintah Harus Pangkas Rantai Distribusi

Jum'at, 05 Maret 2021 - 04:44 WIB
loading...
Sejahterakan Petani,...
Ilustrasi sawah. Foto/Dok SINDOphoto/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Sektor pertanian tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19 . Petani butuh stabilitas harga. Badan Pusat Statistik (BPS) Mengungkapkan sektor pertanian mengalami pertumbuhan 2,59 persen pada kuartal tahun 2020.

Ini berbanding terbalik dengan sejumlah sektor yang nyungsep akibat hantaman pandemi Covid-19. Sektor tanaman pangan mengalami pertumbuhan paling tinggi, yakni 10,47 persen.

Kemudian, disusul oleh komoditas holtikultura sebesar 7,85 persen dan perkebunan tumbuh 1,13 persen. Kepala Departemen Penataan Produksi dan Kemahasiswaan Petani Aliansi Petani Indonesia (API) Muhammad Rifai mengakui kegiatan produksi pertanian berjalan normal selama pandemi Covid-19.

“Tumbuh dan menjadi dasar kesejahteraan bagi masyarakat pedesaan karena disitulah ruang-ruang pekerjaan (yang ada),” ujarnya saat dihubungi SINDONews, Rabu (3/3/2021).



Rifai mengakui produksi pertanian pangan, seperti beras dan jagung, yang meningkat. Di Jawa Timur, saat ini tengah panen raya jagung. Masalahnya, harganya sedang turun menjadi Rp3.500 per kilogram (kg), padahal idealnya Rp4.000/kg. Produksi pertanian pangan masih didominasi Jawa, yakni 75%.

Sektor perkebunan, seperti kopi dan cokelat mengalami penurunan. Ini terkait dengan pasar sektor ini untuk industri, baik rumahan maupun manufaktur besar. Pada sektor itu permintaan menurun karena terdampak pandemi. Produksi secara massal pun menurun drastis. Para petani hanya berusaha menjaga tanamannya tetap baik sambil berharap pandemi segera berlalu.

Rifai mengatakan mereka membutuhkan bantuan pupuk bersubsidi untuk menjaga tanaman agar tidak rusak. Di sisi lain, permintaan pangan dari sektor rumah tangga itu tetap normal. Rifai menyebut ada petani yang memanfaatkan momen untuk memasok langsung pangan, seperti beras dan cabai, kepada rumah tangga.

API menyatakan pandemi sesungguhnya cukup mengganggu distribusi produksi pertanian. Hal itu dampak dari penerapan berbagai bentuk pembatasan sosial. Belum lagi, harga yang kadang-kadang turun dan pemasaran terhambat. “Muncul ide-ide baru dari petani untuk memasarkan secara daring,” ungkapnya.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2219 seconds (0.1#10.140)