Smart City Strategi Mengatasi Permasalahan Kota
loading...
A
A
A
JAKARTA - CEO PT Qlue Performa Indonesia Rama Raditya mengatakan, urbanisasi menjadi salah satu masalah global. Tahun 2050 diprediksi 70% populasi dunia ini akan pindah ke kota dan kondisi tersebut menyebabkan kota akan menjadi semakin sempit. Oleh sebab itu monitoring sangat dibutuhkan.
“Jadi kota semakin sempit, dan dibutuhkan banyak sekali monitoring atau tools yang digunakan kota tersebut. Pemilik kota ya untuk bisa memastikan bahwa warganya itu tetap aman, tetap mendapatkan security and safety, air bersih, dsb yang bisa memastikan bahwa warganya tetap aman dan nyaman,” katanya saat dihubungi MNC Portal Indonesia hari ini (5/3) di Jakarta. ( Baca juga:Sri Mulyani Berharap DIB Mendukung LPI )
Berkaca dari kondisi di Indonesia, semakin banyak orang yang tinggal di kota maka semakin banyak masalah yang timbul. Oleh karena itu, menurut Rama, dibutuhkan tools untuk mengatur permasalahan yang ada. Berangkat dari kondisi tersebut, smart city dibutuhkan untuk meminimalisasi permasalahan ini.
“Benang merahnya itu smart city adalah kota yang semuanya kolaboratif. Jadi warga, industri, atau misalnya perusahaan-perusahaan dari UMKM sampai enterprise, dan government itu kolaboratif. Kolaboratifnya untuk bisa maju bersama ke visi dari kota tersebut dengan pemanfaatan infrastruktur dan teknologi. Jadi lebih kolaborasi antar-si stake holder ke dalam kota tersebut gitu,” ujar Rama.
“Waktu itu saya launching Jakarta Smart City dan kita baru tahu ternyata smart city ini masalah global, karena itu kita mulai mendalami banget. Kalau saya bilang banyak orang yang ga tau karena ya memang ga mencari sebenarnya lebih ke arah sana dan ga aware ini impactnya bisa bahaya karena ini masalah global. Dan sampai sekarang, bahkan Elon Musk aja kan dia mau mindahin orang dari bumi ke Mars, karena urbanisasi di bumi udah tinggi sekali,” tambah Rama. ( Baca juga:SBY ke Moeldoko: Benar-benar Tega, Darah Dingin Melakukan Kudeta )
Sementara itu, menurut dia, tantangan ke depan di Indonesia adalah bagimana desa-desa akan tetap bisa hidup jika nantinya urbanisasi ke kota dengan jumlah besar terjadi.
“Trennya emang orang pindah ke kota, karena orang nyari kerja di kota, hidup di kota, di kota penghasilan lebih besar dibanding di daerah. Nah ini kondisi di Indonesia. Setelah itu kita lihat mungkin Indonesia setelah lima tahun kemudian apa yang terjadi di Jepang akan terjadi di Indonesia. Akhirnya desa-desa jadi kosong, sekolahnya tadinya ada 300 anak jadi tinggal 30, kasarnya gitu hilang 90%,” ucap Rama.
“Jadi kota semakin sempit, dan dibutuhkan banyak sekali monitoring atau tools yang digunakan kota tersebut. Pemilik kota ya untuk bisa memastikan bahwa warganya itu tetap aman, tetap mendapatkan security and safety, air bersih, dsb yang bisa memastikan bahwa warganya tetap aman dan nyaman,” katanya saat dihubungi MNC Portal Indonesia hari ini (5/3) di Jakarta. ( Baca juga:Sri Mulyani Berharap DIB Mendukung LPI )
Berkaca dari kondisi di Indonesia, semakin banyak orang yang tinggal di kota maka semakin banyak masalah yang timbul. Oleh karena itu, menurut Rama, dibutuhkan tools untuk mengatur permasalahan yang ada. Berangkat dari kondisi tersebut, smart city dibutuhkan untuk meminimalisasi permasalahan ini.
“Benang merahnya itu smart city adalah kota yang semuanya kolaboratif. Jadi warga, industri, atau misalnya perusahaan-perusahaan dari UMKM sampai enterprise, dan government itu kolaboratif. Kolaboratifnya untuk bisa maju bersama ke visi dari kota tersebut dengan pemanfaatan infrastruktur dan teknologi. Jadi lebih kolaborasi antar-si stake holder ke dalam kota tersebut gitu,” ujar Rama.
“Waktu itu saya launching Jakarta Smart City dan kita baru tahu ternyata smart city ini masalah global, karena itu kita mulai mendalami banget. Kalau saya bilang banyak orang yang ga tau karena ya memang ga mencari sebenarnya lebih ke arah sana dan ga aware ini impactnya bisa bahaya karena ini masalah global. Dan sampai sekarang, bahkan Elon Musk aja kan dia mau mindahin orang dari bumi ke Mars, karena urbanisasi di bumi udah tinggi sekali,” tambah Rama. ( Baca juga:SBY ke Moeldoko: Benar-benar Tega, Darah Dingin Melakukan Kudeta )
Sementara itu, menurut dia, tantangan ke depan di Indonesia adalah bagimana desa-desa akan tetap bisa hidup jika nantinya urbanisasi ke kota dengan jumlah besar terjadi.
“Trennya emang orang pindah ke kota, karena orang nyari kerja di kota, hidup di kota, di kota penghasilan lebih besar dibanding di daerah. Nah ini kondisi di Indonesia. Setelah itu kita lihat mungkin Indonesia setelah lima tahun kemudian apa yang terjadi di Jepang akan terjadi di Indonesia. Akhirnya desa-desa jadi kosong, sekolahnya tadinya ada 300 anak jadi tinggal 30, kasarnya gitu hilang 90%,” ucap Rama.
(uka)