Membuat Pengguna Jalan Tol Aman dan Nyaman Lewat Genggaman
loading...
A
A
A
Mengetahui kondisi jalan juga jadi perhatian utama jasa marga dalam meningkatkan pelayanan kepada para penguna jalan bebas hambatan. Untuk mengukur data asset dan kondisi jalan dengan lebih akurat efektif dan efisien Jasa Marga menggunakan teknologi Hawkeye 2000.
Teknologi ini berupa mobil pintar yang dilengkapi dengan berbagi sensor sehingga bisa melakukan survei ketidakrataan jalan, meneliti data karakteristik jalan, hingga mendeteksi kerusakan jalan. Kehadiran Hawkeye 2000 menjadi penting, karena mendukung pemeliharaan dan pengoperasian jalan tol. Sekaligus memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan tol.
Memasuki usainya yang ke 43 ini berbagai inovasi memang terus dihadirkan Jasa Marga. Semua ini menurut Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur, merupakan ikhtiar untuk mewujudkan Visi Jasa Marga, “Menjadi Perusahaan Jalan Tol Nasional Terbesar, Terpercaya, dan Berkesinambungan”. “Untuk itu Jasa Marga terus konsisten melakukan transformasi dan inovasi di semua lini bisnis,”ujarnya. Subakti menegaskan, transformasi dan inofasi yang dilakukan Jasa Marga ini juga ditujukan untuk menghadapi tantangan ke depan yang semakin berat.
Teknologi akan mengambil peran yang makin besar dalam bisnis pengelolaan jalan tol. Seperti diketahui, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) akan mulai menerapkan ssitem pembayaran nontunai nir sentuh atau Metode Multi-Lane Free Flow (MLFF) mulai awal 2022. Seluruh operator jalan tol, termasuk jasa marga harus siap dengan perubahan ini.
Pembayaran nontunai dengan teknologi MLFF akan memudahkan pengguna jalan karena melalui jalan tol tanpa hambatan, solusi ini juga dapat meningkatkan efisiensi dan pendapatan tol, serta mengurangi tingkat kemacetan pada jam-jam padat.
Sebagai pengelola jalan tol terbesar di negeri ini, Jasa Marga pun diajak bekerjasama oleh Roatex Ltd Zrt Hongaria, untuk mengembangkan MLFF d Indonesia. Roatex perusahaan asal Hongaria yang telah ditetapkan oleh BPJT sebagai pememang tender penerapan MLFF di Indonesia.
Ajakan dari Roatex ini pun disambut baik oleh Jasa Marga. Subakti Syukur, mengatakan pihaknya siap siap dan menyambut baik ajakan kerjasama dari Roatex. Kesiapan Jasa Marga itu juga didukung oleh pusat riset dan pengembangan inovasi, Internet of Thinks (IoT) Laboratory.
Laboratorium ini didirikan perseroan untuk mengembangkan beragam pelayanan digital seperti transkasi keuangan, keamanan berkendara, traffic monitoring system dan lain-lain. Dipersaiapkan juga untuk mendukung bisnis jalan tol di masa depan. Melalui IoT Laboratory ini menunjukkan Jasa Marga sudah jauh-jauh hari mengantisipasi tawaran kerjasa sama seperti yang diajukan Roatex.
Tantangan bisnis ke depan akan semakin berat, apalagi Pandemi Covid 19 masih belum berakhir. Merebaknya virus yang mematikan itu, membuat ekonomi national terpuruk. Dampaknya juga dirasakan oleh Jasa Marga. Hal itu diakui oleh Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur. “Dampak pandemi Covid-19 cukup memberikan imbas pada kinerja perseroan,”ujarnya.
Kebijakan bekerja, belajar dan beribadah dari rumah, serta PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di berbagai daerah, membuat volume kendaraan yang melintasi jalan tol merosot. Imbasnya pendapatan dan laba yang dibukukan Jasa Marga pun ikut turun.
Subakti Syukur memperkirakan kinerja Jasa Marga di tahun 2020 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2019). Pendapatan tol diproyeksikan lebih rendah 20% dari tahun 2019 sejalan dengan turunnya volume lalu lintas. " Laba bersih perusahaan juga turun secara proporsional," ujarnya.
Sebagai gambaran pada 2019, membukukan total pendapatan sebesar Rp 26,34 triliun. Pendapatan dari jalan tol berkontribusi sebesar Rp 10,13 triliun. Sedangkan, laba bersih yang berhasil dikantongi tercatat sebesar Rp 2,2 triliun.
Teknologi ini berupa mobil pintar yang dilengkapi dengan berbagi sensor sehingga bisa melakukan survei ketidakrataan jalan, meneliti data karakteristik jalan, hingga mendeteksi kerusakan jalan. Kehadiran Hawkeye 2000 menjadi penting, karena mendukung pemeliharaan dan pengoperasian jalan tol. Sekaligus memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan tol.
Memasuki usainya yang ke 43 ini berbagai inovasi memang terus dihadirkan Jasa Marga. Semua ini menurut Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur, merupakan ikhtiar untuk mewujudkan Visi Jasa Marga, “Menjadi Perusahaan Jalan Tol Nasional Terbesar, Terpercaya, dan Berkesinambungan”. “Untuk itu Jasa Marga terus konsisten melakukan transformasi dan inovasi di semua lini bisnis,”ujarnya. Subakti menegaskan, transformasi dan inofasi yang dilakukan Jasa Marga ini juga ditujukan untuk menghadapi tantangan ke depan yang semakin berat.
Teknologi akan mengambil peran yang makin besar dalam bisnis pengelolaan jalan tol. Seperti diketahui, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) akan mulai menerapkan ssitem pembayaran nontunai nir sentuh atau Metode Multi-Lane Free Flow (MLFF) mulai awal 2022. Seluruh operator jalan tol, termasuk jasa marga harus siap dengan perubahan ini.
Pembayaran nontunai dengan teknologi MLFF akan memudahkan pengguna jalan karena melalui jalan tol tanpa hambatan, solusi ini juga dapat meningkatkan efisiensi dan pendapatan tol, serta mengurangi tingkat kemacetan pada jam-jam padat.
Sebagai pengelola jalan tol terbesar di negeri ini, Jasa Marga pun diajak bekerjasama oleh Roatex Ltd Zrt Hongaria, untuk mengembangkan MLFF d Indonesia. Roatex perusahaan asal Hongaria yang telah ditetapkan oleh BPJT sebagai pememang tender penerapan MLFF di Indonesia.
Ajakan dari Roatex ini pun disambut baik oleh Jasa Marga. Subakti Syukur, mengatakan pihaknya siap siap dan menyambut baik ajakan kerjasama dari Roatex. Kesiapan Jasa Marga itu juga didukung oleh pusat riset dan pengembangan inovasi, Internet of Thinks (IoT) Laboratory.
Laboratorium ini didirikan perseroan untuk mengembangkan beragam pelayanan digital seperti transkasi keuangan, keamanan berkendara, traffic monitoring system dan lain-lain. Dipersaiapkan juga untuk mendukung bisnis jalan tol di masa depan. Melalui IoT Laboratory ini menunjukkan Jasa Marga sudah jauh-jauh hari mengantisipasi tawaran kerjasa sama seperti yang diajukan Roatex.
Tantangan bisnis ke depan akan semakin berat, apalagi Pandemi Covid 19 masih belum berakhir. Merebaknya virus yang mematikan itu, membuat ekonomi national terpuruk. Dampaknya juga dirasakan oleh Jasa Marga. Hal itu diakui oleh Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur. “Dampak pandemi Covid-19 cukup memberikan imbas pada kinerja perseroan,”ujarnya.
Kebijakan bekerja, belajar dan beribadah dari rumah, serta PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di berbagai daerah, membuat volume kendaraan yang melintasi jalan tol merosot. Imbasnya pendapatan dan laba yang dibukukan Jasa Marga pun ikut turun.
Subakti Syukur memperkirakan kinerja Jasa Marga di tahun 2020 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2019). Pendapatan tol diproyeksikan lebih rendah 20% dari tahun 2019 sejalan dengan turunnya volume lalu lintas. " Laba bersih perusahaan juga turun secara proporsional," ujarnya.
Sebagai gambaran pada 2019, membukukan total pendapatan sebesar Rp 26,34 triliun. Pendapatan dari jalan tol berkontribusi sebesar Rp 10,13 triliun. Sedangkan, laba bersih yang berhasil dikantongi tercatat sebesar Rp 2,2 triliun.