Suku Bunga BI Bikin Likuiditas Perbankan Melimpah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, tingginya kondisi likuiditas perbankan juga didukung oleh arah suku bunga Bank Indonesia (BI) dan pelonggaran kebijakan moneter lainnya.
“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sejak tahun 2020 yang lalu BI sudah menurunkan suku bunga acuannya sekitar 1,5% sejak awal 2020, dan selain itu juga BI juga menginject likuiditas ke industri perbankan, ya kurang lebih sebesar Rp700 triliun lebih sejak Januari 2020,” jelasnya hari ini (10/3) dalam acara Market Review IDX Channel. ( Baca juga:Ada Pejabat Pertamina Dipecat Jokowi, Ini Jawaban Ahok )
Menurut dia, selain kondisi likuiditas yang terjaga, tingginya likuiditas tersebut juga dipengaruhi oleh permintaan kredit yang masih relatif rendah. Di sisi lainnya penempatan dana di dana pihak ketiga ke perbankan masih tetap tumbuh
"Ya kalau kita lihat di akhir tahun lalu ini masih tumbuh 11%, per Januari tahun ini masih tetap tinggi di kisaran 10%-an. Sehingga itu yang menyebabkan tingginya likuiditas itu,” ujar Josua.
Sementara itu, menurut Josua, berdasarkan beberapa data dapat terlihat bahwa ekonomi Indonesia sudah membaik tetapi belum kembali ke kondisi normal sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Hal tersebut menyebabkan permintaan kredit masih relatif lemah dan pada akhirnya likuiditas perbankan cenderung masih terjaga dengan baik. ( Baca juga:Terbukti Terima Suap Djoko Tjandra, Brigjen Prasetijo Divonis 3,5 Tahun )
“Kalau kita lihat juga beberapa data misalnya kemarin ada data survei penjual eceran, survei indeks konsumen dari BI, dan juga ada data inflasi di awal tahun ini, kita lihat data-data ekonomi membaik tapi masih belum kembali ke level normal sebelum Covid. Sehingga itu menyebabkan aktivitas dari sisi produksi-produksi ekonomi pun ini masih lemah,” ucap dia.
“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sejak tahun 2020 yang lalu BI sudah menurunkan suku bunga acuannya sekitar 1,5% sejak awal 2020, dan selain itu juga BI juga menginject likuiditas ke industri perbankan, ya kurang lebih sebesar Rp700 triliun lebih sejak Januari 2020,” jelasnya hari ini (10/3) dalam acara Market Review IDX Channel. ( Baca juga:Ada Pejabat Pertamina Dipecat Jokowi, Ini Jawaban Ahok )
Menurut dia, selain kondisi likuiditas yang terjaga, tingginya likuiditas tersebut juga dipengaruhi oleh permintaan kredit yang masih relatif rendah. Di sisi lainnya penempatan dana di dana pihak ketiga ke perbankan masih tetap tumbuh
"Ya kalau kita lihat di akhir tahun lalu ini masih tumbuh 11%, per Januari tahun ini masih tetap tinggi di kisaran 10%-an. Sehingga itu yang menyebabkan tingginya likuiditas itu,” ujar Josua.
Sementara itu, menurut Josua, berdasarkan beberapa data dapat terlihat bahwa ekonomi Indonesia sudah membaik tetapi belum kembali ke kondisi normal sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Hal tersebut menyebabkan permintaan kredit masih relatif lemah dan pada akhirnya likuiditas perbankan cenderung masih terjaga dengan baik. ( Baca juga:Terbukti Terima Suap Djoko Tjandra, Brigjen Prasetijo Divonis 3,5 Tahun )
“Kalau kita lihat juga beberapa data misalnya kemarin ada data survei penjual eceran, survei indeks konsumen dari BI, dan juga ada data inflasi di awal tahun ini, kita lihat data-data ekonomi membaik tapi masih belum kembali ke level normal sebelum Covid. Sehingga itu menyebabkan aktivitas dari sisi produksi-produksi ekonomi pun ini masih lemah,” ucap dia.
(uka)