Investasi Vaksin USD1 Bisa Hasilkan Keuntungan Ekonomi USD8
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan berdampak besar pada sektor ekonomi. Pemerintah pun berjuang dengan berbagai kebijakan untuk kembali memulihkan perekonomian , salah satunya lewat program vaksinasi.
Program vaksinasi yang dicanangkan dalam tahun ini diharapkan mampu membawa ekonomi Indonesia kembali tumbuh 5%, setelah tahun lalu terkontraksi cukup dalam. Pasalnya, vaksinasi akan kembali menggairahkan kembali aktivitas perekonomian.
“Setelah kita divaksin, maka kita merasa tenang, teman-teman juga merasa tenang, sehingga kita bisa bekerja dan berproduksi,” terang Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, DrPH, Chairman Indonesia Health Economic Association, dalam Dialog Produktif, Pengelolaan Kesehatan Dengan Vaksin yang diselenggarakan KPCPEN pada Rabu (10/3). ( Baca juga:Berlanjut di 2021, Gelombang 14 Kartu Prakerja Punya Fitur Baru )
Menurut Prof. Hasbullah, secara umum kajian ilmiah menunjukkan bahwa investasi vaksin satu dolar bisa menghasilkan keuntungan ekonomi delapan dolar. Jadi ada efek berlipat yang bisa diperoleh lewat program vaksinasi.
"Katakanlah kita belanja vaksin tahun ini Rp100 Triliun, namun begitu ekonomi kita tumbuh dengan proyeksi 5%, itu luar biasa dampaknya,” tambah Prof. Hasbullah.
Prof Hasbullah berharap semua pemangku kepentingan, pemimpin nasional maupun daerah, sama-sama memperjuangkan vaksinasi sebagai salah satu cara paling efektif, efisien, dan paling cepat untuk memulihkan kesehatan diri. Pun sekaligus menggerakkan ekonomi di masa depan.
Sebagian kecil masyarakat memang masih belum memahami manfaat vaksin bagi kepentingan bersama ini. Cara terbaik untuk memberikan kesadaran dan ketenangan bagi keraguan masyarakat adalah dengan memberikan contoh langsung oleh pimpinan dan tokoh masyarakat. Prof. Hasbullah percaya masyarakat Indonesia perlu diberi pendekatan komunikasi yang lebih baik agar memahami bahwa kepentingan program vaksinasi ini adalah kepentingan bersama dan berdampak luas bagi ekonomi nasional.
Prof. Hasbullah percaya pemerintah mampu melaksanakan program vaksinasi Covid-19 yang terhitung masif dengan menyasar 181 juta rakyat Indonesia. “Vaksinasi bukan program bagi Indonesia. Kita sudah menjalankannya sejak 50 tahun lalu, mulai dari vaksinasi cacar, polio, BCG, dan sebagainya,” terangnya. ( Baca juga:Tok! Mantan Sekretaris MA Nurhadi dan Menantunya Divonis 6 Tahun Penjara )
Satu catatan Prof. Hasbullah adalah tentang ketersediaan vaksin. Dalam kondisi pandemi global seperti ini, vaksin Covid-19 jadi rebutan negara lain, hingga kemudahan akses vaksin perlu dikontrol. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama vaksin melalui organisasi COVAX yang bersama-sama menjamin negara-negara yang kurang beruntung tetap mendapat akses vaksin.
"Kita bersyukur punya Bio Farma dan berkomitmen dengan COVAX. Tapi kembali lagi, suplai vaksin menjadi kunci kecepatan program vaksinasi kita,” kata Prof. Hasbullah.
Usaha-usaha pemerintah dalam mendatangkan vaksin, baik melalui kerja sama bilateral maupun multilateral sejauh ini terbilang cukup berhasil. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 40 juta stok vaksin dan ratusan juta dosis yang sudah terjadwal akan dikirimkan dalam beberapa waktu ke depan.
Program vaksinasi yang dicanangkan dalam tahun ini diharapkan mampu membawa ekonomi Indonesia kembali tumbuh 5%, setelah tahun lalu terkontraksi cukup dalam. Pasalnya, vaksinasi akan kembali menggairahkan kembali aktivitas perekonomian.
“Setelah kita divaksin, maka kita merasa tenang, teman-teman juga merasa tenang, sehingga kita bisa bekerja dan berproduksi,” terang Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, DrPH, Chairman Indonesia Health Economic Association, dalam Dialog Produktif, Pengelolaan Kesehatan Dengan Vaksin yang diselenggarakan KPCPEN pada Rabu (10/3). ( Baca juga:Berlanjut di 2021, Gelombang 14 Kartu Prakerja Punya Fitur Baru )
Menurut Prof. Hasbullah, secara umum kajian ilmiah menunjukkan bahwa investasi vaksin satu dolar bisa menghasilkan keuntungan ekonomi delapan dolar. Jadi ada efek berlipat yang bisa diperoleh lewat program vaksinasi.
"Katakanlah kita belanja vaksin tahun ini Rp100 Triliun, namun begitu ekonomi kita tumbuh dengan proyeksi 5%, itu luar biasa dampaknya,” tambah Prof. Hasbullah.
Prof Hasbullah berharap semua pemangku kepentingan, pemimpin nasional maupun daerah, sama-sama memperjuangkan vaksinasi sebagai salah satu cara paling efektif, efisien, dan paling cepat untuk memulihkan kesehatan diri. Pun sekaligus menggerakkan ekonomi di masa depan.
Sebagian kecil masyarakat memang masih belum memahami manfaat vaksin bagi kepentingan bersama ini. Cara terbaik untuk memberikan kesadaran dan ketenangan bagi keraguan masyarakat adalah dengan memberikan contoh langsung oleh pimpinan dan tokoh masyarakat. Prof. Hasbullah percaya masyarakat Indonesia perlu diberi pendekatan komunikasi yang lebih baik agar memahami bahwa kepentingan program vaksinasi ini adalah kepentingan bersama dan berdampak luas bagi ekonomi nasional.
Prof. Hasbullah percaya pemerintah mampu melaksanakan program vaksinasi Covid-19 yang terhitung masif dengan menyasar 181 juta rakyat Indonesia. “Vaksinasi bukan program bagi Indonesia. Kita sudah menjalankannya sejak 50 tahun lalu, mulai dari vaksinasi cacar, polio, BCG, dan sebagainya,” terangnya. ( Baca juga:Tok! Mantan Sekretaris MA Nurhadi dan Menantunya Divonis 6 Tahun Penjara )
Satu catatan Prof. Hasbullah adalah tentang ketersediaan vaksin. Dalam kondisi pandemi global seperti ini, vaksin Covid-19 jadi rebutan negara lain, hingga kemudahan akses vaksin perlu dikontrol. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama vaksin melalui organisasi COVAX yang bersama-sama menjamin negara-negara yang kurang beruntung tetap mendapat akses vaksin.
"Kita bersyukur punya Bio Farma dan berkomitmen dengan COVAX. Tapi kembali lagi, suplai vaksin menjadi kunci kecepatan program vaksinasi kita,” kata Prof. Hasbullah.
Usaha-usaha pemerintah dalam mendatangkan vaksin, baik melalui kerja sama bilateral maupun multilateral sejauh ini terbilang cukup berhasil. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 40 juta stok vaksin dan ratusan juta dosis yang sudah terjadwal akan dikirimkan dalam beberapa waktu ke depan.
(uka)