Harga Minyak Sepekan Tergerus 7% Akibat Kekhawatiran Soal Permintaan
loading...
A
A
A
NEW YORK - Harga minyak mentah pada perdagangan Jumat (19/3) naik lebih dari 2%. Namun demikian, harga minyak mengakhiri minggu ini dengan penurunan sekitar 7% dibanding pekan sebelumnya.
Penurunan harga minyak disebabkan karena gelombang baru infeksi virus Corona di seluruh Eropa yang mengurangi harapan bahwa permintaan bahan bakar akan segera pulih.
Minyak mentah Brent kemarin naik USD1,25 per barel, atau 2%, pada USD64,53 per barel. Minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik USD1,42, atau 2,4%, menjadi USD61,42 per barel. Bahkan, pada sesi berikut keduanya diperdagangkan dalam kisaran luas lebih dari USD2 per barel.
Kenaikan harga pada Jumat terjadi setelah sehari sebelumnya, Kamis (18/3), minyak turun 7% karena Eropa memberlakukan kembali penguncian, sementara program vaksinasi diperlambat oleh masalah distribusi dan kekhawatiran efek samping.
Kenaikan harga pada hari Jumat terjadi karena banyak pelaku pasar memandang aksi jual sebelumnya sebagai sesuatu yang berlebihan.
"Aksi jual akan menggerakkan beberapa hal yang bisa memperlambat reli," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (20/3/2021). "OPEC akan lebih mengkhawatirkan Covid," katanya.
Kekhawatiran mengenai peluncuran vaksin di Eropa membatasi kenaikan harga minyak. Jerman, Prancis, dan negara lain telah mengumumkan dimulainya kembali inokulasi dengan suntikan AstraZeneca setelah regulator menyatakan bahwa vaksin itu aman. Tetapi penghentian sebelumnya membuat lebih sulit untuk mengatasi resistensi terhadap vaksin. Inggris mengumumkan akan memperlambat peluncuran vaksin Covid-19 bulan depan karena penundaan pasokan.
Goldman Sachs mengatakan hambatan pasar minyak terkait dengan permintaan Uni Eropa dan pasokan Iran akan memperlambat penyeimbangan pasar pada kuartal kedua, meskipun pihaknya mengharapkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC plus) untuk bertindak untuk mengimbangi itu.
Iran telah memindahkan jumlah rekor minyak mentah ke klien utama China dalam beberapa bulan terakhir sementara penyuling negara India telah menambahkan minyak Iran ke rencana impor tahunan mereka dengan asumsi bahwa sanksi AS terhadap pemasok OPEC akan segera mereda.
Goldman mengharapkan peningkatan signifikan dalam permintaan minyak global dalam beberapa bulan mendatang, mengangkat perkiraan harga Brent menjadi USD80 per barel musim panas ini.
Hedge fund dan pengelola uang lainnya menaikkan posisi net long berjangka dan opsi minyak mentah AS mereka di minggu terakhir, Perdagangan Berjangka Komoditas AS.
Penurunan harga minyak disebabkan karena gelombang baru infeksi virus Corona di seluruh Eropa yang mengurangi harapan bahwa permintaan bahan bakar akan segera pulih.
Minyak mentah Brent kemarin naik USD1,25 per barel, atau 2%, pada USD64,53 per barel. Minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik USD1,42, atau 2,4%, menjadi USD61,42 per barel. Bahkan, pada sesi berikut keduanya diperdagangkan dalam kisaran luas lebih dari USD2 per barel.
Kenaikan harga pada Jumat terjadi setelah sehari sebelumnya, Kamis (18/3), minyak turun 7% karena Eropa memberlakukan kembali penguncian, sementara program vaksinasi diperlambat oleh masalah distribusi dan kekhawatiran efek samping.
Kenaikan harga pada hari Jumat terjadi karena banyak pelaku pasar memandang aksi jual sebelumnya sebagai sesuatu yang berlebihan.
"Aksi jual akan menggerakkan beberapa hal yang bisa memperlambat reli," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (20/3/2021). "OPEC akan lebih mengkhawatirkan Covid," katanya.
Kekhawatiran mengenai peluncuran vaksin di Eropa membatasi kenaikan harga minyak. Jerman, Prancis, dan negara lain telah mengumumkan dimulainya kembali inokulasi dengan suntikan AstraZeneca setelah regulator menyatakan bahwa vaksin itu aman. Tetapi penghentian sebelumnya membuat lebih sulit untuk mengatasi resistensi terhadap vaksin. Inggris mengumumkan akan memperlambat peluncuran vaksin Covid-19 bulan depan karena penundaan pasokan.
Goldman Sachs mengatakan hambatan pasar minyak terkait dengan permintaan Uni Eropa dan pasokan Iran akan memperlambat penyeimbangan pasar pada kuartal kedua, meskipun pihaknya mengharapkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC plus) untuk bertindak untuk mengimbangi itu.
Iran telah memindahkan jumlah rekor minyak mentah ke klien utama China dalam beberapa bulan terakhir sementara penyuling negara India telah menambahkan minyak Iran ke rencana impor tahunan mereka dengan asumsi bahwa sanksi AS terhadap pemasok OPEC akan segera mereda.
Goldman mengharapkan peningkatan signifikan dalam permintaan minyak global dalam beberapa bulan mendatang, mengangkat perkiraan harga Brent menjadi USD80 per barel musim panas ini.
Hedge fund dan pengelola uang lainnya menaikkan posisi net long berjangka dan opsi minyak mentah AS mereka di minggu terakhir, Perdagangan Berjangka Komoditas AS.
(fai)