Digitalisasi Bakal Mejangkau 80 Juta Penduduk yang Belum Tersentuh Bank
loading...
A
A
A
JAKARTA - Industri digital seakan menerima berkah dari kehadiran pandemi. Di era new normal, dimana sebagian besar aktifitas dilakukan dari rumah. Dari mulai bekerja, belajar, beribadah, belanja hingga bersilaturahmi.Semua dilakukan dari rumah. Hal inilah yang kemudian memicu ekonomi digital berkembang demikian pesat.
Indonesia mempunyai modal besar untuk pengembangan industri digital. Mengutip data Kementerian Keuangan pada 2019, Wimboh merinci, Indonesia memiliki sekitar 50 juta penduduk kelas menengah dan sekitar 120 juta penduduk kelas menengah harapan. Adapun berdasarkan data OJK, pada 2019 masih ada sekitar 83 juta penduduk yang belum terjangkau akses perbankan.
Di sisi lain, ada sekitar 196,7 juta dari total penduduk Indonesia yang memiliki akses ke internet. Indonesia juga berada di peringkat keempat negara di dunia yang melakukan transaksi jual beli melalui platform e-commerce berdasarkan Global Ecommerce 2019. Adapun sepanjang 2020 terjadi pertumbuhan volume transaksi digital sebesar 37,35 persen.
Data tersebut seharusnya menjadi tantangan bagi perbankan di Indonesia yang kini mulai bertansformasi menuju perbankan digital. Sebab jumlah penduduk yang mengakses perbankan masih lebih sedikt ketimbang yang memiliki akses internet.
Topik mengenai perbankan digital ini menjadi salah satu tipik yang menarik perhatian pada ajang Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2021 bertajuk The Digital Banking Revolution, Rabu (24/2).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso yang hadir sebagai salah satu pembicara menilai, transformasi digital pada sektor jasa keuangan akan membawa perubahan signifikan bagi perbankan. Terutama dalam memperluas akses keuangan bagi masyarakat. Menurutnya transformasi digital sektor jasa keuangan akan menjadi game changer mengingat akses kredit, pembiayaan, akan semakin mudah dan terjangkau dari berbagai lokasi.
Wimboh menambahkan, berbagai layanan perbankan yang tidak hanya terbatas pada kredit dan pembiayaan, bisa dilakukan dengan platform digital. Termasuk, mempermudah dan mempercepat proses persyaratan administrasi dan dokumentasi. “Bisa dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu,” katanya.
Transformasi perbankan menuju digital, sejatinya akan menjadi bagian penting dalam perkembangan industri digital di Tanah Air. Seiring dengan pergeseran gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat yang semakin erat dalam penggunaan teknologi. Termasuk, ekspektasi terhadap produk dan layanan jasa keuangan.
OJK sendiri mendorong sektor jasa keuangan untuk melakukan tranformasi digital baik dari proses bisnis, saluran distribusi, sampai dengan struktur kelembagaannya. “Tentunya diiringi dengan implementasi manajemen risiko yang memadai,” ujar Wimboh.
Dalam Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia 2020-2025, pengembangan perbankan ke depan akan diarahkan ke sejumlah hal. Pertama, memperkuat tata kelola dalam manajemen terintegrasi. Kedua, mendorong penggunaan teknologi informasi seperti cloud, blockchain, dan omnichannel.
Indonesia mempunyai modal besar untuk pengembangan industri digital. Mengutip data Kementerian Keuangan pada 2019, Wimboh merinci, Indonesia memiliki sekitar 50 juta penduduk kelas menengah dan sekitar 120 juta penduduk kelas menengah harapan. Adapun berdasarkan data OJK, pada 2019 masih ada sekitar 83 juta penduduk yang belum terjangkau akses perbankan.
Di sisi lain, ada sekitar 196,7 juta dari total penduduk Indonesia yang memiliki akses ke internet. Indonesia juga berada di peringkat keempat negara di dunia yang melakukan transaksi jual beli melalui platform e-commerce berdasarkan Global Ecommerce 2019. Adapun sepanjang 2020 terjadi pertumbuhan volume transaksi digital sebesar 37,35 persen.
Data tersebut seharusnya menjadi tantangan bagi perbankan di Indonesia yang kini mulai bertansformasi menuju perbankan digital. Sebab jumlah penduduk yang mengakses perbankan masih lebih sedikt ketimbang yang memiliki akses internet.
Topik mengenai perbankan digital ini menjadi salah satu tipik yang menarik perhatian pada ajang Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2021 bertajuk The Digital Banking Revolution, Rabu (24/2).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso yang hadir sebagai salah satu pembicara menilai, transformasi digital pada sektor jasa keuangan akan membawa perubahan signifikan bagi perbankan. Terutama dalam memperluas akses keuangan bagi masyarakat. Menurutnya transformasi digital sektor jasa keuangan akan menjadi game changer mengingat akses kredit, pembiayaan, akan semakin mudah dan terjangkau dari berbagai lokasi.
Wimboh menambahkan, berbagai layanan perbankan yang tidak hanya terbatas pada kredit dan pembiayaan, bisa dilakukan dengan platform digital. Termasuk, mempermudah dan mempercepat proses persyaratan administrasi dan dokumentasi. “Bisa dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu,” katanya.
Transformasi perbankan menuju digital, sejatinya akan menjadi bagian penting dalam perkembangan industri digital di Tanah Air. Seiring dengan pergeseran gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat yang semakin erat dalam penggunaan teknologi. Termasuk, ekspektasi terhadap produk dan layanan jasa keuangan.
OJK sendiri mendorong sektor jasa keuangan untuk melakukan tranformasi digital baik dari proses bisnis, saluran distribusi, sampai dengan struktur kelembagaannya. “Tentunya diiringi dengan implementasi manajemen risiko yang memadai,” ujar Wimboh.
Dalam Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia 2020-2025, pengembangan perbankan ke depan akan diarahkan ke sejumlah hal. Pertama, memperkuat tata kelola dalam manajemen terintegrasi. Kedua, mendorong penggunaan teknologi informasi seperti cloud, blockchain, dan omnichannel.