Sinyal Pemulihan Belum Cukup Angkat Pertumbuhan Ekonomi Jadi Positif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2021 diperkirakan masih akan berada di zona negatif. Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, saat ini tanda pemulihan ekonomi sudah terlihat dari indikator penjualan ritel yang membaik dan angka PMI yang meningkat di atas 50.
Kendati demikian, sinyal pemulihan dinilai belum cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi positif di kuartal I/2021. "Saya sependapat dengan Sri Mulyani atau pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2021 akan lebih baik dibandingkan kuartal IV/2020, tetapi masih akan negatif di kisaran minus 1%," ujarnya, Kamis (25/3/2021).
Menurut dia, ada dua alasan pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2021 masih negatif. Pertama, pandemi yang sempat meningkat di awal tahun memaksa pemerintah mengetatkan pembatasan sosial. Terbatasinya aktivitas sosial ekonomi jelas mengerem laju pemulihan ekonomi.
Kedua, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2020 masih positif sehingga secara statistik digunakan sebagai basis hitung pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2021. "Karena basis hitungnya tinggi, maka meskipun pada kuartal I sudah ada perbaikan tetapi masih lebih rendah dibandingkan kuartal I/2020. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi menjadi negatif," jelasnya.
Meski begitu, Piter memperkirakan ekonomi Indonesia akan positif pada kuartal II/2021 dikisaran 0,5% hingga 1,5%. Salah satu faktor yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi positif pada kuartal II tahun 2021 adalah Lebaran.
"Syarat perekonomian untuk bisa tumbuh cepat kembali adalah selesainya pandemi. Pemerintah sudah tepat mendahulukan penanggulangan pandemi, melakukan vaksinasi sembari tetap memberikan bantuan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan ketahanan mereka menghadapi pandemi. Ketika pandemi berlalu, masyarakat dan dunia usaha yang masih mampu bertahan tersebut akan menjadi penggerak percepatan pemulihan ekonomi," jelasnya.
Kendati demikian, sinyal pemulihan dinilai belum cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi positif di kuartal I/2021. "Saya sependapat dengan Sri Mulyani atau pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2021 akan lebih baik dibandingkan kuartal IV/2020, tetapi masih akan negatif di kisaran minus 1%," ujarnya, Kamis (25/3/2021).
Menurut dia, ada dua alasan pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2021 masih negatif. Pertama, pandemi yang sempat meningkat di awal tahun memaksa pemerintah mengetatkan pembatasan sosial. Terbatasinya aktivitas sosial ekonomi jelas mengerem laju pemulihan ekonomi.
Kedua, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2020 masih positif sehingga secara statistik digunakan sebagai basis hitung pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2021. "Karena basis hitungnya tinggi, maka meskipun pada kuartal I sudah ada perbaikan tetapi masih lebih rendah dibandingkan kuartal I/2020. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi menjadi negatif," jelasnya.
Meski begitu, Piter memperkirakan ekonomi Indonesia akan positif pada kuartal II/2021 dikisaran 0,5% hingga 1,5%. Salah satu faktor yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi positif pada kuartal II tahun 2021 adalah Lebaran.
"Syarat perekonomian untuk bisa tumbuh cepat kembali adalah selesainya pandemi. Pemerintah sudah tepat mendahulukan penanggulangan pandemi, melakukan vaksinasi sembari tetap memberikan bantuan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan ketahanan mereka menghadapi pandemi. Ketika pandemi berlalu, masyarakat dan dunia usaha yang masih mampu bertahan tersebut akan menjadi penggerak percepatan pemulihan ekonomi," jelasnya.
(fai)