Menteri Erick Sebut Pandemi Covid-19 Untungkan Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir mencatat, Indonesia cukup diuntungkan dengan adanya pandemi Covid-19 . Sebab, dengan pandemi Indonesia bisa mempercepat proses transformasi di sejumlah sektor.
Khususnya, memaksimalkan pasar dalam negeri agar mampu bersaing di kancah global. Potensi tersebut karena didorong oleh sumber daya alam (SDA) Indonesia yang kaya.
"Kita adalah salah satu negara yang diuntungkan karena Covid-19. Mohon maaf bukan secara pandeminya. Kalau pandemi semua negara, tapi justru karena Covid-19 ini kita punya yang selama ini tidak take advantage, posisi market kita yang besar dan sumber daya alam kita yang kaya," ujar Erick, Jumat (26/3/2021).
Khusus untuk transformasi perseroan negara, Kementerian BUMN terus berupaya agar bisnis perseroan mampu bersaing di kancah dunia. Erick meyakini proses inovasi bisnis pelat merah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Turunan lain yang tidak kalah pentingnya bahwa transformasi di BUMN, ke depannya, BUMN akan go publik, perusahaan BUMN agar mempunyai persaingan global. Ini akan menjadi pertumbuhan impactful 2-3 tahun ke depan. Seperti EV battery (kendaraan listrik) ada uang masuk dan investasi dan kita kaitkan dengan pertumbuhan daerah itu sendiri dan dirasakan nasional," tuturnya.
Dia melanjutkan, Kementerian BUMN telah meresmikan pendirian Indonesia Battery Holding (IBH). Lewat konsorsium BUMN tersebut, produksi baterai kendaraan listrik diproyeksi mencapai 140 giga watt hour (GWh). Kapasitas itu ditargetkan bisa terealisasi pada 2030 mendatang.
Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan, dari 140 GWh, 50 diantaranya bisa di ekspor ke luar negeri. Sementara sisanya digunakan oleh Indonesia Battery Holding (IBH) untuk memproduksi kendaraan listrik dalam negeri.
"Indonesia ingin kapasitas baterai itu kurang lebih 140 GW hour di 2030 nanti. 50 GW hour daru produksi baterai cell ini mungkin akan kami ekspor, sisanya bisa digunakan industri baterai yang akan produksi electric vehicle (EV) yang ada di Indonesia," ujar Pahala.
Untuk produksi kendaraan listrik di Indonesia, Kementerian BUMN meyakini IBH mampu memproduksi 10 juta kendaraan roda dua. Sementara roda empat di atas 2 juta. Produksi ini bisa direalisasikan pada 2030. "Besar sekali, (produksi kendaraan listrik) 10 juta untuk roda dua, dan yang roda empat itu di atas 2 juta di 2030," ungkapnya.
Khususnya, memaksimalkan pasar dalam negeri agar mampu bersaing di kancah global. Potensi tersebut karena didorong oleh sumber daya alam (SDA) Indonesia yang kaya.
"Kita adalah salah satu negara yang diuntungkan karena Covid-19. Mohon maaf bukan secara pandeminya. Kalau pandemi semua negara, tapi justru karena Covid-19 ini kita punya yang selama ini tidak take advantage, posisi market kita yang besar dan sumber daya alam kita yang kaya," ujar Erick, Jumat (26/3/2021).
Khusus untuk transformasi perseroan negara, Kementerian BUMN terus berupaya agar bisnis perseroan mampu bersaing di kancah dunia. Erick meyakini proses inovasi bisnis pelat merah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Turunan lain yang tidak kalah pentingnya bahwa transformasi di BUMN, ke depannya, BUMN akan go publik, perusahaan BUMN agar mempunyai persaingan global. Ini akan menjadi pertumbuhan impactful 2-3 tahun ke depan. Seperti EV battery (kendaraan listrik) ada uang masuk dan investasi dan kita kaitkan dengan pertumbuhan daerah itu sendiri dan dirasakan nasional," tuturnya.
Dia melanjutkan, Kementerian BUMN telah meresmikan pendirian Indonesia Battery Holding (IBH). Lewat konsorsium BUMN tersebut, produksi baterai kendaraan listrik diproyeksi mencapai 140 giga watt hour (GWh). Kapasitas itu ditargetkan bisa terealisasi pada 2030 mendatang.
Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan, dari 140 GWh, 50 diantaranya bisa di ekspor ke luar negeri. Sementara sisanya digunakan oleh Indonesia Battery Holding (IBH) untuk memproduksi kendaraan listrik dalam negeri.
"Indonesia ingin kapasitas baterai itu kurang lebih 140 GW hour di 2030 nanti. 50 GW hour daru produksi baterai cell ini mungkin akan kami ekspor, sisanya bisa digunakan industri baterai yang akan produksi electric vehicle (EV) yang ada di Indonesia," ujar Pahala.
Untuk produksi kendaraan listrik di Indonesia, Kementerian BUMN meyakini IBH mampu memproduksi 10 juta kendaraan roda dua. Sementara roda empat di atas 2 juta. Produksi ini bisa direalisasikan pada 2030. "Besar sekali, (produksi kendaraan listrik) 10 juta untuk roda dua, dan yang roda empat itu di atas 2 juta di 2030," ungkapnya.
(ind)