Lutfi Ungkap Tren Perdagangan Indonesia dan Dunia di Masa Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa ke depannya Indonesia dan dunia akan memasuki tren perdagangan baru. Pertama, Indonesia akan masuk dalam supercycle. Dalam tren ini harga komoditas dasar akan naik jauh lebih tinggi.
"Bisa dibayangkan pada bulan April 2020 harga minyak hanya USD13 per barel, kemudian naik menjadi USD55 per barel. Angka itu naik tujuh kali lipat diakhir tahun 2020," ujarnya dalam sambutannya di Pelepasan Ekspor barang dari Hipmi secara virtual, Kamis (8/4/2021).
Ia melanjutkan, hal itu diikuti oleh beberapa komoditas seperti batu bara yang naiknya tinggi sekali sebesar USD95 pada awal tahun 2021. "Diikuti juga nikel yang kenaikannya hampir tiga kali lipat," jelasnya. ( Baca juga:Anekdot tentang Mendag Lutfi, Indomie, dan Dubes Senegal )
Ia mengatakan, keadaan supercycle ini seperti menjadi angin di belakang yang menyebabkan pertumbuhan ekspor untuk Indonesia akan tinggi. Namun di saat yang bersamaan ini jadi persoalan karena banyak juga barang Indonesia yang bahan baku penolongnya diimpor dari negara lain.
"Dan ini menyebabkan pertumbuhan dari perdagangan akan besar di masa yang akan datang," katanya.
Selain itu, Lutfi juga membahas perdagangan yang akan terjadi di Indonesia. Pertama tren investasi. Dalam hal ini orang datang berinvestasi di Indonesia, sebab market di Tanah Air begitu besar dengan 270 juta orang.
"Itu membuat investasi datang agar menciptakan nilai tambah," ujarnya.
Contohnya, imbuh Lutfi, industri otomotif yang datang berinvestasi pada tahun 2010. Hal itu saat ini membuat sektor otomotif sebagai primadona ekspor non-migas kita. ( Baca juga:Kebakaran di Pasar Kambing Tanah Abang Padam, Api Diduga dari Korsleting Listrik )
"Tahun 2020 ekspor otomotif mencapai USD6,6 miliar, ini primadona Indonesia karena tidak lagi menjual barang mentah tetapi menjual barang industri berteknologi tinggi," ungkapnya.
Tak hanya itu, ada juga nikel. Pada 2020 lalu Indonesia menjadi negara terbesar kedua dunia produsen stainless steel setelah China. Ini pencapaian yang luar biasa karena dalam waktu singkat Indonesia berhasil menjadi negara terbesar penghasil stainless steel, karena Indonesia memiliki nikel yang luar biasa banyaknya.
"Ini adalah bagian hilirisasi dari komoditas dasar kita. Ekspor stainless steel pada tahun lalu berhasil memangkas separuh dari defisit neraca perdagangan kita dengan China. Inilah tren-tren yang akan terjadi pada perdagangan kita nanti," tandasnya.
"Bisa dibayangkan pada bulan April 2020 harga minyak hanya USD13 per barel, kemudian naik menjadi USD55 per barel. Angka itu naik tujuh kali lipat diakhir tahun 2020," ujarnya dalam sambutannya di Pelepasan Ekspor barang dari Hipmi secara virtual, Kamis (8/4/2021).
Ia melanjutkan, hal itu diikuti oleh beberapa komoditas seperti batu bara yang naiknya tinggi sekali sebesar USD95 pada awal tahun 2021. "Diikuti juga nikel yang kenaikannya hampir tiga kali lipat," jelasnya. ( Baca juga:Anekdot tentang Mendag Lutfi, Indomie, dan Dubes Senegal )
Ia mengatakan, keadaan supercycle ini seperti menjadi angin di belakang yang menyebabkan pertumbuhan ekspor untuk Indonesia akan tinggi. Namun di saat yang bersamaan ini jadi persoalan karena banyak juga barang Indonesia yang bahan baku penolongnya diimpor dari negara lain.
"Dan ini menyebabkan pertumbuhan dari perdagangan akan besar di masa yang akan datang," katanya.
Selain itu, Lutfi juga membahas perdagangan yang akan terjadi di Indonesia. Pertama tren investasi. Dalam hal ini orang datang berinvestasi di Indonesia, sebab market di Tanah Air begitu besar dengan 270 juta orang.
"Itu membuat investasi datang agar menciptakan nilai tambah," ujarnya.
Contohnya, imbuh Lutfi, industri otomotif yang datang berinvestasi pada tahun 2010. Hal itu saat ini membuat sektor otomotif sebagai primadona ekspor non-migas kita. ( Baca juga:Kebakaran di Pasar Kambing Tanah Abang Padam, Api Diduga dari Korsleting Listrik )
"Tahun 2020 ekspor otomotif mencapai USD6,6 miliar, ini primadona Indonesia karena tidak lagi menjual barang mentah tetapi menjual barang industri berteknologi tinggi," ungkapnya.
Tak hanya itu, ada juga nikel. Pada 2020 lalu Indonesia menjadi negara terbesar kedua dunia produsen stainless steel setelah China. Ini pencapaian yang luar biasa karena dalam waktu singkat Indonesia berhasil menjadi negara terbesar penghasil stainless steel, karena Indonesia memiliki nikel yang luar biasa banyaknya.
"Ini adalah bagian hilirisasi dari komoditas dasar kita. Ekspor stainless steel pada tahun lalu berhasil memangkas separuh dari defisit neraca perdagangan kita dengan China. Inilah tren-tren yang akan terjadi pada perdagangan kita nanti," tandasnya.
(uka)