Sejumlah Negara di Dunia Terus Membuka Akses Wisata
loading...
A
A
A
Ketua Umum Badan Pimpinan Pusat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Budi Santoso Sukamdani menandaskan, pemerintah Indonesia memang tidak punya pilihan lain selain membatasi pergerakan orang untuk menekan dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Apalagi saat ini kondisi Indonesia belum bisa dibilang sukses mengendalikan penyebaran Covid-19.
Di sisi lain dia mengakui ada beberapa negara tertentu yang berhasil mengatasi masalah pandemi karena dari awal sudah ekstra hati-hati, seperti Taiwan, Vietnam, dan Thailand. Meski demikian, mereka pada akhirnya hanya mengandalkan wisatawan domestik.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ini lantas menuturkan, penerapan protokol kesehatan di Tanah Air sudah sangat ketat. Dia menunjuk, setiap orang yang hendak bepergian, misalnya ketika akan menggunakan pesawat harus lebih dulu melakukan tes Covid-19 dan harus negatif. Dengan kondisi ini, dia melihat filter untuk mencegah penyebarluasan pandemi sebenarnya sudah ada.
Presiden Direktur PT Hotel Sahid Jaya International Tbk ini melanjutkan, jika pemerintah tak berani melonggarkan pergerakan orang secara bertahap, maka pasti berat bagi sektor pariwisata dan pertumbuhan ekonomi nasional. Bagi Hariyadi, seberapapun stimulus dikucurkan pemerintah pasti tak akan kuat dan bertahan lama.
Dia menyodorkan beberapa daerah yang bisa dilakukan pelonggaran secara bertahap. Misalnya Bali. Menurut Hariyadi, sebetulnya Bali sudah bisa dibuka bagi wisatawan mancanegara. Apalagi Bali merupakan satu pulau yang terpisah dengan pulau lainnya.
"Jadi harusnya Bali sudah bisa dibuka, Bintan juga. Jadi memang harus ada keberanian dari pemerintah untuk mulai bertahap membuka, termasuk untuk wisman (wisatawan mancanegara, wisman itu kan di-testing juga. Jadi nggak ada masalah," ujarnya.
Hariyadi membeberkan, sepanjang wisman telah melalui tes Covid-19 dan dinyatakan negatif maka seharusnya sudah bisa masuk berwisata di Indonesia. Sesaat setelah tiba di daerah yang didatangi, maka wisman bisa diwajibkan lebih dulu menjalani karantina mandiri di penginapannya. Misalnya waktu karantina mandiri selama 5 hari. Berikutnya pemerintah daerah atau instansi setempat bersama Satgas Covid-19 melakukan pengawasan secara ketat selama proses tersebut.
"Jadi bisa aja kan dikarantina dengan paket yang cukup kompetitif lah harganya, begitu. Karena menurut saya, nggak apa-apa lah wisman itu membuang hari 5 hari untuk dikarantina. Misalnya di Bali, ya, menurut sih nggak apa-apa," katanya.
Sementara itu, epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono berpendapat membuka wisata saat masih pandemi seperti ini adalah hal berbahaya.Pasalnya, pembukaan wisata saat masih pandemi berdampak pada penambahan angka kasus penularan Covid-19.
Di sisi lain dia mengakui ada beberapa negara tertentu yang berhasil mengatasi masalah pandemi karena dari awal sudah ekstra hati-hati, seperti Taiwan, Vietnam, dan Thailand. Meski demikian, mereka pada akhirnya hanya mengandalkan wisatawan domestik.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ini lantas menuturkan, penerapan protokol kesehatan di Tanah Air sudah sangat ketat. Dia menunjuk, setiap orang yang hendak bepergian, misalnya ketika akan menggunakan pesawat harus lebih dulu melakukan tes Covid-19 dan harus negatif. Dengan kondisi ini, dia melihat filter untuk mencegah penyebarluasan pandemi sebenarnya sudah ada.
Presiden Direktur PT Hotel Sahid Jaya International Tbk ini melanjutkan, jika pemerintah tak berani melonggarkan pergerakan orang secara bertahap, maka pasti berat bagi sektor pariwisata dan pertumbuhan ekonomi nasional. Bagi Hariyadi, seberapapun stimulus dikucurkan pemerintah pasti tak akan kuat dan bertahan lama.
Dia menyodorkan beberapa daerah yang bisa dilakukan pelonggaran secara bertahap. Misalnya Bali. Menurut Hariyadi, sebetulnya Bali sudah bisa dibuka bagi wisatawan mancanegara. Apalagi Bali merupakan satu pulau yang terpisah dengan pulau lainnya.
"Jadi harusnya Bali sudah bisa dibuka, Bintan juga. Jadi memang harus ada keberanian dari pemerintah untuk mulai bertahap membuka, termasuk untuk wisman (wisatawan mancanegara, wisman itu kan di-testing juga. Jadi nggak ada masalah," ujarnya.
Hariyadi membeberkan, sepanjang wisman telah melalui tes Covid-19 dan dinyatakan negatif maka seharusnya sudah bisa masuk berwisata di Indonesia. Sesaat setelah tiba di daerah yang didatangi, maka wisman bisa diwajibkan lebih dulu menjalani karantina mandiri di penginapannya. Misalnya waktu karantina mandiri selama 5 hari. Berikutnya pemerintah daerah atau instansi setempat bersama Satgas Covid-19 melakukan pengawasan secara ketat selama proses tersebut.
"Jadi bisa aja kan dikarantina dengan paket yang cukup kompetitif lah harganya, begitu. Karena menurut saya, nggak apa-apa lah wisman itu membuang hari 5 hari untuk dikarantina. Misalnya di Bali, ya, menurut sih nggak apa-apa," katanya.
Sementara itu, epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono berpendapat membuka wisata saat masih pandemi seperti ini adalah hal berbahaya.Pasalnya, pembukaan wisata saat masih pandemi berdampak pada penambahan angka kasus penularan Covid-19.