Waskita Karya Optimistis Kinerja Membaik Setelah Pandemi
loading...
A
A
A
Kalau bisa berjalan, proses divestasi itu ada 9 ruas tol. Kalau itu terjadi, kami menghemat separuh lebih. Sembilan ruas tol itu bisa Rp16 triliun. Ikutannya, bisa menurunkan pinjaman sampai Rp36 triliun.
Dari 9 ruas yang kami rencanakan itu satu sudah deal, Medan-Kualanamu. Waskita punya 30%. harapannya bulan ini sudah cair. Kemudian, Semarang-Batang itu SMI (Sarana Multi Infrastruktur) mau ambil. Kemudian, dalam proses Cibitung-Cilincing sama Pelindo II. Kita sudah proses administrasi. Artinya, selesai pada April ini.
Bagaimana ruas tol lainnya?
Ada tiga ruas yang akan diambil oleh SMI dengan share swap (tukar guling) karena SMI punya 10%. mereka langsung melepas yang di WTR (Waskita Tol Road) kemudian ambil di ruas-ruas. Kemudian, (sisanya) 4 ruas itu 3 di Pantura dan 1 paspro (Pasuruan-Probolinggo).
Apakah Waskita akan memanfaatkan Indonesia Investment Authority (INA) yang baru diresmikan?
Kami sedang di due dilegence oleh INA. Mudah-mudahan tahun ini bisa terlaksana. Tadi pagi ketemu karena ada (investor) tambahan yang ikut. Konsepnya sudah dibuat, ada UAE ingin masuk. Mereka mengubah pola, (maka) sedikit mundur.
Kemarin kami mengajukan (penyertaan modal negara) Rp7,9 triliun. Itu sesuai dengan kebutuhan pendanaan di ruas tol (Palembang-Betung) tersebut. Kalau ini di-approve, kami bisa mempercepat Palembang-Betung.
Bagaimana dengan kinerja anak usaha Waskita?
Tahun lalu, properti dan infrastruktur positif. Tahun ini, untuk properti dengan ekonomi tumbuh, kebutuhan unit rumah dan apartemen meningkat kembali sehingga meningkatkan pendapatan dan laba untuk Waskita Realty.
Tahun ini dimulai dengan pengembangan kawasan di Cilincing. Kita join itu sekitar 600 hektar. Ini bisa mulai dipasarkan. Kemudian, ruas-ruas property di Bali dan Surabaya tumbuh. Waskita juga punya proyek (pembangkit) mikro hidro. Tahun lalu, ada kontrak power plant. Cuma karena pandemi, (jadi) masih menunggu.
Lalu seperti apa upaya perseroan untuk mendapatkan proyek di luar negeri?
Waskita punya sejarah (mengerjakan proyek) di luar negeri. Karena Covid-19, kami memutuskan untuk standby. Ini ada beberapa tawaran sekarang dan mulai kami jajaki, baik di Afrika, maupun ASEAN. Ada persiapan untuk tender di Filipina. Itu LRT yang Metro Manila. Kemudian, kemari nada tawaran dari Afrika, Kamerun dan Kongo. Itu dari pemerintah sana dan sudah ada MoU. Ini menunggu kondisi normal, baru kami lakukan survei untuk persiapan penawaran harga.
Apa saja upaya perseroan mengembalikan kinerja pada tahun ini?
Meski secara konsolidasi mencatatkan rugi bersih, namun segmen bisnis jasa konstruksi Waskita masih profitable biarpun diterpa Pandemi. Segmen bisnis jasa konstruksi tercatat menyumbang 90% dari total pendapatan Waskita di 2020. Segmen tersebut mencatatkan pendapatan sebesar Rp14,5 triliun dengan keuntungan bruto sebesar Rp1,17 triliun atau rata-rata margin laba bruto sebesar 8%.
Pada lini bisnis konstruksi yang menjadi core compentecy, Waskita masih sangat kuat, ditambah dengan transformasi yang sedang kami lakukan, kedepan kami yakin kami akan jadi lebih efisien sehingga keunggulan kompetitif kami juga meningkat.
Dari 9 ruas yang kami rencanakan itu satu sudah deal, Medan-Kualanamu. Waskita punya 30%. harapannya bulan ini sudah cair. Kemudian, Semarang-Batang itu SMI (Sarana Multi Infrastruktur) mau ambil. Kemudian, dalam proses Cibitung-Cilincing sama Pelindo II. Kita sudah proses administrasi. Artinya, selesai pada April ini.
Bagaimana ruas tol lainnya?
Ada tiga ruas yang akan diambil oleh SMI dengan share swap (tukar guling) karena SMI punya 10%. mereka langsung melepas yang di WTR (Waskita Tol Road) kemudian ambil di ruas-ruas. Kemudian, (sisanya) 4 ruas itu 3 di Pantura dan 1 paspro (Pasuruan-Probolinggo).
Apakah Waskita akan memanfaatkan Indonesia Investment Authority (INA) yang baru diresmikan?
Kami sedang di due dilegence oleh INA. Mudah-mudahan tahun ini bisa terlaksana. Tadi pagi ketemu karena ada (investor) tambahan yang ikut. Konsepnya sudah dibuat, ada UAE ingin masuk. Mereka mengubah pola, (maka) sedikit mundur.
Kemarin kami mengajukan (penyertaan modal negara) Rp7,9 triliun. Itu sesuai dengan kebutuhan pendanaan di ruas tol (Palembang-Betung) tersebut. Kalau ini di-approve, kami bisa mempercepat Palembang-Betung.
Bagaimana dengan kinerja anak usaha Waskita?
Tahun lalu, properti dan infrastruktur positif. Tahun ini, untuk properti dengan ekonomi tumbuh, kebutuhan unit rumah dan apartemen meningkat kembali sehingga meningkatkan pendapatan dan laba untuk Waskita Realty.
Tahun ini dimulai dengan pengembangan kawasan di Cilincing. Kita join itu sekitar 600 hektar. Ini bisa mulai dipasarkan. Kemudian, ruas-ruas property di Bali dan Surabaya tumbuh. Waskita juga punya proyek (pembangkit) mikro hidro. Tahun lalu, ada kontrak power plant. Cuma karena pandemi, (jadi) masih menunggu.
Lalu seperti apa upaya perseroan untuk mendapatkan proyek di luar negeri?
Waskita punya sejarah (mengerjakan proyek) di luar negeri. Karena Covid-19, kami memutuskan untuk standby. Ini ada beberapa tawaran sekarang dan mulai kami jajaki, baik di Afrika, maupun ASEAN. Ada persiapan untuk tender di Filipina. Itu LRT yang Metro Manila. Kemudian, kemari nada tawaran dari Afrika, Kamerun dan Kongo. Itu dari pemerintah sana dan sudah ada MoU. Ini menunggu kondisi normal, baru kami lakukan survei untuk persiapan penawaran harga.
Apa saja upaya perseroan mengembalikan kinerja pada tahun ini?
Meski secara konsolidasi mencatatkan rugi bersih, namun segmen bisnis jasa konstruksi Waskita masih profitable biarpun diterpa Pandemi. Segmen bisnis jasa konstruksi tercatat menyumbang 90% dari total pendapatan Waskita di 2020. Segmen tersebut mencatatkan pendapatan sebesar Rp14,5 triliun dengan keuntungan bruto sebesar Rp1,17 triliun atau rata-rata margin laba bruto sebesar 8%.
Pada lini bisnis konstruksi yang menjadi core compentecy, Waskita masih sangat kuat, ditambah dengan transformasi yang sedang kami lakukan, kedepan kami yakin kami akan jadi lebih efisien sehingga keunggulan kompetitif kami juga meningkat.